Oleh: May Rose Indah Pratiwi Tedjo
( @N21-MAY )
ABSTRAK
Semen sudah dikenal pada zaman Mesir kuno pada abad ke 5. Pada saat itu semen dibuat dari kalsinasi atau pembakaran batu kapur yang digunakan untuk membangun piramida dan bangunan besar lainnya. Sedangkan bangsa Romawi dan Yunani kuno membuat semen menggunakan slag vulkanik yang berasal dari gunung berapi. Slag vulkanik dicampur dengan kapur gamping (Quicklime) serta gypsum yang kemudian disebut sebagai Pozzolan Cement (Rahadja, 1990).Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang akan mengalami proses pengerasan pada pencampurannya dengan air ataupun larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika, pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu kapur, pozzolan, abu terbang dan lain-lain). Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990)
KATA KUNCI: Industri Semen
PENDAHULUAN
Semen
berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya semen adalah
zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun bahan bangunan
lainnya. (Wikipedia.com/Semen). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen
adalah serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang
dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata ataupun membuat tembok. Semen
adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu gypsum
dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam pengertian umum adalah bahan
yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat
(bonding material), yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir.
PEMBAHASAN
Bahan Baku Semen
a. Batu Kapur (Limer Stone)
Batu Kapur merupakan sumber utama senyawa Kalsium. Batu kapur murni umumnya merupakan kalsit atau aragonit yang secara kimia keduanya dinamakan CaCO3. Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber utama senyawa Ca. Batu kapur murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan aragonite. Senyawa Karbonat dan Magnesium dalam batu Kapur umumnya berupa dolomite (CaMg(CO3)2. Dalam proses pembuatan Semen, CaCO3 akan berubah menjadi oksida Kalsium (CaO) dan dolomite berubah bentuk menjadi kristal oksida magnesium (MgO) bebas/Periclase.
b. Tanah Liat (Tanah Liat)
Tanah Liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi. Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna cokelat kemerah-merahan serta tidak larut dalam air. Dalam jumlah amat kecil kadang-kadang juga didapati senyawa-senyawa alkali (Na dan K) yang dapat mempengaruhi mutu semen.
c. Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya
apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah.
Pada umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika,
oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand).
- Pasir Silika (silica sand). Pasir silika digunakan
sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat yang
rendah.
- Pasir Besi (iron sand). Pasir besi digunakan
sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya dalam bahan baku
utama masih kurang.
d. Bahan Tambahan
- Gypsum. Di dalam proses
penggilingan terak ditambahkan bahan tambahan Gipsum sebanyak 4-5%. Gipsum
dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus
ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen. Fungsi gypsum
adalah mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang dikenal dengan
sebutan retarder.
- Abu Terbang (Fly Ash). Abu terbang adalah
bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga
uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat Pozzolan yang dapat
bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa
yang bersifat mengikat.
Proses Pembuatan Semen
v Proses basah
Pada proses basah semua bahan baku
yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian
dibakar dengan menggunakan bahan bakar
minyak, bakar (bunker crude oil).
Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.
v Proses kering
Pada proses kering digunakan teknik
penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara.
Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan
yaitu :
1. Proses pengeringan dan penggilingan
bahan baku di rotary dryer dan
roller meal.
2. Proses pencampuran (homogenizing raw meal)
untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
3. Proses pembakaran (raw meal) untuk
menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan
semen).
4. Proses pendinginan .
5. Proses penggilingan akhir di mana clinker
dan gypsum digiling dengan
cement mill.
Proses produksi
semen melalui 6 tahap, yaitu :
1. Penggalian/Quarrying: Terdapat dua jenis material yang
penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau
material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping,
kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material
mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping
dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke
alat penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap
pengecilan ukuran primer bagi material yang digali.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat
analisis online untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan
Pencampuran Bahan Baku:
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke
penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker
yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan
Klinker: Campuran bahan baku yang
sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar
panas yang terdiri dari serangkaian siklon ketika terjadi perpindahan panas
antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan
arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam kiln,
ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada
kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke
pendingin klinker, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga
mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan
ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur
perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini,
ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir.
Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum
dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam
penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian
dialirkan dengan pipa menuju silo semen.
Jenis-jenis
Semen
1. Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
(finishing), seperti sebagai filler
atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari
bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
2. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi
atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
3.
Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan
buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash)
merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous
silica, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam variasi
jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga
menjadi lebih keras.
4. Semen Abu atau semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur/gamping berkadar kalsium
tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu
dan bertekanan tinggi Semen ini
biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri
dari 5 tipe, yaitu tipe I sampai
tipe V.
Berdasarkan prosentase kandungan penyusunnya,
semen Portland terdiri
dari 5 tipe yaitu :
1. Semen Portland tipe I
Adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan
cara menggiling klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
55% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF);
2,8% MgO; 2,9% (SO3);
1,0% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas
CaO.
2. Semen Portland tipe II
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan
awal, dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung
bertingkat dan lain-lain. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
51% (C3S); 24% (C2S); 6% (C3A); 11% (C4AF);
2,9% MgO; 2,5% (SO3);
0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas
CaO.
3. Semen Portland tipe III
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton
massa (tebal) yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, misal
bangunan dipinggir laut, bangunan bekas tanah rawa, saluran irigasi , dam-dam. Komposisi
senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
57% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF);
3,0% MgO; 3,1% (SO3);
0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3% bebas
CaO.
4. Semen Portland tipe IV
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan
terjadi, misal untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan bertingkat,
bangunan-bangunan dalam air. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini
adalah:
28% (C3S); 49% (C2S); 4% (C3A); 12% (C4AF);
1,8% MgO; 1,9% (SO3);
0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas
CaO.
5. Semen Portland tipe V
Dipakai untuk instalasi pengolahan limbah
pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit
tenaga nuklir. Komposisi
senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah:
38% (C3S); 43% (C2S); 4% (C3A); 9% (C4AF);
1,9% MgO; 1,8% (SO3); 0,9%
hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.
Dampak Industri
Semen terhadap Lingkungan
a) Lahan
Penurunan kualitas kesuburan tanah
akibat penambangan tanah liat. Perubahan tata-guna tanah akibat kegiatan
penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya,
menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keimbangan
lingkungan setempat.
2. Air
Kualitas air menurun akibat limbah
cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan.
Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar
sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas
air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan
akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang,
sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau
dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air.
3. Udara
Debu yang dihasilkan pada waktu
pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran dan debu yang dihasilkan
selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk
pengantongannya. Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam
bentuk kabut dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara
di sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak
bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2, SO2 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon
dan belerang.
DAFTAR PUSTAKA
Riadi,
Muchlisin. 2018. Jenis, Bahan Baku dan Proses Pembuatan Semen.
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-pembuatan-semen.html.
3 Desember 2018.
Farhan. 2016. Pengertian Semen.
Ginannjar. 2018. Proses Pembuatan
Semen.
https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/18/proses-pembuatan-semen/.
18 Desember 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.