.

Sabtu, 28 September 2019

INDUSTRI ZAT WARNA


ZAT WARNA


Oleh:Tio Rizky Putra (P07-TIO)
ABSTRAK
Pada umumnya pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan antara lain; jenis warna beragam dengan rentang warna luas, ketersediaan terjamin, cerah, stabil, tidak mudah luntur, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnai kuat, mudah diperoleh, murah, ekonomis, dan mudah digunakan. Namun demikian penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang baik terhadap semua bentuk kehidupan.Pewarna alami bersifat tidak beracun, mudah terurai, dan ramah lingkungan.Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat.Kelompok penting senyawa kimia pewarna alami adalah karotenoid, flavonoid, tetrapirroles, dan xantofil.Pewarna alami dapat digunakan pada industri tekstil, makanan, farmasi, kosmetik, kerajinan dan penyamakan kulit.Peningkatan kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, menjadikan pewarna alami sebagai pewarna yang dianjurkan, disamping itu produk industri dengan pewarna alami memiliki pasar yang baik.
Kata Kunci: pewarna alami,sumber, senyawa kimia, kegunaan
PENDAHULUAN
Beragamnya selera konsumen terhadap warna suatu produk, menjadikan produsen memvariasikanwarna produk yang dibuat. Kemajuan teknologi mampu menciptakan zat pewarna sintetis dengan berbagai variasi warna (Manurung, 2012). Zat pewarna sintetis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan zat pewarna alam yaitu antara lain, mudah diperoleh dipasar, Perkembangan industri dibidang sandang, pangan, kosmetik dan farmasi serta terbatasnya jumlah zat pewarna alami menyebabkan peningkatan penggunaan zat warna sintetis (Paryanto dkk., 2012). Secara perlahan penggunaan pewarna alamimulai ditinggalkan dan digantikan dengan pe-warna sintetis (Purnomo, 2004 dan Suarsa, dkk. 2011).Pewarna sintetis digunakan untuk berbagai keperluan, tidak hanya untuk pewarnaantekstil, barang kerajinan,per-alatan rumah tangga,kendaraan, dan interior/eksterior bangunan; tetapi juga untukmakanan, minuman, dan lainnya.Penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan.Penggunaan pewarna sintetis seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, dan Amaranthpada makanan dan minuman, sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu terjadinya kanker serta kerusakanginjal dan hati (Reysa, 2013).Sankaya et al. (2012) melaporkan bahwa penambahan Amaranth 12,5; 25; dan 50mg/ml menunjukkan hasil reaksi positif pada uji Somatic Mutation and Recombination Test, atau dengan kata lain dapat berpotensi menyebabkan genotoxicity. Mamoto dkk. (2013)jugamenyatakan bahwa Rhodamin Bseringkali digunakan untuk mewarnai suatu produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik.RhodaminBmerupakan bahan berbahaya, karenadapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organ.Limbah pewarna sintetis dapat menye-babkan pencemaran lingkungan dan meru-pakan bahan berbahaya, karena beberapa pewarna dapat terdegradasi menjadi se-nyawa yang bersifat karsinogenik dan beracun
Permasalahan
ZAT PEWARNA ALAMISejarah Zat Pewarna AlamiWarna merupakan salah satu daya tarik utama,danmenjadi kriteria penting untuk penerimaan produk seperti tekstil, kosmetik, pangan dan lainnya (Rymbai et al., 2011).Zat warna sangat diperlukan untuk menam-bah nilai artistik dan digunakan dalam mem-variasikan suatu produk (Jos, dkk., 2011).Seni aplikasi warna telah dikenal manusia mulai dari jaman dahulu, pada3500 SM (sebelum masehi)manusia telah meng-gunakan zat pewarna alami yang diekstrak dari sayuran, buah-buahan, bunga,danserangga (Kant, 2012).Hal ini diperkuat dengan temuan pakaian berwarnadan jejak pewarna dari madderdi reruntuhan peradaban Mohenjodaro dan Harappa 3500 SM. Mumi yang ditemukan di makam raja Tutankhamnen di Mesir terbungkus oleh kain berwarna merah, hasil uji kimia menunjukkan