Abstrak
Manusia
memiliki kebutuhan yang akan dipenuhi dalam hidupnya. Dari kebutuhan tersebut,
yang paling mendasar ialah kebutuhan fisiologis. Dalam kebutuhan fisiologis,
terdapat kebutuhan yang perlu dipenuhi
yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan. Air merupakan salah satu hal yang
termasuk di dalamnya. Kehidupan akan begitu sulit bila tidak ada air, terutama
air bersih. Pasokan air dapat diambil dari berbagai sumber, salah satunya
sungai. Penggunaan air yang sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Keadaan air sungai sekarang ini sangat memprihatinkan,beberapa masalah
yang terjadi karena ulah manusia yaitu menjadikan suatu sungai menjadi tempat
pembuangan sampah rumah tangga dan tempat pembuangan limbah industri yang
semakin banyak di jumpai di pinggir-pinggir desa atau kota. Padahal fungsi
sungai adalah sebagai pengaliran air dan jalan air menuju ke laut sebagai
resapan. Pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah. Sebagian
besar lahan basah di Indonesia mengalami pencemaran. Dan jika sumber air sudah
tercemar, makhluk hidup akan terkena dampak dari pencemaran tersebut.
Kata Kunci: Pencemaran,
Sungai, Limbah
Isi:
Air memegang
peranan penting di dalam kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Air
dipergunakan oleh manusia untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping
itu, air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan
masih banyak lagi. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur,
atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu.
Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja
telah menambah jumlah bahan anorganik
pada perairan dan mencemari air. Pencemaran merupakan suatu fenomena
yang sangat umum di daerah perkotaan. Sekarang ini pencemaran juga mulai
merambah ke daerah pedesaan, terutama pada desa-desa yang mana terdapat pabrik
industri di dalamnya. Penyebab pencemaran bisa bermacam-macam; bisa karena ulah
manusia maupun terjadi secara alamiah. Hanya saja, hampir seluruh pencemaran
yang terjadi merupakan ulah manusia. Tak jarang, mereka yang melakukan
pencemaran berpura-pura tidak tahu atau bahkan tidak mengakui tindakannya. Pencemaran
air ini meliputi juga pencemaran sungai. Padahal sungai merupakan suatu
komponen penting yang berperan dalam siklus hidrolgi
Penyebab
pencemaran sungai dapat berasal dari :
“1. Tingginya
kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan,
konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya
2. Limbah
organik dari manusia, hewan dan tanaman
3. Kecepatan
pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang
limbahnya ke perairan” (Hendrawan 2005:13-14).
Seperti:
1. Pupuk dan
pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian
pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung
fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng
gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak
seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.
Limbah
pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida
dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan
hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya,
upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh
hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan
melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke
sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan
air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian
bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya.
Selain itu
penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur
tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami
jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan
pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang
berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah
organisme di dalamnya. Sedangkan penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
2. Semacam Pengelolaan
Sampah Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air Sungai di Kota Jakarta. Kegiatan
kehidupan penduduk itu antara lain menghasilkan produksi sampah, diperkirakan
12.000 ton per hari. Sekitar 20% dari produksi sampah itu tidak tertangani dan
berserakan di penjuru kota setiap hari, sebagian menyumbat saluran-saluran air
atau tertimbun di lahan kosong, sebagian lagi tak sengaja masuk atau dibuang ke
sungai-sungai. Maka air sungai-sungai akan tercemar, kualitasnya menurun. Ada
13 sungai yang melintas Ibu Kota, semuanya bermuara di wilayah Jakarta Utara.
Sumber
sampah paling banyak, menurut Metropolitan Environmental Improvement Program
(MEIP), berasal dari permukiman atau rumah tangga. Di Jakarta, 67,86 % berasal
dari rumah tangga, 9,15% dari pasar-pasar, 4,5% dari pertokoan, 3,2% dari
kantor-kantor, 2,92% dari jalanan dan 8% dari pabrik.
Dari semua
itu, paling banyak adalah jenis organik, bahkan bisa mencapai 75% dari jumlah
sampah yang ada. Walaupun yang organik bisa didaur ulang dan dimanfaatkan untuk
menyuburkan tanah atau pupuk kompos, namun sayangnya belum dikelola secara
maksimal dan profesional. Para pembuat pupuk kompos yang umumnya rakyat jelata
mengeluh kesulitan memasarkan produknya.
Sampah yang
menumpuk terlalu lama akan menyebarkan bau busuk yang menyengat dan sumber
berbagai penyakit. Air sungai dan air tanah pun terkena kontaminasi. Sebagian
masyarakat beranggapan bahwa sungai adalah tempat yang ideal untuk membuang
sampah. Dengan membuang sampah ke sungai, maka sampah akan hanyut dan
lingkungan menjadi bersih. Padahal, sampah bisa menyumbat got-got dan sungai
yang bila hujan datang menimbulkan banjir ke mana-mana.
