Abstrak
Indonesia merupakan Negara agraris. Hampir 1/3 dari wilayah penduduknya bercocok tanam. Dan sebagian besar bercocok tanam di bidang palawija, termasuk di dalamnya adalah pertanian jagung. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetic tebesar. Badan Pusat Informasi Jagung Provinsi Gorontalo (BPIJ) melaporkan bahwa luas lahan pertanian jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun dari 2008 sekitar 156.898 Ha dengan hasil produksi 753.598 ton, dan pada tahun 2010 sekitar 164.999 Ha dengan hasil produksi mencapai 679.168 ton. Tingginya produksi jagung tiap tahunnya berdampak pada tingginya limbah yang dihasilkan terutama limbah tongkol jagung.
Kata Kunci : Limbah, Tongkol Jagung, Biomassa
Isi Pembahasan
Indonesia merupakan Negara agraris.
Hampir 1/3 dari wilayah penduduknya bercocok tanam. Dan sebagian besar bercocok
tanam di bidang palawija, termasuk di dalamnya adalah pertanian jagung. Tanaman
jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia
dan tergolong spesies dengan variabilitas genetic tebesar. Di Indonesia jagung
merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi. Banyak daerah di Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung,
antara lain Madura, Yogyakarta, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dll.
Keunggulan jagung dibandingkan
dengan komoditas pangan yang lain adalah kandungan gizinya lebih tinggi dari
beras, sumber daya ala mini juga sangat mendukung untuk pembudidayaannya, harga
relative murah dan tersedianya teknologi budidaya hingga pengolahan. Selain
sebagai bahan makan pokok, jagung juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
dan bahan industri serta komoditas eksport (Suprapto dan Rasyid, 2002).
Seiring dengan kebutuhan jagung
yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari
industri pangan dan pakan berbahan baku
jagung. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung yang biasanya
tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah. Umumnya tongkol
jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan
tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan sebagai obat diare (Suprapto dan Rasyid,
2002).
Di Gorontalo jagung merupakan
salah satu komoditi unggulan, dimana produksi jagung Gorontalo dari tahun
ketahun mengalami fluktuasi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat gorontalo, jagung juga telah dieksport ke luar negeri seperti Malaysia
dan Singapura untuk bahan baku berbagai produk seperti tepung jagung (maizena),
pati jagung, minyak jagung, dan pakan ternak. Dari setiap panen jagung
diperkirakan jagung (rendemen) yang dihasilkan sekitar 65%, sementara 35% dalam
bentuk limbah berupa batang, daun, kulit, dan tongkol jagung (Anonimous, 2003).
Badan Pusat Informasi Jagung
Provinsi Gorontalo (BPIJ) melaporkan bahwa luas lahan pertanian jagung di
Provinsi Gorontalo pada tahun dari 2008 sekitar 156.898 Ha dengan hasil
produksi 753.598 ton, dan pada tahun 2010 sekitar 164.999 Ha dengan hasil
produksi mencapai 679.168 ton. Tingginya produksi jagung tiap tahunnya
berdampak pada tingginya limbah yang dihasilkan terutama limbah tongkol jagung.
Limbah tongkol jagung khususnya untuk daerah gorontalo belum terolah secara
maksimal dalam meningkatkan nilai ekonomisnya. Limbah tongkol jagung tersebut
oleh masyarakat hanya dibuang dan dibakar. hasil utama jagung adalah biji
jagung yang digunakan terutama untuk makanan manusia dan ternak. Hasil survei
bahwa limbah tongkol jagung di Gorontalo belum dimanfaatkan. Limbah tongkol
jagung tersebut hanya menimbulkan masalah serius bagi lingkungan, terutama
karena pembakaran limbah akan menimbulkan polusi yang hebat dan juga
membahayakan lingkungan. Padahal energi yang terkandung dalam limbah organik
padat dapat dimanfaatkan melalui pembakaran langsung atau dengan terlebih
dahulu mengkonversikannya dalam bentuk lain yang bernilai ekonomis, yang lebih
efisien dan efektif penggunaannya, diantaranya penggunaan tongkol jagung kering
berdasarkan pada proses pengeringan, bioethanol tongkol jagung melalui proses
fermentasi sebagai alternatif bahan bakar.
Mengamati kondisi potensi
produksi limbah tongkol jagung tersebut, maka perlu dilakukan analisa untuk
mengetehui pemanfaatan energy yang dihasilkan, jika limbah tongkol tersebut
akan digunakan sebagai bahan baku dari pembuatan bioethanol. Untuk mengetahui
potensi energi yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai
rata-rata produksi limbah tongkol, dan menghitung massa briket dan nilai energi
kalor. Perhitungan energi yang dihasilkan dapat memeberikan informasi tentang
kandungan energi dalam limbah tongkol tersebut, melalui pemanfaatan bahan baku
bioethanol yang akan berguna untuk keperluan bagi masyarakat Gorontalo. Dengan
demikian data informasi kandungan energi yang dihasilkan pada limbah tongkol
jagung sebagai bahan baku untuk pembuatan bioethanol dapat digunakan sebagai
acuan dalam merencanakan.
