A. PENGERTIAN DAN MEKANISME TEKNIK PENGOLAHAN
Pengertian Pengolahan
Makanan
Pengolahan
makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan
mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk
lain untuk konsumsi oleh manusia atau oleh industri pengolahan makanan (Winarno,1993).
Mekanisme Pengolahan
Bahan Makanan/Pangan
þ Persiapan Bahan Makanan/Pangan
Persiapan
bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang diperlukan sebelum
dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan
bahan makanan dan bumbu -bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan
þ Pengolahan Bahan Makanan/Pangan
Pengolahan
bahan makanan merupakan suatu rangkaian/kegiatan mengubah (memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan.Proses pengolahan bahan
makanan dilakukan oleh juru masak mulai dari membersihkan bahan makanan seperti
mencuci, memotong, sampai pada proses memasak
þ Distribusi dan Penyajian Makanan/Pangan
Proses
pendistribusian dan penyajian makanan dilakukan setelah semua proses dalam
pengolahan selesai, dan makanan pun siap disajikan
Teknik
Dasar Pengolahan Makanan/Pangan
Teknik dasar pengolahan makanan adalah
mengolah bahan makanan dengan berbagai macam teknik atau cara. Adapun teknik
dasar pengolahan makanan dibedakan menjadi 2 yaitu, teknik pengolahan makanan
panas basah (moist heat) dan teknik pengolahan panas
kering (dry heat cooking ).
1. Teknik Pengolahan Makanan Panas Basah ( Moist
Heat )
Teknik pengolahan makanan panas basah adalah
mengolahan makanan dengan bantuan cairan. Cairan tersebut dapat berupa kaldu
( stock ), air, susu, santan dan bahan lainnya. Teknik
pengolahan makanan panas basah ini memiliki berbagai cara di antaranya :
a. Teknik Boiling
Boiling adalah
mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih. Untuk melakukan teknik
boiling ada syarat tertentu yang harus dipenuhi , yaitu sebagai berikut:
1. Cairan
harus mendidih
2. Alat
perebus disesuaikan dengan cairan dan jumlah bahan makanan yang akan diolah.
3. Alat
perebus harus ditutup agar menghemat energi.
4. Buih
yang ada diatas permukaan harus dibuang untuk mencegah bersatunya kemabali
dalam cairan sehingga memengaruhi mutu makanan.
Teknik
boiling dapat dilakukan pada beberapa bahan makanan seperti, daging segar,
daging awet, telur, pasta, sayuran, dan tulang.
b. Teknik Poaching
Selain
teknik boiling, dikenal juga teknik poaching dalam
pengolahan makanan.Poaching adalah merebus bahan makanan dibawah
titik didih dalam menggunakan cairan yang terbatas jumlahnya. Proses poaching
berlangsung sedikit lama dan suhu dalam air berkisar 83 0C –
95 0C. Untuk melakukan poaching, perlu memperhatikan syarat
berikut ini :
1. Suhu poaching dibawah
titik didih berkisar 83 0C – 95 0C.
2. Cairan
yang digunakan sesuai dengan banyaknya bahan makanan.
3. Makanan
harus tertutup dari cairan.
4. Peralatan
untuk poaching harus bersih dan tidak luntur.
Teknik
dasar pengolahan poaching, dapat dilakukan untuk mengolah berbagai
jenis makanan seperti daging, unggas, otak atau pankreas binatang, ikan,
buah-buahan, dan sayur.
c. Teknik Braising
Teknik braising adalah
teknik merebus bahan makanan dengan cairan sedikit, kira-kira setengah dari
bahan yang akan direbus dalam panci penutup dan api kecil secara
perlahan-lahan. Untuk melakukan teknik braising, perlu memperhatikan beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Teknik
merebus dalam cairan yang sedikit.
2. Bahan
yang diolah harus dipotong rapi dan sama besarnya.
3. Dalam
pengolahan daging daging, caranya memasukan daging dalam braising pan, lalu
siram dengan kaldu secukupnya, jangan sampai terendam seluruhnya.
4. Jika
menggunakan sauce pan, caranya cairkan mentega dalam sauce pan,
lalu masukkan daging dan balik hingga warnanya kecoklatan. Untuk sayuran aduk
sambil dibolak – balik.
5. Jika
proses pengolahan dalam oven, braising pan ditutup rapat dan masukan dalam
oven. Apabila diolah diatas kompor ( perepian ), posisi braising pan tertutup.
