ZAT WARNA
Oleh:Tio Rizky Putra (P07-TIO)
Pada umumnya pewarna sintetis memiliki
beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas,
ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap
berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah,
ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik
terhadap semua bentuk kehidupan.Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai,
dan ramah lingkungan.Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan
mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning,
biru, dan coklat.Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah
karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil.Pewarna alami dapat
digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan
penyamakan kulit.Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan,
menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk
industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik.
Kata Kunci: pewarna alami,sumber, senyawa
kimia, kegunaan
PENDAHULUAN
Beragamnya selera konsumen terhadap warna
suatu produk, menjadikan produsen memvariasikanwarna produk yang dibuat. Kemajuan
teknologi mampu menciptakan zat pewarna sintetis dengan berbagai variasi warna
(Manurung, 2012). Zat pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan zat pewarna alam yaitu antara lain, mudah diperoleh
dipasar, Perkembangan
industri dibidang sandang, pangan, kosmetik dan farmasi serta terbatasnya
jumlah zat pewarna alami menyebabkan peningkatan penggunaan zat warna sintetis
(Paryanto dkk., 2012). Secara perlahan penggunaan pewarna alamimulai
ditinggalkan dan digantikan dengan pe-warna sintetis (Purnomo, 2004 dan Suarsa,
dkk. 2011).Pewarna sintetis digunakan untuk berbagai keperluan, tidak hanya
untuk pewarnaantekstil, barang kerajinan,per-alatan rumah tangga,kendaraan, dan
interior/eksterior bangunan; tetapi juga untukmakanan, minuman, dan
lainnya.Penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
lingkungan.Penggunaan pewarna sintetis seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, dan
Amaranthpada makanan dan minuman, sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat
memicu terjadinya kanker serta kerusakanginjal dan hati (Reysa, 2013).Sankaya
et al. (2012) melaporkan bahwa penambahan Amaranth 12,5; 25; dan 50mg/ml
menunjukkan hasil reaksi positif pada uji Somatic Mutation and Recombination
Test, atau dengan kata lain dapat berpotensi menyebabkan genotoxicity. Mamoto
dkk. (2013)jugamenyatakan bahwa Rhodamin Bseringkali digunakan untuk mewarnai
suatu produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik.RhodaminBmerupakan
bahan berbahaya, karenadapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan limfa
diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organ.Limbah pewarna sintetis dapat
menye-babkan pencemaran lingkungan dan meru-pakan bahan berbahaya, karena
beberapa pewarna dapat terdegradasi menjadi se-nyawa yang bersifat karsinogenik
dan beracun
Permasalahan
ZAT PEWARNA ALAMISejarah Zat Pewarna
AlamiWarna merupakan salah satu daya tarik utama,danmenjadi kriteria penting
untuk penerimaan produk seperti tekstil, kosmetik, pangan dan lainnya (Rymbai
et al., 2011).Zat warna sangat diperlukan untuk menam-bah nilai artistik dan
digunakan dalam mem-variasikan suatu produk (Jos, dkk., 2011).Seni aplikasi
warna telah dikenal manusia mulai dari jaman dahulu, pada3500 SM (sebelum
masehi)manusia telah meng-gunakan zat pewarna alami yang diekstrak dari
sayuran, buah-buahan, bunga,danserangga (Kant, 2012).Hal ini diperkuat dengan
temuan pakaian berwarnadan jejak pewarna dari madderdi reruntuhan peradaban
Mohenjodaro dan Harappa 3500 SM. Mumi yang ditemukan di makam raja Tutankhamnen
di Mesir terbungkus oleh kain berwarna merah, hasil uji kimia menunjukkan bahwa
warna merah merupakan senyawa alizarin suatu pigmen yang diekstrak dari
