Oleh :
Tesalonika Sheren Efrata
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana Jakarta
Email : tesalonikaefrat@gmail.com
ABSTRAK
Dalam permasalahan
lingkungan sekarang ini masalah penyebaran bahan kimia atau bahan –bahan lain
yang dapat merubah keadaan seimbang pada lingkungan menjadi permasalah serius
dan belum dapat terselesaikan dengan baik. Salah satu permasalah yang belum
terselesaikan yaitu masalah pencemaran air. Semakin berkembang nya teknologi
dan industri pada era sekarang ini, hasil buangan dari kegiatan tersebut masih
saja belum mendapatkan penanganan yang tepat. Akibatnya pengelola suatu
industri yang tidak tahu bagaimana cara menangani limbah tersebut dapat
berdampak buruk bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitar kawasan
industri tersebut.
Perkembangan penduduk
dan keterbatasan sarana sanitasi dan instalasi pengolah air limbah domestik juga
menyebabkan tingginya pencemaran air permukaan, terutama air sungai. Instalasi
pengolah air limbah rumah tangga dipandang mahal dan sulit diterapkan di negara
berkembang. Banyak peristiwa diseluruh muka bumi dimana penduduknya tidak
memiliki akses air besih (air minum) dan juga tidak memiliki fasilitas sanitasi
yang layak (tidak memiliki toilet yang layak bahkan tidak memiliki toilet). Hal
tersebut menjadi salah satu penyebab pencemaran air yang terjadi. Limbah
domestik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga memasuki wilayah perairan tanpa
mengalami pengolahan terlebih dahulu sehingga terjadi pencemaran air permukaan
dan air bawah tanah. Sangat diperlukan langkah-langkah upaya menanggulangi
bahkan mencegah terjadinya pencemaran air dengan adanya pendidikan lingkungan
mengedepankan cara berpikir, kebiasaan, sikap dan karakter masyarakat menjadi
peduli dengan sumber daya alam yang ada termasuk salah satunya yaitu air.
Kata kunci : pencemaran linkungan, air,
limbah, pendidikan lingkungan.
PENDAHULUAN
Masalah pencemaran lingkungan yang saat ini terjadi merupakan
salah satu dampak negatif perkembangan teknologi yang manusia ciptakan. Karena
perilaku manusia yang menggunakan sumber daya alam secara besar-besaran dan
tidak memulihkannya lagi maka akan berdampak di masa yang akan mendatang. Banyak
sekali dampak negatif yang terjadi akibat teknologi – teknologi yang kini ada
dan menyumbang hasil buangan yang tidak menguntungkan bagi manusia dan bagi
bumi. Salah satu teknologi yang semakin berkembang yaitu kendaraan bermotor
yang menghasilkan emisi carbon yang berakibat pada suhu bumi yang semakin
meningkat dan berdampak terjadinya peristiwa pemanasan global.
Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya emisi gas rumah
kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx),
chlorofluorocarbon (CFC) dan gas lainnya secara berlebihan di atmosfer,
sehingga cahaya matahari yang dipantulkan bumi sebagai radiasi infra merah
gelombang panjang dan ultraviolet yang akan diteruskan ke angkasa luar, namun
sebagian besar dipantulkan kembali ke bumi oleh gas rumah kaca yang terbentuk
di atmosfer, sehingga semakin meningkatkan temperatur bumi. Disebut gas rumah
kaca karena beberapa gas yang terbentuk di atmosfer bumi ini berfungsi seperti
kaca pada rumah kaca, yang berperan meneruskan cahaya matahari namun menangkap
energi panas dari dalamnya. Dengan semakin besar konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer, akan semakin besar pula energi panas yang terperangkap di permukaan
bumi.
Proses terjadinya pemanasan global berawal dari matahari
sebagai sumber energi di muka bumi. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk
radiasi gelombang elektromagnetik yang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini mengenai permukaan bumi, akan berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi dan permukaan bumi akan menyerap sebagian panas serta
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra
merah gelombang panjang dan ultraviolet ke angkasa luar. Namun sebagian panas
tetap terperangkap di permukaan bumi karena dipantulkan oleh sejumlah gas rumah
kaca yang terbentuk di atmosfer, menyebabkan panas tersebut tersimpan di
permukaan bumi. Mekanisme ini terjadi secara terus menerus, mengakibatkan
temperatur rata-rata tahunan bumi mengalami peningkatan.