Metode yang dilakukan adalah
pengumpulan data produksi jagung dalam 5 (lima) tahun terakhir, untuk
mengetahui potensi limbah tongkol jagung yang bisa dimanfaatkan sebagai energi
alternatif bahan bakar bioethanol.
Limbah pertanian
dapat diubah menjadi bahan bakar
alternatif dengan diolah
lebih dahulu. Salah satu cara
pengolahan limbah pertanian menjadi
bahan bakar alternatif
adalah dengan cara karbonisasi diikuti
dengan pembriketan. Dengan adanya
karbonisasi maka unsur-unsur pembentuk
asap dan jelaga
dapat diminimalkan,
sehingga gas buangnya
lebih bersih. Dengan pembriketan
maka kebutuhan ruang menjadi
lebih kecil, kualitas
pembakaran-nya menjadi lebih
baik dan pemakaiannya
lebih praktis.
Berbagai jenis
biomassa dapat dibakar
tanpa pembriketan dan karbonisasi
lebih dulu. Namun demikian biomassa
yang tidak dikarbonisasi mempunyai beberapa
kekurangan (Vest, 2003) antaralain sifat-sifat penyalaan
dan pembakarannya kurang
baik, dalam pembakarannya menghasilkan banyak asap, nilai
kalornya rendah dan pada kondisi lembab
tidak stabil. Biomassa terdiri atas
beberapa komponen yaitu kandungan
air (moisture content),
zat mudah menguap (volatile matter),
karbon terikat (fixed carbon),
dan abu (ash).
Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization),dan
pembakaran arang (char combustion). Proses pengeringan akan
menghilangkan moisture, devolatilisasi yang merupakan
tahapan pirolisis akan melepaskan
volatile, dan pembakaran arang yang
merupakan tahapan reaksi
antara karbon dan oksigen,
akan melepaskan kalor.
Laju pembakaran arang tergantung
pada laju reaksi antara
karbon dan oksigen
pada permukaan dan laju
difusi oksigen pada
lapis batas dan
bagian dalam dari arang.
Reaksi permukaan terutama membentuk CO.
Diluar partikel, CO
akan bereaksi lebih lanjut membentuk CO2. Pembakaran akan
menyisakan material berupa abu.
Sebenarnya, biomassa sudah
dimanfaatkan dari zaman dahulu seperti pembakaran kayu yang banyak dimanfaatkan
untuk memasak. Namun, berbagai energi biomassa ini pernah sempat dilupakan
masyarakat saat bahan bakar fosil mulai banyak muncul, seperti minyak bumi,
batubara dan gas bumi.
Beberapa manfaat biomassa
diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai sumber energi
Biomassa yang dijadikan sumber
energi atau bahan bakar umumnya adalah biomassa yang ekonomisnya rendah dan
merupakan limbah setelah produk primernya diambil. Sumber energi yang biomassa
ini memiliki kelebihan diantaranya merupakan sumber energi yang dapat diperbarui
atau renewable dan menjadi sumber energi yang ketersediaannya berkesinambungan
atau sustainable.
Meskipun sifat biomassa ini
terbarukan tetapi ini tidak berarti bahwa biomassa adalah sumber energi yang
benar-benar ramah pada lingkungan. Energi dari biomassa ini dibuat dari hasil
konversi bahan biologis seperti tanaman. Potensi biomassa di Indonesia sangat
melimpah, mulai dari limbah dari hewan maupun tumbuhan, semuanya bisa
dikembangkan. Agar biomassa dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi maka harus
dikonversi menggunakan teknologi. Umumnya teknologi konversi yang mengubah
biomassa menjadi sumber energi ini dibagi menjadi tiga yaitu melalui pembakaran
langsung, konversi termokimia yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu
terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar, dan konversi biokimiawi
yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakarnya. Sumber
energi biomassa pada umumnya dibagi 4 yaitu:
Limbah pertanian, Limbah ini
umumnya menghasilkan panas dan listrik, seperti jerami, ampas tebu, kotoran
ternak, dan kotoran unggas lainnya.
Biogas ini dihasilkan dari
pemecahan bahan organik seperti kotoran manusia, material tanaman, pupuk
kandang, dan lain-lain. Setelah semua bahan organik tersebut diuraikan dengan
proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme anaerobic untuk menghasilkan
karbon dioksida dan metana maka akan menghasilkan gas yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar seperti menyalakan kompor.
Tanaman energi. Tanaman energi
ini biasanya sengaja dibudidayakan dalam skala besar untuk menghasilkan bahan
bakar, diantaranya jagung, kedelai, rami dan gandum. Dalam proses pembakaran,
tanaman ini akan menghasilkan berbagai bahan bakar seperti butanol, etanol,
metanol, propanol, dan biodiesel.
