Abstrak
Isu mengenai energi adalah salah satu isu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Seluruh bidang kehidupan memerlukaan adanya dukungan energi. Salah satu sumber energi yang paling banyak dimanfaatkan sampai saat ini adalah energi dari bahan bakar fosil. Pemakaian energi yang semakin tinggi dan keterbatasan jumlah ketersediaan energi akan merujuk kepada suatu krisis energi jika terus saja dibiarkan.
Kata kunci : Bahan Bakar Fosil, krisis energi fosil, energi terbarukan
Seperti yang sudah kita ketahui sekarang pemakaian energi semakin meningkat sedangkan bahan bakar fosil semakin menipis, karena memang bahan bakar fosil membutuhkan jutaan tahun untuk membentuknya. Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau peat untuk panas (Wikipedia, 2017).
Pada perkembangan Kimia Konstektual salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah mengenai Energi dan Pembakaran yang meliputi sub-topik: Energi, kerja dan panas, transformasi energi, enthalpy reaksi, Bahan bakar fosil ( batubara dan minyak bumi ), dan sumber energi terbarukan ( Hidayat, 2017). Dan pada artikel ini kita akan mencoba mengupas sedikit lebih dalam pada bahan bakar fosil.
Cadangan minyak Indonesia pada tahun 1974 sebesar 15.000 metrik barel dan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2000 cadangan minyak Indonesia sekitar 5123 metrik barel (MB) dan tahun 2004 menjadi sekitar 4301 MB. Penurunan cadangan minyak disebabkan oleh dua faktor utama yaitu eksploitasi minyak selama bertahun-tahun dan minimnya eksplorasi atau survei geologi untuk menemukan cadangan minyak terbaru (Inovasi, PPI, 2005). Sebuah data yang mencengangkan bahwa energi bahan bakar fosil di Indonesia semain menipis, ini adalah suatu awal untuk kita berfikir kepada energiterbarukan yang sudah banyak ditemukan akhir-akhir ini. Menurut Ida, dkk (2007) Pemakaian energi di Indonesia untuk pembangkit listrik masih sangat bergantung pada pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi dan gas. Dari pembakaran bahan bakar fosil tersebut dihasilkan gas CO2, NOx dan SO2 yang dapat menimbulkan pencemaran udara dan dihasilkan pula polutan radioaktif. Kenaikan jumlah gas CO2 di udara akibat pembakaran bahan bakar fosil akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global, dan akhirnya dapat mempengaruhi perubahan ikiim serta rusaknya ekosistem di bumi.
Disisi lain keuntungan memakai bahan bakar fosil yang lebih mudah penerapannya ternyata ada efek samping yang sangat perlukita perhatikan, salah satunya dampaknya terhadap lingkungan. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi krisis energi bahan bakar fosil. selain dalam penggunaannya yang harus dilakukan secara bijak kita juga perlu untuk mendorong perkembangan energi-energi terbarukan yang semakin banyak ditemukan seperti Energi Surya, Energi Nuklir, Energi Bio-masa, dan masih banyak lagi.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017.kimia,industry dan teknologi hijau. Jakarta : Pantona Media
PPI Jepang. 2005. Majalah Inovasi. Vol 5. Web. Di unduh pada: 02 Februari 2018. <https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/45083057/Inovasi-Vol05-Nov2005.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1517593431&Signature=xs7ro54LrOXCRp3QMxeWc3XGu9w%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DInovasi_Vol05_Nov.pdf>
Finahari, Ida N, Djati HS., Heni Susiati. 2007. JumalPengembangan Energi NuklirVol. 9 No.1. Web. Diuunduh pada 02 Feb 2018. <http://download.portalgaruda.org/article.php?article=306385&val=4551&title=GAS%20C02%20DAN%20POLUTAN%20RADIOAKTIF%20DARI%20PLTU%20BATUBARA>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.