.

Sabtu, 31 Agustus 2019

LIMBAH RUMAH TANGGA YANG MENCEMARI AIR


Dendi Anggara Putra
(41618110041)

Mahasiswa Teknik Industri  Semester 2
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta
(Tugas Mata Kuliah Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri)







ABSTRAK
Air adalah sumber kehidupan manusia di planet ini, bisa kita banyangkan bahwa ternyata tubuh manusia mengandung sekitar 60 – 70 persen air dari berat tubuh. Dengan kandungan tersebut tentu kita butuh asupan air yang memadai setiap hari nya untuk mendukung aktifitas kita sehari – hari. Belum lagi berbagai kebutuhan diluar asupan untuk tubuh seperti mandi, mencuci, memasak dan lain sebagai nya. Dan tentu saja dengan segala kebutuhan tersebut tentulah air yang kita butuhkan adalah air bersih baik untuk kebutuhan pendukung apalagi kebutuhan khusus bagi tubuh kita. Bisa dibayangkan jika untuk mandi dan mencuci saja jika kita menggunakan air yang tercemar akan menimbulkan penyakitpada tubuh luar, apalagi jika untuk dikonsumsi. Dan ironisnya, justru air yg tercemar dilingkungan kita juga salah satu penyebabnya adalah aktifitas kebutuhan rumah tangga kita sehari – hari tersebut. Karena dalam penggunaan air pada rumah tangga seperti mandi dan mencuci umum nya masyarakat kita menggunakan cairan yang mengandung bahan – bahan kimia ( sabun dan detergen) yang mana zat kimia tersebut mencemari air dan ekosistem didalam nya.

Kata kunci : kebutuhan air, pencemaran air, limbah rumah tangga, zat kimia.



        I.            PENDAHULUAN
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energy, unsur atau komponen lainya kedalam air sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa. (Junaidi dan Hasana, 2014 dalam Febriawati, 2012). Dari pengertian sederhana ini kita dapat membayangkan bagaimana kontribusi kita sendiri dalam mencemari air. Dengan mandi saja sudah berapa banyak zat kimia yang berpotensi mencemari air kita sumbangkan.
Tanpa kita sadari bahwa, limbah adalah buangan tidak diinginkan karena tidak mengandung nilai ekonomis yang dihasilkan dari suatu proses produksi bai itu industry maupun rumah tangga . limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut diatas memberikan dampak negative seperti timbulnya pencemaran pada air sehingga berpengaruh pulah terhadap kesehatan manusia. (Subekti, 2009). Dan pada akhirnya pun dampak negative tersebut akan menghampiri kita dengan semakin banyak nya limbah yang kita buat seiring sejalan dengan pencemaran air yang semakin meluas pula. Hal ini semakin diperburuk dengan belum ditemukan nya teknologi yang ekonomis dan efisien dalam pengelolaan limbah untuk kembali seperti air yang belum tercemar sebelum nya. Sehingga kajian – kajian yang ada masih dititik beratkan pada kesadaran kita dalam mengkonsumsi air.
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Warlina, 2004 dalam Setiawan, 2001). Dengan demikian, jika dititik beratkan pada kondisi yang terjadi saat ini. Maka, aspek penyebab atau pelaku lah yang menjadi sorotan utama dalam temuan kita terhadap semakin meluas nya pencemaran air akibat dari aktifitas manusia itu sendiri. Kita tidak mencoba membahas lebih jauh atau lebih luas. Dalam tulisan ini hanya akan mengkhususkan pada aspek penyebab nya dalam lingkup kegiatan rumah tangga saja.

      II.            PERMASALAHAN
Dalam menjalani kehidupan ini, untuk satu orang manusia saja bisa kita ukur berapa liter penggunaan air baik untuk dikonsumsi langsung ke tubuh atau dipergunakan untuk, cuci tangan, cuci muka, cuci kaki, mandi, buang air besar (Tinja), mencuci pakaian dan lain sebagai nya. Masih banyak kegiatan – kegiatan lain dengan media air yang tentu saja tidak dapat kita jabarkan satu persatu. Dengan gambaran penggunaan air tersebut, juga dapat kita bayangkan berapa liter pula dalam setiap kegiatan tersebut dari air yang digunakan menjadi air limbah.
Menurut Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, limbah domestik terbagi dalam dua kategori yaitu pertama, air limbah  domestik yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida. Kedua adalah air limbah yang berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja dan air seni (Yudo, 2010 dalam Fakhrizal, 2004). Jadi, pemersalahan pencemaran air domistik (lingkungan sekitar) adalah murni sebagai tanggung jawab individu dalam memanfaatkan air tersebut. Perlunya kebijaksanaan setiap orang yang menggunakan air demi kepentingan jangka panjang yang lebih besar.