Syarat
–syarat menggunakan teknik braising ,yaitu sebagai berikut :
1. Teknik
ini cocok menggunakan daging bagian paha.
2. Daging
disaute dengan mentega hingga warnanya kecoklatan.
3. Cairan
pada proses braising dipakai untuk saus pada saat menghidangkan.
4. Selama
proses braising berlangsung, boleh ditambah cairan bila telah berkurang.
d. Teknik Stewing
Stewing ( menggulai )
adalah mengolah bahan makanan yang terlebih dahulu ditumis bumbunya, dan
direbus dengan cairan yang berbumbu dengan api sedang. Pada proses stewing ini,
cairan yang dipakai yaitu susu, santan, dan kaldu. Cairan dapat dikentalkan
sebelum atau selama proses stewing berlangsung. Dalam pemberian garam,
sebaiknya dimasukkan pada akhir stewing, karena dalam dagin dan sayur sudah
terkandung garam. Untuk mengolah makanan dengan teknik ini, perlu memperhatikan
beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Daging
harus diblansir terlebih dahulu dalam air mendidih, agar kotorannya hilang
2. Potongan
bahan disesuaikan dengan jenis yang akan diolah.
3. Saus
untuk stewing dikentalkan dengan memakai tepung maizena.
4. Pengolahan
daging dengan teknik ini harus sering diaduk, sedangkan pada ikan mengaduknya
hati-hati karena ikan mudah hancur.
e. Steaming
Steaming adalah memasak
bahan makanan dengan uap air mendidih. Teknik ini bisa dikenal dengan mengukus.
Bahan makanan diletakkan pada steamer atau pengukus, kemudian uap air panas
akan mengalir le sekeliling bahan makanan yang sedang dikukus. Untuk melakukan
teknik ini perlu memperhatikan beberapa syarat berikut :
1. Alat
pengukus harus dipanaskan terlebih dahulu diatas air hingga mendidih dan
mengeluarkan uap.
2. Kapsitas
alat pengukus harus disesuaikan dengan jumlah bahan yang dikukus.
3. Makanan
harus dibungkus apabila tidak membutuhkan sentuhan uap air langsung.
4. Air
untuk mengukus harus mencukupi. Jika air kukusan habis, makanan yang dikukus
akan beraroma hangus.
5. Untuk
hasil yang baik, waktu pengukusan harus tepat.
2. Teknik Pengolahan Panas Kering ( Dry
Heat Cooking )
Teknik pengolahan panas kering ( dry
heat cooking ) adalah mengohah makanan tanpa bantuan cairan.
Misalnya deep frying, shallow frying, roasting, baking, dan grilling.
a. Deep frying
Deep frying adalah mengolah makanan dengan menggoreng menggunakan
minyak dalam jumlah banyak. Pada teknik ini yang digoreng betul-betul tenggelam
dalam minyak dan meperoleh hasil yang krispi atau kering.
Terdapat
4 cara styledeep fat frying yang populer, yaitu :
1. Cara Perancis ( A’la Fraincaise,
French Style )
a. Bahan
makanan di marinade lalu dilapisi dengan tepung terigu atau maizena.
b. Lalu
goreng dalam minyak banyak dan panas.
2. Cara Inggris ( A’la Englaise,
English Style )
a. Di
marinade dalam bumbu lalu tiriskan.
b. Celupkan
dam putih telur lalu tepung panir. Ulangi sekali lagi.
c. Goreng
dalam minyak yang panas.
3. Cara Only ( Al Only, Only Style )
a. Makanan
yang akan digoreng docelupkan dalam adonan.
b. Kemudian
langsung digoreng dalam minyak yang panas.
4. Cara menggoreng polos
a. Bahan
dibersihkan, lalu dimarinade atau tidak.
b. Kemudian
langsung digoreng dengan minyak yang banyak dan panas
b. Shallow Frying
Shallow frying adalah proses mengoreng yang dilakukan dengan
cepat dalam minyak goreng yang sedikit. Untuk melakukan teknik ini, perlu
memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Dalam
menggoreng, menggunakan minyak goreng berbentuk cairan: minyak kelapa, minyak
salad, minyak jagung, atau minyak zaitun.
2. Selama
proses menggoreng, menggunakan minyak yang sedikit.
3. Saat
menggoreng, pastikan minyak telah panas sesuai suhu yang diinginkan.