bahwa warna merah merupakan senyawa alizarin suatu pigmen yang diekstrak dari madder(Aberoumand,2011). Catatan tertulis ditemukan bahwa, pewarna alami telah digunakan di China pada 2600 SM (Rymbai et al., 2011).Di anak benua Indiapencelupan kain telah dikenal pada periode lembah Indus yaitu pada 2500 SM (Aberoumand, 2011).Pada abad ke empat masehi, pewarna seperti woad, madder, weld, brazilwood, indigo(nila), telah diketahui, bahkan hennatelah digunakan pada 2500 SM. Referensi penggunaan biocolorantsuntuk pewarna makanan diketahui dari teks Shosoinperiode Nara asal Jepang abad ke delapan, berisi tentangpewarnaankacang kedelai dan adzuki-kue kacang. Dengan demikian tampak bahwa selama periode tersebut orang-orang telah mewarnaimakanan olahan (Rymbai et al., 2011)
PENYELESAIAN
PEMBAHASANSemua jenis dan bagian-bagian tanaman serta beberapa mikroorganismedapat menghasilkan bahan pewarna.Namun demikian, jenis warna dan senyawa kimia yang terkandungdidalamnyaberagam tergantung asal bahan, dan cara memperolehnya.Pemanfaatan pigmenyang dihasilkan tanaman masih sangat rendahyaitu sekitar 7,5%, sisanya sebanyak 1850 pigmen belum dimanfaatkan.Pada prinsipnya 1850 pigmen dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. Namun masih diperlukan penelitian secara seksama agar produk yang diwarnai dapat memiliki kualitas baik. Disamping itu juga perlu diperhatikan potensi sumbernya, untuk menjamin kontinuitas ketersediaan pigmen, agar kelangsungan berusaha dengan menggunakan pigmen tersebut terjamin. Sifat dan budidaya untuk setiap jenis tanaman dapat dipelajari dan diketahui dengan pasti sehingga produksi akar, batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji dalam periode dan luasan tertentu akan dapat ditentukan hasilnya. Dengan demikiandapat digunakan untuk perencanaan produksi bahan pewarna alam
Tanaman yang telah dibudidayakan dan menghasilkan pewarna yang baik dapat dijadikan sebagai sumber potensial bahan pewarna alami, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan bahan pewarna alami seperti gambir, nila, kesumba dan kayu jati.Peningkatan kepedulianuntuk produk ramah lingkungan di negara-negara maju, memberi peluang penggunaan dan usaha produksi bahan pewarna alami yang lebih besar, serta pengembangan teknologi proses ekstraksi dan aplikasi dari bahan pewarna alami.Untuk memproduksi pewarna alami dalam bentuk siap pakai, dan tersedia di pasar dalam jumlah cukupserta harganya dapat bersaing, kiranya masih dibutuhkan waktu yang panjang atau beberapa tahun. Hal ini disebabkan pewarna alami yang ada dipasaran saat ini merupakan produk dari industri kecil yang sumber bahan bakunya belum dikelola secara baik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan menjadikan pewarna alami diminati dan digunakandi industri. Sumber potensial pewarna alami adalah tumbuhan dan mikroorganisme. Dari 2000 pigmen yang dihasilkan tumbuhan baru 150 pigmen yang digunakan sebagai pewarna.Jenis warna dan kandungan senyawa kimia yang dihasilkan dari sumber pewarna alami beraneka ragam. Kesesuaian antara senyawa pigmen dengan bahan/produk dan pemenuhan tuntutan proses senyawa pigmen akan dapat menghasilkan pewarnaan yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Aberoumand, A. 2011. A Review Article on Edible Pigments Properties and Sources as Natural Biocolorants in Foodstuff and Food Industry.World J Dairy Food Sci,6(1): 71-78.
Farida, Pujilestari T., Atika V., Haerudin A., Pristiwati E. 2014. Penelitian Pemanfaatan Sumber Daya Limbah Kelapa Sawit, Kakao, Gambir dan Rumput Laut untuk Pewarna Batik dan Serat Alam Non Tekstil.Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta
Gupta, C., Garg, A.P., Prakash, D., andGoyal, S. 2011. Microbes as Potential Source Of Biocolours.Pharmacologyonline,2: 1309-1318.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.