Kayu dianggap sebagai bentuk
sederhana dari biomassa karena kayu yang dibakar menjadi bahan bakar yang dapat
digunakan langsung. Dalam skala besar, kayu dapat digunakan untuk produksi
listrik seperti pembangkit listrik tenaga uap
2. Limbah tanaman pangan dan
perkebunan digunakan sebagai bahan bakar nabati
Manfaat limbah tanaman pangan dan
perkebunan sebagai bahan bakar nabati memiliki tiga keuntungan langsung yaitu
meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang
terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak
dimanfaatkan, sebagai penghematan biaya dan mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit
dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
3. Sebagai penghasil devisa
negara
Di Indonesia, biomassa menjadi
sumber energi yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai kayu,
serat, minyak dan bahan pangan. Selain digunakan sebagai pemenuh kebutuhan
domestik, biomassa ini juga diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil
devisa negara.
4. Sebagai energi terbarukan
Energi biomassa yang berasal dari
bahan organik seperti tumbuhan dan hewan ini akan menjadi sebuah sumber energi
yang terbarukan karena kita tahu bahwa tumbuhan akan tumbuh berulang-ulang di
lahan tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan, sementara hewan dapat
dibudidayakan. Inilah yang membuat sumber energi biomassa tidak akan pernah
habis.
5. Meningkatkan kualitas air
Ketika energi biomassa banyak
digunakan untuk menggantkan bahan bakar fosil maka hal ini dapat meningkatkan
kualitas udara karena polusi berkurang. Penggunaan bahan bakar fosil telah
diklaim sebagai penyebab hujan asam, sedangkan energi biomassa tidak
menghasilkan emisi sulfur sehingga akan mengurangi peluang hujan asam. Dari
sinilah, kualitas air yang ada di bumi dapat meningkat dan beradaban manusia
berkurang dari polusi.
6. Meminimalisir limbah organik
Tidak bisa dipungkiri bahwa
keberadaan bahan organik di lingkungan akan semakin menumpuk, mulai dari limbah
dapur, limbah kota, pengolahan kayu, ranting hingga limbah kayu lainnya. Jika
limbah-limbah tersebut tidak diolah dan hanya dibuang begitu saja justru akan
mengeluarkan gas berbahaya seperti metana. Nah, untuk itulah perlu dilakukan
proses karbonasi untuk meningkatkan kadar kalor serta meminimalisir emisi dari
limbah organik melalui pemanfaatan biomassa ini, salah satunya dengan membuat
briket.
7. Dapat mengurangi efek
rumah kaca
Gas rumah kaca saat ini masih
menjadi momok bagi masyarakat dunia. Efek rumah kaca ini disebabkan karena
kadar gas seperti nitrogen oksida, metana, karbon dioksida dan gas-gas lainnya
di atmosfer sangat tinggi.sehingga dapat menimbulkan peningkatan suhu
temperatus di atmosfer menjadi sangat panas. Sementara ketersediaan dari
biomassa atau tanaman dapat memicu pengurangan konsentrasi karbon dioksida
sehingga akan mengurangi efek gas rumah kaca. Sumber energi biomassa ini
memiliki jumlah bersih CO2 yang nol sehingga tidak berkontribusi pada
peningkatan emisi rumah kaca.
8. Mengurangi polusi udara
yang semakin tinggi
Pembakaran biomassa pada broiler
dapat meminimalisir efek dari polusi asap sehingga penggunaannya akan lebih
aman dan efisien.
9. Mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar fosil
Dengan manfaat biomassa
dapat mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil yang tidak
terbarukan seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi yang ketersediaannya
semakin menipis.
Dilansir dari Cendana.news, di
Lampung, tepatnya di Desa Sripendowo, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung
Selatan Provinsi Lampung, Sukirman 46 tahun berinisiatif untuk mengubah limbah
tongkol jagung menjadi barang yang lebih bermanfaat. Tongkol jagung itu
diubahnya menjadi pakan ternak sapi. Usaha yang ditekuni dari awal mula
berlimpahnya limbah tongkol jagung di rumahnya, lalu dengan ide yang ada di
benaknya ia berhasil mengolah tongkol jagung tersebut menjadi pakan ternak, dan
di ekspor sampai ke luar daerah di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia dan Kholil,
Muhammad, 2017, Kimia, Industri dan Teknologi Hijau, Jakarta.
Siradjudin, Haluti. 2016.
Pemanfaatan Potensi Limbah Tongkol Jagung Sebagai Bioethanol Melalui Proses Fermentasi
Diwilayah Provinsi Gorontalo, Jurnal Teknologi 4(1) 28 – 31.
Surono, Budi. 2010. Peningkatan
Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif
dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No.
1.
Cyril, 2015. Bapak Ini Sulap Limbah
Jagung Jadi Rupiah dalam https://www.cendananews.com/2015/04/bapak-ini-sulap-limbah-jagung-jadi-rupiah.html
pada 10 Februari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.