4. Proses
menggoreng dilakukan dengan cepat.
Terdapat 2 cara dalam pengolahan shallow
frying, yaitu cara pan frying dan sauteing. Pan frying merupakan cara
menggoreng dengan minyak sedikit dan mempergunakan frying pan. Makanan yang
dimasak dengan cara ini, antara lain telur mata sapi, daging, ommelet
scrambled eggs, serta unggas yang lunak dan dipotong tipis. Sauteing
adalah mengolah bahan makanan dengan menggunakan sedikit minyak sambil diaduk
dan dilakakukan sacara cepat. Teknik ini sering dilakukan pada masakan cina,
dan dipakai sebagai teknik penyelesaian pada sayuran kontinental. Pada
pengolahan sayuran Indonesia disebut oseng-oseng (tumisan). Bahan makanan yang
dimasak dengan cara ini, antara lain onion chopped (bawang
bombay cincang),daging, sayuran, dan bumbu.
c. Roasting
Roasting adalah teknik mengolah bahan makanan dengan cara
memanggang bahan makanan dalam bentuk besar didalam oven. Roasting bentuk
seperti oven. Sumber panasnya berasal dari kayu bakar, arang, gas, listrik,
atau micriwave oven. Waktumeroasting sumber panas berasal dari
seluruh arah oven. Selama proses meroasting berjalan, harus disiram lemak
berulaang kali untuk memelihara kelembutan daging dan unggas tersebut.
Untuk melakukan teknik ini, perlu
memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Pada
saat pengolahan harus dibolak-balik agar matangnya merata.
2. Daging
jenis lain jangan sering dibolak-balik untuk mencegah pengerutan.
3. Jika
pada saat meroasting makanan menjadi kering, perlu dibasahi permukaannya dengan
lemak atau cairan lemak yang keluar dari makanan tersebut.
4. Daging
ditusuk dengan alat pengukur tingkat kematangan daging untuk mengetahui tingkat
kematangan daging.
5. Daging
utuh tidak berlemak, perlu dilarding.
d. Baking
Baking adalah pengolahan bahan makanan didalam oven dengan panas
dari segala arah. Dalam teknik baking ini ada yang menggunakan loyang yang
berisi air didalam oven, yaitu bahan makanan diletakkan dalam loyang. Contoh :
puding karamel, hot puding franfrurt.
Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan
beberapa syarat yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum
bahan dimasukkan, oven dipanaskan sesuai suhu yang dibutuhkan.
2. Makanan
didalam oven harus diletakkan dengan posisi yang tepat.
3. Selama
proses baking, suhu harus terus diperiksa.
4. Kualitas
makanan akan bergantung pada penanganan selama proses baking.
5. Sebelum
diangkat dari oven, periksa kembali makanan.
Penerapan teknik dasar baking dajpat dilakukan
pada berbagai bahan makanan, diaantaranya kentang, roti, sponge, cake, biskuit,
ikan, sayuran.
e. Grilling
Grilling adalah teknik mengolah makanan diatas lempengan besi panas
(gridle) atau diatas pan dadar (teflon) yang diletakkan diatas perapian.
Suhu yang dibutuhkan untuk grill sekitar 292 ◦c. Grill juga dapat dilakukan
diatas bara langsung dengan jeruji panggang atau alat bantu lainnya. Dalam
teknik ini, perlu diberikan sedikit minyak baik pada makanan yang akan diolah
mauoun pada alat yang digunakan.
Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan
beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Memilih
bagian daging yang berkualitas dan empuk. Daging direndam dengan bumbu(dimarinade) sebelum digrill.
2. Kemudian
mengolesi permukaan gridle dan bahan makanan dengan minyak
goreng untuk menghindari lengket.
3. Pergunakan
jepitan untuk membalik makanan.
Penerapan teknik dasar grilling dapat
dilakukan pada berbagai bahan makanan diantaranya daging, daging cincang,ikan,
dan ayam.
B. JENIS PERLAKUAN DALAM
PROSES PENGOLAHAN
1. Suhu Tinggi
Ø Suhu
tinggi diterapkan baik dalam pengawetan maupun dalam pengolahan pangan.
Ø Memasak,
menggoreng, memanggang, dan lain-lain adalah cara-cara pengolahan yang
menggunakan panas.
Ø Proses-proses
tersebut membuat makanan menjadi lebih lunak, dan lebih awet.
