ABSTRAK
Pengembangan karet berkelanjutan
merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan investasi usaha perkebunan
karet karena investasi pada komoditas ini merupakan investasi jangka
panjang.Oleh karena itu dalam tulisan ini didiskusikan tentang kajian tersebut
yang mencakup luas areal, produksi, konsumsi perdagangan,dan harga karet
tingkat nasional maupun internasional. Produksi dan konsumsi karet dunia
diperkirakan akan tumbuh dengan laju 2,5 % pertahun. Perdagangan dunia
diperkirakan akan tumbuh dengan laju 2,6 % pertahun, sedangkan harga karet
diperkirakan akan berkisar antara US$ 1,2-1,5 per kg .Berdasarkan informasi
tersebut, dengan skenario moderat, Indonesia diperkirakan mempunyai peluang
untuk meningkatkan produksi yang sekaligus juga menambah volume ekspor.
diperkirakan dapat mencapai 2,2 % per tahun.
PENDAHULUAN
Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang penting baik dalam konteks
ekonomi masyarakat maupun sumber penghasil devisa non migas bagi negara.
Tanaman karet berasal dari daerah tropika lembah Amazon Brazilia dengan curah
hujan 2000-3000 mm/tahun dan hari hujan antara 120- 170 hari/tahun (Sutardi,
1981). Pengembangan karet berkonsentrasi pada daerah 10 LU dan 10 LS (Moraes,
1977). Sebagian besar areal perkebunan karet Indonesia terletak di Sumatera(70
%) , Kalimantan (24 %) dan Jawa (4 %) dengan curah hujan 1500- 4000 mm/tahun
dengan rata-rata bulan kering 0-4 bulan pertahun dan terletak pada elevasi
dibawah 500 m diatas permukaan laut. Perkembangan terakhiir di Thailand, India,
dan China sedang meneliti pengembangan karet di daerah semiarid, elevasi tinggi
dan daerah sub tropis (Vijayakumar et al, 2000)
.
Permasalahan
Bagaimana peran karet dalam
perindustrian? Dan bagaimana pengolahan karet tersebut?
Pembahasan
Pengertian
Karet adalah polimer hidrokarbon yang
terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Bahan karet ini berasal dari
sebuah pohon yaitu Pohon karet. Pohon karet berasal dari lembah Amazon Brasilia
dengan nama ilmiah Hevea brasiliensis. Pohon karet baru masuk ke Asia pada
tahun 1876 M, setelah inggris menyeludupkan biji karet dari Brazilia untuk dikembangkan
di Taman Botani Inggris dan negara-negara jajahannya termasuk Malaysia.
Proses Pengolahan Karet
Proses pengolahan karet mentah atau karet
alam telah mengalami berbagai pengembangan teknis.Getah pohon karet atau biasa disebut dengan lateks
merupakan bahan baku karet yang dipergunakan untuk pembuatan berbagai macam
alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu,
ban mobil dan berbagai produk lainnya yang semuanya terbuat dari bahan karet.
1.
Karet Lembaran
Lateks dari berbagai sumber awalnya dikumpulkan dan dicampur
dalam suatu tangki besar yang disebut dengan tempat pencampuran.
Proses pencampuran ini penting untuk memastikan keseragaman dan
konsistensi dari karet alam itu nantinya. Setelah itu dilakukan
proses penggumpalan atau biasa disebut dengan proses koagulasi. Proses ini
dipengaruhi atau tergantung oleh penambahan koagulan (bahan penggumpal),
seperti asam format atau asetat. Dalam pabrik pengolahan skala kecil, proses
koagulasi dilakukan di tangki kecil, di mana lateks pertama diencerkan dengan
air kemudian dilakukan pengentalan lateks yang dibagi-bagi dalam penampung sekitar
4-5 liter per tempat penampungan. Kemudian hasil dalam tiap penampungan itu
dilakukan proses penggilingan untuk menghasilkan lembar karet dengan
ketebalan yang seragam. Selanjutnya lembaran-lembaran karet
alam tersebut dilakukan proses pengeringan dengan cara dijemur atau
dilakukan proses pengasapan dengan kondisi suhu yang diatur perubahannya makin
lama makin tinggi.