madder(Aberoumand,2011). Catatan tertulis ditemukan bahwa, pewarna alami telah
digunakan di China pada 2600 SM (Rymbai et al., 2011).Di anak benua
Indiapencelupan kain telah dikenal pada periode lembah Indus yaitu pada 2500 SM
(Aberoumand, 2011).Pada abad ke empat masehi, pewarna seperti woad, madder,
weld, brazilwood, indigo(nila), telah diketahui, bahkan hennatelah digunakan
pada 2500 SM. Referensi penggunaan biocolorantsuntuk pewarna makanan diketahui
dari teks Shosoinperiode Nara asal Jepang abad ke delapan, berisi
tentangpewarnaankacang kedelai dan adzuki-kue kacang. Dengan demikian tampak
bahwa selama periode tersebut orang-orang telah mewarnaimakanan olahan (Rymbai
et al., 2011)
PENYELESAIAN
PEMBAHASANSemua jenis dan bagian-bagian
tanaman serta beberapa mikroorganismedapat menghasilkan bahan pewarna.Namun
demikian, jenis warna dan senyawa kimia yang terkandungdidalamnyaberagam
tergantung asal bahan, dan cara memperolehnya.Pemanfaatan pigmenyang dihasilkan
tanaman masih sangat rendahyaitu sekitar 7,5%, sisanya sebanyak 1850 pigmen
belum dimanfaatkan.Pada prinsipnya 1850 pigmen dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan industri. Namun masih diperlukan penelitian secara seksama
agar produk yang diwarnai dapat memiliki kualitas baik. Disamping itu juga
perlu diperhatikan potensi sumbernya, untuk menjamin kontinuitas ketersediaan
pigmen, agar kelangsungan berusaha dengan menggunakan pigmen tersebut terjamin.
Sifat dan budidaya untuk setiap jenis tanaman dapat dipelajari dan diketahui
dengan pasti sehingga produksi akar, batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji
dalam periode dan luasan tertentu akan dapat ditentukan hasilnya. Dengan
demikiandapat digunakan untuk perencanaan produksi bahan pewarna alam
Tanaman yang telah dibudidayakan dan
menghasilkan pewarna yang baik dapat dijadikan sebagai sumber potensial bahan
pewarna alami, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan bahan pewarna alami
seperti gambir, nila, kesumba dan kayu jati.Peningkatan kepedulianuntuk produk
ramah lingkungan di negara-negara maju, memberi peluang penggunaan dan usaha
produksi bahan pewarna alami yang lebih besar, serta pengembangan teknologi
proses ekstraksi dan aplikasi dari bahan pewarna alami.Untuk memproduksi
pewarna alami dalam bentuk siap pakai, dan tersedia di pasar dalam jumlah
cukupserta harganya dapat bersaing, kiranya masih dibutuhkan waktu yang panjang
atau beberapa tahun. Hal ini disebabkan pewarna alami yang ada dipasaran saat
ini merupakan produk dari industri kecil yang sumber bahan bakunya belum
dikelola secara baik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kepedulian
terhadap kesehatan dan lingkungan menjadikan pewarna alami diminati dan
digunakandi industri. Sumber potensial pewarna alami adalah tumbuhan dan
mikroorganisme. Dari 2000 pigmen yang dihasilkan tumbuhan baru 150 pigmen yang
digunakan sebagai pewarna.Jenis warna dan kandungan senyawa kimia yang
dihasilkan dari sumber pewarna alami beraneka ragam. Kesesuaian antara senyawa
pigmen dengan bahan/produk dan pemenuhan tuntutan proses senyawa pigmen akan
dapat menghasilkan pewarnaan yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Aberoumand,
A. 2011. A Review Article on Edible Pigments Properties and Sources as Natural
Biocolorants in Foodstuff and Food Industry.World J Dairy Food Sci,6(1): 71-78.
Farida,
Pujilestari T., Atika V., Haerudin A., Pristiwati E. 2014. Penelitian
Pemanfaatan Sumber Daya Limbah Kelapa Sawit, Kakao, Gambir dan Rumput Laut
untuk Pewarna Batik dan Serat Alam Non Tekstil.Balai Besar Kerajinan dan Batik,
Yogyakarta
Gupta,
C., Garg, A.P., Prakash, D., andGoyal, S. 2011. Microbes as Potential Source Of
Biocolours.Pharmacologyonline,2: 1309-1318.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.