Ø Pemberian
suhu tinggi pada pengolahan dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan
bahwa pemberian panas yang cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba dan
menginaktifkan enzim.
Ø Pemanasan
mengakibatkan efek mematikan terhadap mikroba. Efek yang ditimbulkannya
tergantung dari intensitas panas dan lamanya pemanasan.
Makin
tinggi suhu yang digunakan, makin singkat waktu pemanasan yang digunakan untukmematikan
mikroba.
2. Blansing
Blansing merupakan suatu cara pemanasan
pendahuluan atau perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu
kurang dari 1000C selama beberapa menit, dengan menggunakan
air panas atau uap. Biasanya suhu yang digunakan sekitar 82 – 93 oC selama 3 –
5 menit. Contoh blansing misalnya mencelupkan sayuran atau buah dalam air
mendidih selama 3 – 5 menit atau mengukusnya selama 3 – 5 menit.
Tujuan utama blansing ialah menginaktifan
enzim diantaranya enzim peroksidasedan katalase,
walaupun sebagian dari mikroba yang ada dalam bahan juga turut mati. Kedua
jenis enzim ini paling tahan terhadap panas.
Blansing biasanya dilakukan terhadap
sayur-sayuran dan buah-buahan yang akan dikalengkan atau dikeringkan.
Di dalam pengalengan sayur-sayuran dan
buah-buahan, selain untuk menginaktifkan enzim, tujuan blansing yaitu :
a. Membersihkan bahan dari kotoran dan
mengurangi jumlah mikroba dalam bahan
b. Mengeluarkan atau menghilangkan gas-gas dari
dalam jaringan tanaman, sehingga mrngurangi terjadinya pengkaratan kaleng dan
memperoleh keadaan vakum yang baik dalam “headspace” kaleng.
c. Melayukan atau melunakkan jaringan tanaman,
agar memudahkan pengisian bahan ke dalam wadah
d. Menghilangkan bau dan flavor yang tidak
dikehendaki
e. Menghilangkan lendir pada beberapa jenis
sayur-sayuran
f. Memperbaiki
warna produk antara lainmemantapkan warna hijau sayur-sayuran.
Cara melakukan blansing ialah dengan
merendam dalam air panas (merebus) atau dengan uap air (mengukus atau dinamakan
juga “steam blanching”). Merebus yaitu memasukkan bahan ke dalam
panci yang berisi air mendidih. Sayur-sayuran atau buah-buahan
yang akan diblansing dimasukkan ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan
ke dalam panci dengan suhu blansing biasanya mencapai
82 – 83oC selama 3 – 5 menit. Setelah blansing cukup walktunya,
kemudian keranjang kawat diangkat dari panci dan cepat-cepat didinginkan dengan
air. Pengukusan tidak dianjurkan untuk sayur-sayuran hijau, karena warna
bahan akan menjadi kusam. Caranya ialah dengan mengisikan bahan ke dalam
keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih.
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan
bahan pangan sampai suatu suhu tertentu untuk membunuh mikroba patogen atau
penyebab penyakit seperti bakteri penyebab penyakit TBC, disentri, diare, dan
penyakit perut lainnya. Dengan pasteurisasi masih terdapat mikroba, sehingga
bahan pangan yang telah dipasteurisasi mempunyai daya tahan simpan yang
singkat.
Tujuan
pasteurisasi yaitu :
a.
Membunuh
semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan bakteribakteri
patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat
b.
Memperpanjang
daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan enzim.
Mikroba terutama mikroba non patogen dan
pembusuk masih ada pada bahan yang dipasteurisasi dan bisa berkembang biak.
Oleh karena itu daya tahan simpannya tidak lama. Contohnya : susu yang sudah
dipasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya akan tahan 1 – 2 hari,
sedangkan bila disimpan dalam lemari es tahan kira-kira seminggu. Karena itu
untuk tujuan pengawetan, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara
pengawetan lainnya, misalnya dengan pendinginan. Pasteurisasi biasanya
dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu yang digunakan di bawah 100
˚C. Contohnya:1). Pasterurisasi susu dilakukan pada suhu 61 –
63 0C selama 30 menit; 2). Pasteurisasi
saribuah dilakukan pada suhu 63 – 74 0C
selama 15 – 30 menit.
Pasteurisasi pada sari buah dan sirup
dapat dilakukan dengan cara “hot water bath”.