3. Pabrik
merupakan sumber utama pencemaran air, namun setiap individu manusia pada
dasarnya juga merupakan sumber pencemaran air. Hampir setia orang berkontribusi
dalam penggunaan bahan kimia rumah tangga misalnya, dengan sengaja
menuangkannya ke toilet atau saluran air. Untuk mencuci piring atau pakaian
tidak pernah terlepas dari pemakaian deterjen, sisa pemakaiannya masuk ke pipa
pembuangan, terus memasuki selokan yang mengalir ke sungai, dan sungai-sungai
itupun bermuara ke lautan. Menurut Sopiah dan Chaerunisah (2006), bahwa
deterjen selain memiliki dampak positif, juga menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Senyawa fosfat seabagi zat aditif
digunakan oleh semua merk deterjen, memberikan andil yang besar terhadap
terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan harmful algal bloom (HAB).
Kondisi Kesehatan Warga Sebagai Pengguna
Air Sungai
Masyarakat
yang tinggal di sekitar sungai tentunya memanfaatkan sungai dalam kehidupan
sehari-hari mereka, baik mencuci, memasak, mandi maupun minum. Ketika mereka
menggunakan air sungai yang telah tercemar, tentu akan ada efek samping yang
dirasakan. Efek samping utama yang diterima oleh masyarakat ialah penyakit.
Penyakit yang terjadi umumnya ialah penyakit diare. Diare dapat terjadi akibat
protozoa maupun bakteri. Umumnya diare disebabkan oleh bakteri dalam air. Air
yang kotor digunakan untuk mencuci sehingga bakteri tertinggal di benda-benda
yang kemudian digunakan oleh warga.
Selain
diare, penyakit lain yang dapat menyerang warga ialah cacingan. Cacingan
terjadi akibat infeksi dari telur cacing yang masuk ke tubuh manusia. Penyakit
ini ditandai dengan perut buncit namun kondisi tubuh yang kurus. Penyakit kulit
juga merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat pengguna air tercemar.
Biasanya gatal-gatal ialah ciri utama yang terjadi sebelum penyakit kulit
menjadi lebih parah. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan mineral yang
beracun untuk kulit.
Dengan adanya pencemaran tersebut kita
dapat melakukan beberapa cara untuk mencegahnya agar sungai tidak tercemar,
yaitu :
1. Upaya
melestarikan pepohonan di hulu sungai. Agar erosi tidak terjadi di sekitar hulu
sungai sebaiknya kita jangan menebangi pohon secara liar di hulu sungai hanya
karena untuk membangun tempat pemukiman penduduk .dengan adanya erosi dapat
menyebabkan tanah pasir dan semua benda yang di hulu sungai terbawa arus yang
menyebabkan pendangkalan di sungai.
2. Tidak
buang air di sungai. Perbuatan yang salah sering di lakukan oleh manusia yaitu
buang air kecil maupun besar di sungai. Padahal hal tersebut sangat mengganggu
dan mencemari air yang jernih dan biasa untuk mandi menjadi kotor karna
hanyutnya bekas pembuangan manusia tersebut. Kesan pertama dari tinja dan dan
urin adalah menimbulkan kesan bau dan menjijikan, tinja adalah tempat yang
paling kompleks menyebabkan penyakit maupun bibit penyakit dari yang ringan
maupun yang berat. Oleh karena itu hindari membuang air di sungai.
3. Tidak
Membuang Sampah di Sungai. Sampah yang dibuang di sungai mengakibatkan aliran
sungai keruh dan terhambat. Selain itu sampah juga akan menyebabkan penambahan
debit air yang mengakibatkan banjir dan banjir bandang di saat hujan.
4. Tidak
membuang limbah rumah tangga dan industri. Memang manusia selalu lalai dalam
ketertiban dan selalu mengambil dari segi kemudahan, dengan membuang limbah
rumah tangga dan limbah industri ke sungai. Limbah sampah rumah tangga biasa
dibuang di sungai terutama sampah plastik yang sulit di urai, yang paling parah
adalah limbah industri pabrik yang menyebabkan terkontaminasinya air sungai
oleh zat-zat kimia berbahaya yang mengakibatkan terganggunya biota-biota
penghuni sungai.
Daftar
Pustaka
Andriarti,
Desti. 2018. Pencemaran Air Sungai dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Masyarakat Sekitar.
Dalam https://sivitasakademika.wordpress.com/2018/02/03/pencemaran-air-sungai-dan-dampaknya-terhadap-kesehatan-masyarakat-sekitar/
(Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2018)
Annugrah,
Novan. 2018. Jurnal Pencemaran Air. Dalam http://www.academia.edu/5350480/Jurnal_Pencemaran_Air
(Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2018)
Hidayat,
Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017.
Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media.
Afif, Abdul.
2008. Pengelolaan Sampah Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air Sungai Di DKI
Jakarta. Dalam http://www.inawater.org/en/publication/ina-wp-case-studies/29-pengelolaan-sampah-dan-pengaruhnya-terhadap-kualitas-air-sungai-di-dki-jakarta
(Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2018)
Buana, Cahya
Aristya. 2013. Jurnal Ilmiah Pencemaran Sungai. Dalam http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pencemaran-sungai.html
(Diunduh pada tanggal 18 Agustus 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.