Dampak pemanasan global karena peningkatan temperatur bumi
adalah berubahnya iklim global berupa perubahan curah hujan dan naiknya
intensitas frekuensi badai, naiknya paras laut akibat memuainya air laut pada
temperatur yang lebih tinggi dan akibat mencairnya es abadi di kawasan kutub
bumi, salinitas menurun dan sedimentasi meningkat di kawasan pesisir dan
lautan, sehingga semakin mengancam keberlanjutan sumber daya perairan yang ada
di bumi.
Menurut Hidayat dan Kholil (2018) bahwa aktivitas manusia
berpotensi untuk menimbulkan pencemaran ait, sehingga berdampak terhadap
penurunan kualitas air. Bahkan berbagai aktivitas seperti penebangan pohon,
pengembangan perumahan di daerah resapan air, pembuangan ssampah ke sungai,
pembangunan gedung dan jalan raya, secara langsung akan menurunkan ketersediaan
air. Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat
pula usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya. Sehingga
semakin variatif pula aktivitas manusia, salah satunya aktivitas industri. Akan
tetapi pertumbuhan industri ini memiliki efek samping yang kurang baik. Sebab
industri-industri kecil tersebut pada umumnya membuang limbahnya langsung ke
selokan/ badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran air karena dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang tinggi.
Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar langsung dialirkan ke danau,
badan air, sungai dan telaga tanpa diolah terlebih dahulu maka air limbah dapat
menyebabkan air tidak dapat dikonsumsi secara layak oleh manusia, gangguan
terhadap kesehatan, dan mengakibatkan kematian kehidupan air yang ada di
dalamnya. Maka dari itu perlu adanya pengolahan limbah terlebih dahulu agar
tidak terjadi pencemaran.
Menurut Sidjabat (2008) diperlukan solusi untuk mendapatkan
suatuproses atau teknologi bersih (clean technology) dan mengembangkan kimia
hijau (green chemistry) untuk dapat meminimalisasi limbah industri. Sedangkan
untuk mengolah limbah cair domestik diperlukan proses biodegradasi yaitu salah
satu pengolahan limbah secara biologi yang sering dipilih karena efektif untuk
pengolahan limbah organik terlarut dan membutuhkan biaya yang sedikit
(Doraja,dkk, 2012). Pada dasarnya, cara biologi adalah pemutusan molekul kompleks
menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini sangat peka terhadap
faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat
beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri,
algae, atau protozoa.
PERMASALAHAN
Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara umum
dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (Tempat
Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa
hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian
seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas
manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran
air dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian.
Banyak pabrik yang didirikan di sekitar sumber air berkaitan
dengan pemanfaatan air dalam proses produksi. Di Indonesia masih banyak pabrik
yang membuang limbah baik yang sudah diolah atau belum, secara langsung atau
tidak langsung ke perairan. Limbah yang dibuang ke dalam lingkungan perairan
inilah yang menyebabkan pencemaran air atau perairan yang selanjutnya akan
menimbulkan banyak masalah yang berkenaan dengan kesehatan, pada kenyataanya
masyarakat Indonesia yang bermukim di sekitar sungai memanfaatkan air tersebut
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan masyarakat yang tidak
memiliki sanitasi yang baik di tempat tinggalnya pasti akan membuang hasil
limbah cair rumah tangga mereka dengan sembarangan ke sungai dan dapat
menyebabkan tercemarnya perairan tersebut. Hal yang sangat serius ini harus
ditanggulangi secepatnya. Salah satu caranya yaitu melalui pendidikan
lingkungan mengenai cara mengolah limbah industri dan domestik.
PEMBAHASAN
Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak selalu terus
menerus sepanjang hari. Limbah yang dibuang baik kuantitas, kualitas maupun
waktu pembuangannya berkaitan erat dengan kegiatan yang dilakukan baik oleh
rumah tangga secara individu, tempat-tempat pelayanan dan fasilitas umum maupun
oleh pabrik yang menghasilkan limbah tersebut. Air limbah dari sektor rumah
tangga umumnya dibuang pada pagi hari hingga sore hari sehingga komposisi air
limbah tidak akan konstan sepanjang waktu. Sekitar 60% - 80% dari total air yang
digunakan dalam rumah tangga dibuang sebagai limbah cair. Limbah tersebut
secara langsung maupun tidak akan mencapai badan air (air tanah, sungai, danau)
sehingga mempengaruhi kualitas air.