    III.            PEMBAHASAN
Dengan mengetahui akar permasalahan di atas, kita diharapkan untuk lebih memperhatikan cara kita memanfaatkan air tersebut melalui penggunaan – penggunaan bahan – bahan yang secara signifikan mencemari kualitas air dilingkungan kita.  Menurut Warlina (2004), Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
 Kehidupan keseharian kita sangat berdampak sekali terhadap pencemaran air itu sendiri. Untuk lebih memperluas pengetahuan kita secara spesifik terhadap tercemarnya air akibat aktifitas rumah tangga, ada baiknya kita mengenal bahan -  bahan penyebab pencemaran itu sendiri.
Menurut Yudo (2010), umumnya ada lima bahan yang mengandung pencemaran air diantaranya BOD-COD, ammonia, fosfat, detergen dan tinja. Berikut penjelasan singkat nya :
a.    BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untukmenguraikan bahan pencemar organik dalam air. Makin besar konsentrasi BOD suatu perairan, menunjukkan konsentrasi bahan organik di dalam air yang juga tinggi.
b.    COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Pengukuran COD dilakukan, karena dalam bahan organik sering ditemukan bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara biologis dan hanya dapat diuraikan secara kimiawi. Secara umum, angka BOD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi.
c.       Amonia (NH3)
Amonia itu termasuk gas alkalin yang tidak berwarna, lebih ringan dari udara dan punya aroma khas yang menyengat. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.
d.      Fosfat
Fosfat terdapat dalam jumlah yang signifikan pada efluen pengolahan air buangan domestic. Fosfat yang terdapat bebas di alam, terutama di air, dominan berada di dalam bentuk senyawa PO4-3 (phosphate). Komposisi dari input fosfat terdiri dari industri 7,3%, derivasi deterjen 40%, buangan manusia 44% dan pembersih rumah 6,7%. Hal ini menunjukkan bagaimana berbagai aktivitas masyarakat di era modern dan semakin besarnya jumlah populasi manusia menjadi penyumbang yang sangat besar bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air.
e.      Deterjen
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun. Antara lain :
1. Surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme (nonbiodegradab).
2. Senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Alga (meledaknya populasi tanaman air)
3. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP), pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk pewangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci.
4. Bahan penimbul busa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang melimpah. 5. Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.
f.        Tinja
Tinja merupakan bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E-coli). Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya. Saat ini E-coli adalah mikroorganisme yang mengancam badan air sungai. Bakteri penghuni usus manusia dan hewan berdarah panas ini telah mengkontaminasi badan air sungai, setelah tinja memasuki badan air, E-coli akan mengkontaminasi perairan, bahkan pada kondisi tertentu E-coli dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati.
Dengan penjelasan diatas, diharapakan dapat menambah pengetahuan kita terhadap salah satu dari berbagai penyebab pencemaran air dilingkungan kita sendiri. Tentu saja akan sulit bila kita melihat dari penggunaan tersebut di lingkungan perkotaan. Namun, bagi daerah –daerah yang penggunaan bahan – bahan tersebut masih belum signifikan, semoga pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin. Menurut Hidayat dan Kholil (2018), pencemaran air sebenarnya dapat dikendalikan. Namun perlu partisipasi aktif semua warga planet bumi, tanpa terkecuali. Hal ini karena sumberdaya air adalah satu kesatuan, tidak mengenal wilayah atau batas kepemilikan.
Dengan demikian, pembahasan pada artikel ilmiah ini menitik beratkan pada subtansi kegiatan rumah tangga yang mana dalam kegiatan dengan menggunakan media air sebagian besar nya menggunakan bahan – bahan yang dapat mencemari air tersebut. Adalah tanggung jawab setiap individu untuk lebih memperhatian setiap bahan yang digunakan dan seperti apa dampak nya pada air dilingkungan kita.

    IV.            KESIMPULAN DAN SARAN
Seyogianya, pencemaran air haruslah menjadi perhatian kita semua. Bukan untuk orang lain, akan tetapi lebih kepada diri kita sendiri. Kesadaran kita terhadap penggunaan air dalam aktifitas keseharian bertuajuan untuk menjadikan kita lebih bijaksana dalam memanfaatkan sumber kehidupan tersebut.
Sekecil apapun kontribusi kita terhadap keberlangsung sumber air bersih di bumi ini, yakin lah suatu hari nanti akan terasa. Mungkin bukan kita yang merasakan langsung, akan tetapi anak cucu kita atau orang – orang yang kita sayangi akan berterimkasih. Bijaklah dalam menggunakan air demi masa depan yang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Alfia dan M.Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Penerbit WR. Yogyakarta
Yudo, Satmoko. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Wilayah Dki Jakarta ditinjaudari parameter organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen Dan Bakteri Coli. Dalam (http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2452/2063) diakses pada tanggal 31 Agustus 2019.
Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangan nya. Dalam (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf) diakses pada tanggal 31 Agustus 2019.
Junaidi, AF dan Uun Ayyil Hasanah. 2014. Penyuluhan Tentang Penanganan Limbah Rumah Tangga. Dalam (http://jurnal.uii.ac.id/ajie/article/download/7816/6797) diakses pada tanggal 31 Agustus 2019.
Subekti, Sri. 2009. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Dalam (https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/view/140/137) diakses pada tanggal 31 Agustus 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.