2.
Crepes
Karet dalam bentuk crepe diproses
baik dari lateks maupun dari hasil mangkuk karet. Metode tradisional
pengolahan karet untuk menghasilkan karet crepe mirip
dengan karet lembaran. Langkah tambahan penting dalam membuat karet crepe
adalah penghapusan pigmen karotenoid kuning dalam lateks. Selain itu, lateks
digumpalkan dengan proses koagulasi yang bertahap yaitu:
- Tahap pertama adalah menghasilkan
produk yang stabil
- Tahap kedua biasa disebut
dengan fraksi, di proses ini bahan baku kuning diolah menjadi crepe warna
pucat di mana crepe memiliki kelas yang relatif rendah
Gumpalan karet alam yang
terbentuk kemudian dicuci dan dimasukkan ke mesin rol berputar dengan
kecepatan yang berbeda dan menghasilkan atau memproduksi karet
alam menjadi crepes tipis. Crepes yang dihasilkan kemudian dikeringkan
baik dalam ruang pengeringan panas atau dikeringkan pada area terbuka.
3.
Blok Karet
Lateks
yang dikumpulkan dari beberapa sumber atau lokasi yang berbeda
pertama-tama dicampur dalam suatu tangki besar. Bahan kimia ditambahkan untuk
mengatur keseragaman kekentalan / viskositas dan warna. Lateks kemudian
digumpalkan dengan menambahkan koagulan (asam format). Gumpalan lateks yang
terbentuk kemudian diolah menjadi potongan-potongan kecil yang teratur dan
memiliki kondisi fisik yang sudah diatur atau diharapkan. Proses pengolahan ini
melewati beberapa tahapan dan kondisi tertentu, seperti proses penghancuran
atau penggilingan hingga menjadi remah-remah melewati mesin hammermill
yang kemudian masuk ke proses penggilingan melalui mesin ekstruder.
Kesimpulan
Mengembangkan industri
barang jadi karet bukan satu hal yang mudah untuk dilakukan. Beberapa faktor penting
yang mencakup faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal
menjadi kendala yang harus dihadapi. Dari faktor lingkungan internal, Indonesia
memiliki kontinuitas produksi karet yang didukung luas perkebunan karet
terbesar. di dunia sebagai kekuatan, namun masih terdapat kelemahan yang
meliputi kualitas bokar yang rendah, akses pemasaran industri kecil barang jadi
karet yang terbatas pada bidang otomotif, kemampuan pembiayaan (investasi
sektor hilir) yang minim, dan penguasaan teknologi penghasil barang jadi karet
yang sederhana. Sementara itu dari faktor lingkungan eksternal, Indonesia
memiliki peluang terhadap potensi pasar barang jadi karet di dalam negeri yang
masih besar, namun Indonesia juga dihadapkan pada pesaing-pesaing industri barang
jadi karet besar dengan produk yang telah mapan di pasaran, bahan dan alat
penunjang proses produksi barang jadi karet yang masih harus diimpor, dan
kebijakan pemerintah yang belum mendukung pengembangan industri barang jadi
karet sebagai ancaman.
Daftar Pustaka :
·
Damanik
Sabarman. 2012. Pengembangan Karet (Havea
Brasiliensis) Berkelanjutan di Indonesia
·
Fauzi
Rahmat. 2013. Alternatif Strategi Pengembangan Industri Barang Jadi Karet di
Indonesia
·
Anonim.
2019. Proses Pengolahan Karet Mentah. https://www.industrikaret.com/proses-pengolahan-karet-mentah.html
(Akses 28 September 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.