Persentase kehadiran pencemar domestik di dalam badan air
sering dijadikan indikator maju tidaknya suatu negara. Hal tersebut tidak dapat
disangkal mengingat kebiasaan dan tatacara masyarakat di negara terbelakang dan
sedang berkembang membuang berbagai jenis buangan ke dalam badan air tanpa
pengolahan terlebih dahulu (Suriawiria, 1996 dalam Sasongko 2006). Selama ini
orang membuang limbah cair domestik ke badan air karena menganggap bahwa air
dapat melakukan daur ulang limbah cair secara fisika, kimiawi dan biologis,
berupa pelarutan hampir semua jenis zat/bahan.
Limbah organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
limbah cair yang berasal dari rumah tangga (domestik) jenis grey water. Limbah
domestik grey water berasal dari kegiatan mencuci dan memasak yang umumnya
langsung dibuang ke saluran penampung maupun perairan umum. Limbah tersebut
diduga mengandung protein, karbohidrat, dan lemak tinggi karena berasal dari
campuran sisa daging, susu,minyak dan nasi. Protein merupakan penyebab utama terjadinya
bau akibat proses penguraian. Minyak berwarna kuning berada pada permukaan
limbah. Walaupun kandungan organik dalam limbah domestik ini tidak dianalisa, namun
merujuk pada baku mutu limbah cair domestik, limbah yang mengandung bahan organik
tinggi akan mempunyai nilai BOD dan COD yang tinggi (Doraja, dkk, 2012).
Salah satu cara pengolahan air limbah adalah Constructed
Wetlands (CWs). Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi
efek berbahaya dari limbah, serta menyumbang upaya konservasi air. Constructed
Wetlands adalah salah satu rekayasa sistem pengolah limbah yang dirancang dan dibangun
dengan melibatkan tanaman air, tanah atau media lain, dan kumpulan mikroba
terkait (Greg, Young dan Brown, 1998 dalam Suswati dkk, 2013). Secara garis besar beberapa kelebihan CWs
dengan sistim SSF (Kadlec dan Knight, 1996), adalah: (1) Konstruksi sederhana,
sehingga mudah dalam pembuatannya; (2) fleksibel dalam pemilihan lokasi
penempatan (di dalam maupun di luar ruangan); (3) keleluasaan dalam sistim
operasi (misal sistim gravitasi atau menggunakan pompa); (5) biaya murah,
karena jika menggunakan sistem gravitasi maka pemanfaatan energi dari luar
hanyalah sinar matahari; (6) karena limbah tidak kontak dengan udara luar, maka
tidak timbul bau; (7) kinerja bisa diandalkan; (8) tidak menjadi tempat
berkembangnya nyamuk; dan (9) dapat ditampilkan sebagai sebuah taman yang
memiliki nilai estetika
Constructed Wetlands dirancang, direncanakan, dibuat dan
dioperasikan untuk memberikan berbagai tujuan. Fungsi CWs sebagai pengolah
limbah bukan hanya mengolah air limbah domestik, tetapi juga limbah industri,
limbah rumah sakit maupun limbah pertambangan. Untuk masing-masing fungsi
sebagai pengolah limbah, harus dirancang sesuai dengan karakter limbah yang
diolah. Sebagai pengolah limbah domestik, maka CWs harus didisain memenuhi
fungsi estetika, sehingga bisa ditampilkan sebagai Taman Tanaman Air di
lingkungan rumah
Selain dengan CWs pengolahan limbah domestik dapat
menggunakan Taman Biologi (Bio–Park). Bio-Park merupakan salah satu teknologi
hijau yang digunakan untuk memperbaiki kualitas sumber-sumber air yang tercemar
seperti air saluran, sungai dan danau. Proses reduksi bahan-bahan pencemar
dalam Bio-Park terjadi melalui siklus rantai makanan dalam ekosistem akuatik
atau ekoteknologi. Di Jepang, teknologi Bio-Park diterapkan untuk memperbaiki
kualitas air danau antara lain Danau Tsuchiura, Kibagata, Koishikawa, dan
Haruno. Teknologi
Bio-Park merupakan upaya adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global dengan
karakteristik yaitu menanam vegetasi, memperbaiki kualitas air yang tercemar secara
efisien tanpa bahan kimia, memanfaatkan lumpur sebagai pupuk organic, tidak
menghasilkan limbah kimiawi dan berprinsip “ zero emission System” .
