Mendeteksi Kualitas Udara Sejak Dini
Pada saat ini penggunaan pengatur
suhu ruangan (AC) sangat diperlukan unuk meningkatkan kenyamanan seseorang
dalam ruangan. AC memiliki kemampuan untuk menyaring udara yang kotor. Namun
terkadang tidak semua dapat disaring dengan baik. Kualitias udara ruangan pun
dapat menurun dan menimbulkan banyak dampak negatif bagi kesehatan tubuh
manusia.
Penggunaan pengatur
suhu ruangan (air conditioning/AC) sebagai pengganti ventilasi untuk kenyamanan
ruang kerja terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenyamanan ini diharapkan
mendorong produktifitas kerja sehingga setiap orang bisa mengoptimalkan
kemampuannya. Tapi, tidak selamanya penggunaan AC berdammpak positif, terutama
jika pendingin ruangan ini tidak dirawat dengan baik.
Ac yang jarang
dibersihkan menyebabkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat
menyebabkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan bisa menyebabkan gangguan
kesehatan, Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).
Apalagi jika AC itu dipasang dalam ruangan yang banyak aktifitas di dalamnya.
Kondisi ini bisa meningkatkan resiko terpaparnya polutan semakin tinggi. Tapi
hal ini belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Pada dasarnya AC
dirancang mampu mengeluarkan bahan polutan kadar gas CO2 ddan O2 dari dalam
ruangan. Bahan partikulat ini bisa dikurangi secara signifikan oleh filter
didalam AC sehingga kadar polen dalam ruangan berkurang secara signifikan.
Karena itu secara teoritas jumlah bakteri dan spora di gedung ber-AC lebih sedikit
dibanding gedung tanpa AC.
Menurut penelitian dari
The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), ada lima
sumber pencemaran utama dalam ruangan yang biasa terjadi. Pertama, pencemaran
dari alat-alat digedung seperti asap rokok, pestisida, dan pembersih ruangan.
Kedua, pencemaran dari luar gedung seperti gas buang kendaraan bermotor, gas
dari cerobong asap atau dapur, toilet dan kamar mandi yang tidak tepat posisi
lubang udaranya.
Ketiga, pencemaran dari
bahan bangunan seperti lem, asbes, fiberglass, dan bahan lain. Keempat,
pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba
lainnya. Kelima, gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar
yang masuk, buruknya distribusi udara
dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Sumber penccemaran ini
tentu saja harus diantipasi agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kualitas udara dialam ruangan. Dampak negatif pencemaran udara didalam ruangan
biasanya terjadi pada organ tubuh yang memiliki kontak langsung dengan udara.
Beberapa keluhan yang bisa ditimbulkan antara lain iritasi selaput lendir
berupa iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair. Sedangkan iritasi
hidung berupa bersin-bersin, gatal, iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal,
dan batuk kering.
Adapun gangguan
neurotoksik akibat pencemaran udara antara lain sakit kepala, lemah, mudah
lelah, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi. Sedangkan gangguan paru dan
pernafasan berupa batuk, nafas berbunyi, sesak nafas, dan rasa berat di dada.
Sedangkan gangguan pada kulit antara lain kulit gatal, kulit kering, dan
gangguan saluran cerna berupa diare dan gangguan lain seperti gangguan saluran
cerna seperti diare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.