ABSTRAK
Pertanian di Indonesia sejak tahun
1970 menerapkan teknologi “Revolusi Hijau” dengan komponen utamanya varietas unggul tipe baru, pupuk, dan pestisida sintetis, serta didukung oleh ketersediaan
air irigasi yang cukup. Produksi beras dapat menembus
30 juta ton mulai tahun 1995 dan masih terus meningkat.
Kekhawatiran akan terjadinya kemunduran mutu lingkungan, kelestarian keragaman hayati dan keberlanjutan
system produksi ditanggapi oleh masyarakat dengan mengadvokasi kembali
Teknik pertanian organic dan varietas lokal.
Kata Kunci : Revolusi Hijau,
Pangan, Teknologi.
Isi :
Menurut Sumarno (2006), Revolusi hijau di bidang pertanian adalah perubahan dalam teknologi pertanian,
ditujukan agar sumber daya lahan dapat berproduksi sebanyak-banyaknya, dengan jalan mengoptimalkan ketersediaan hara
dan air dalam tanah, menanam varietas tanaman
yang mempunyai potensi produksi tinggi, serta melindungi tanaman dari gangguan hama-penyakit.
Yang sering disebut sebagai pertanian
organic sebenernya adalah “pertanian menggunakan sarana
organic: yang diberikan kepada tanaman. Dalam proses pertumbuhan tanaman,
akar tanaman akan menyerap ion anorganik seperti
NH4, NO3, H2PO4, HPO4, K dan lainnya. Dengan menggunakan pestisida secara selektif hasil panen tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan nasional,
untuk menghindarkan keracunan, pertanian organic membedakan pertanian yang menggunakan masukan organik
+ anorganik dalam proses produksinya.
Green Revolution yang diberi makna sebagai : “Perubahan Teknik pertanian dengan mengganitkan varietas local dengan varietas tipe baru
yang responsive terhadap pemupukan dan mampu berproduksi lebih tinggi,
namun juga memerlukan proteksi terhadap serangan hama-penyakit.
Dampak penerapan revolusi hijau pada padi
:
- Usaha tani padi memerlukan biaya tetap per ha yang lebih tinggi, karena pemberian benih dan pupuk.
- Budi daya padi harus mengikuti prosedur teknis yang dibakukan seperti jumlah benih, umur bibit, jarak tanam, dosis dan jenis pupuk.
- Tersedianya varietas ungul nasional yang beradaptasi luas, maka satu varietas unggul ditanam secara bersamaan dalam areal jutaan hektar.
- Varietas-varietas lokal yang berdaya hasil rendah terdesak tergantikan oleh varietas unggul nasional yang berdaya hasil tinggi.
- Keragaman genetic tanaman padi di lapangan menjadi berkurang, menyempit.
- Tanaman padi yang seragam riskan terhadap meletusnya epidemic hama-penyakit.
- Gen-gen resisten monogenic yang bekerja secara resistan vertical mengakibatkan terjadinya seleksi direksional terhadap ras pathogen dan serangga hama, sehingga timbul ras yang lebih ganas.
- Tidak ada anjuran dalam pemakaian pupuk organik dengan dosis tertentu yang bersifat komplementer terhadap anjuran penggunan pupuk anorganik.
- Menjadikan pupuk anorganik sebagai satu-satunya sumber hara utama, bukan sebagai suplementasi.
- Penyediaan benih oleh perusahaan benih berdasarkan varietas populer.
Menurut Karyono (2009) dalam Hidayat, Atep Afia (2017) menjelaskan, bahwa
banyak teknologi yang bersifat rawan terhadap konsumsi energi, seperti :
Teknologi untuk bangunan, misalnya pembangunan gedung secara vertikal bersifat
konsumtif energi, antara lain untuk penyediaan fasilitas lift, eskalator, AC
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.
2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau.Jakarta: Pantona Media
2.
Sumarno. 2006. Teknologi Revolusi Hijau Lestari Untuk Ketahanan Pangan Nasional Di Msa
Depan. http://download.portalgaruda. org/article.php?article= 394786&val=6422&title= Teknologi Diunduh tanggal 17 Februari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.