Selain itu ada teknologi lain yang dapat dikenalkan dan
semakin dikembangkan untuk mengolah limbah cair domestik yaitu Ecological sanitation
(Ecosan) yang merupakan teknologi hijau yang diharapkan menjadi revolusi baru
untuk peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya pengolahan limbah
domestik. Ecosan didasarkan kepada tiga prinsip yaitu pencegahan pencemaran
lebih baik daripada melakukan pengendalian dan pengawasan setelah terjadi
pencemaran, perbaikan sanitasi tinja dan urine dan pemanfaatan produk Ecosan
untuk pertanian.
Sedangkan untuk meminimalisasi limbah dari suatu proses kimia
perlu mempertimbangkan aspek lingkungan, utilisasi atom dan peran katalis atau
proses katalitik (Sidjabat,2008). Pada umumnya industri-industri kima mendapat tekanan
dari berbagai regulasi atau peraturan pemerintah agar dapat meminimalisasi
limbahnya. Seperti diketahui, limbah didefinisikan sebagai semua produk hasil
proses (hasil samping) kecuali produk yang diinginkan. Dalam hal ini perlu ada
pertimbangan yang disebut faktor lingkungan yaitu jumlah limbah yang dihasilkan
per kilogram produk dalam berbagai segmen industri kimia. Kemudian proses-proses
industri dirancang berdasarkan konsep utilisasi atom (atom utilization).
Utilisasi atom berarti bahwa perhatian ditujukan pada perancangan reaksi kimia
sehingga seluruh atau hampir semua atom dari bahan awal (umpan) dalam proses
akan dikonversikan menjadi molekul atau senyawa yang diinginkan daripada
menjadi produk samping sebagai limbah. Utilisasi atom sering disebut
selektifitas atom, merupakan suatu kunci untuk meminimalisasi limbah
berdasarkan selektifitas yaitu suatu ukuran tentang bagaimana efisiensinya
suatu sintetis (reaksi) yang dilakukan (Sidjabat, 2008). Juga peranan katalis
yang berguna selain untuk mempercepat reaksi juga dapat mengarahkan reaksi ke
produk yang diinginkan dengan selektifitas tinggi sehingga dapat memberi suatu
solusi yang realistis terhadap pencemaran lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam keadaan lingkungan yang sekarang ini mengalami
perubahan – perubahan yang tidak selayaknya terjadi harus diperlukan adanya
suatu tindakan nyata dalam menanggulangi peristiwa peristiwa tersebut. Salah satu
peristiwa yang terjadi yaitu pencemaran terhadpa wilayah perairan. Terjadinya
pencemaran air ini memiliki beberapa penyebab, salah satunya yaitu akibat
limbah industri dan domestik dimana masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang
lebih dalam mengolah limbah ini agar tidak mencemari dan membahayakan
lingkungan. Maka diperlukan adanya tindakan preventif dan represif dalam
menangani masalah pencemaran air akibat limbah industri dan domestik. Hal yang
harus diperhatikan dalam menangani limbah industri yaitu faktor lingkungan, utilisasai
atom dan proses katalitik. Sedangkan untuk pengolahan limbah domestik dapat
dilaksanakannya upaya teknologi hijau seperti cara Constructed Wetlands (CWs),
bio-park dan ecosan.Hal-hal tersebut penting dilakukan untuk dapat memperbaiki
keadaan bumi yang sudah banyak mengalami perubahan yang dapat menganggu
kelangsungan hidup manusia dan agar terciptanya kehidupan yang berlangsung
sampai ke generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat dan M. Kholil. 2018.
Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta : Penerbit Wahaya
Resolusi.
Doraja, P.H, dkk. 2018.
Biodegradasi Limbah Domestik Dengan Menggunakan Inokulum Alami Dari Tangki
Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS vol. 1, no. 1, (sept. 2012) issn: 2301-928x.
Sidjabat, Oberlin. 2008.
Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi Limbah
Industri. Lembaran Publikasi Lemigas vol. 42 no 1, April (2008) : 45-50
Suswati, Anna Chatarina dkk. 2013. Pengolahan Limbah Domestik
Dengan Teknologi Taman Tanaman Ar (Constructed
Wetlands). Indonesian Green Technology Journal. Vol2. No 2. 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.