Pada cara “hot water bath”, wadah yang telah diisi dengan bahan dan
ditutup (sebagian atau rapat) dimasukkan ke dalam panci terbuka yang diisi
dengan air. Beberapa cm (2,5 – 5,0 cm) di bawah permukaan wadah. Kemudian air
dalam panci dipanaskan sampai suhu di bawah 100 0C
( 71 – 85 0C ), sehingga aroma dan flavor tidak banyak
berubah.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses termal untuk mematikan semua
mikroba beserta sporasporanya. Spora-spora bersifat tahan panas, maka umumnya
diperlukan pemanasan selama 15 menit pada suhu 121 ˚C atau ekivalennya ,
artinya semua partikel bahan pangan tersebut harus mengalami perlakuan
panas. Mengingat bahwa perambatan panas melalui kemasan (misalnya kaleng,
gelas) dan bahan pangan memerlukan waktu, maka dalam prakteknya pemanasan dalam
autoklaf akan membutuhkan waktu lebih lama dari 15 menit. Selama pemanasan
dapat terjadi perubahanperubahan kualitas yang tidak diinginkan. Untungnya
makanan tidak perlu dipanaskan hingga steril sempurna agar aman dan memiliki
daya tahan simpan yang cukup lama. Semua makanan kaleng umumnya diberi
perlakuan panas hingga tercapai keadaan steril komersial . Biasanya
daya tahan simpan makanan yang steril komersial adalah kira-kira 2 tahun.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba,
tetapi karerna terjadi kerusakan pada sifat-sifat organoleptiknya akibat
reaksi-reaksi kimia.
Pemanasan dengan sterilisasi komersial
umumnya dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak asam atau bahan pangan
berasam rendah. Yang tergolong bahan pangan ini adalah bahan pangan hewani
seperti daging, susu, telur, dan ikan serta beberapa jenis sayuran seperti
buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah mempunyai risiko untuk
mengandung bakteri Clostridium botulinum, yang dapat menghasilkan
racun yang mematikan jika tumbuh dalam makanan kaleng. Oleh karena itu spora
bakteri tersebut harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi.Sterilisasi
komersial adalah pemanasan pada suhu 121,1 ˚C selama 15 menit dengan
menggunakan uap air bertekanan, dilakukan dalam autoklaf. Tujuan
sterilisasi komersial terutama untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk
sporabakteri C. Botulinum.
5. Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di
atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 -10 0C. Cara pengawetan
dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan
pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 - 24 0C. Pembekuan
cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 - 40 0C
(Winarno, 1993).
Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan
pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya,
sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau
kadang beberapa tahun.
Perbedaan lain antara pendinginan dan
pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di
dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari
penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.Pendinginan dan pembekuan
masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan
sifat-sifat lainya.Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan
yang terlalu rendah.
6. Fermentasi
Proses fermentasi dalam pengolahan pangan
adalah proses pengolahan panan dengan menggunakan aktivitas mikroorganisme
secara terkontrol untuk meningkatkan keawetan pangan dengan dioproduksinya asam
dan/atau alkohol, untuk menghasilkan produk dengan karekateristik flavor dan
aroma yang khas, atau untuk menghasilkan pangan dengan mutu dan nilai yang
lebih baik (Winarno, 1993). Contoh-contoh produk pangan fermentasi
ini bermacam-macam; mulai dari produk tradisional (misalnya tempe, tauco, tape)
sampai kepada produk yang modern (misalnya salami dan yoghurt).
Proses fermentasi dalam pengolahan pangan
mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan, antara lain:
1. Proses
fermentasi dapat dilakukan pada kondisi pH dan suhu normal, sehingga tetap
mempertahankan (atau sering bahkan meningkatkan) nilai gizi
dan organoleptik produk pangan.
2. Karakteristik
flavor dan aroma produk yang dihasilkan bersifat khas, tidak dapat diproduksi
dengan teknik/metoda pengolahan lainnya.
3. Memerlukan
konsumsi energi yang relatif rendah karena dilakukan pada kisaran suhu normal,
4. Modal
dan biaya operasi untuk proses fermentasi umumnya rendah, dan teknologi
fermentasi umumnya telah dikuasi secara turun temurun dengan baik.
7. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan
atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian
besar air yang di kandung melalui penggunaan energy panas (Winarno, 1993).
Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai 53 batas sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya.Keuntungan pengeringan adalah
bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga
mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga
menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan
biaya produksi menjadi lebih murah.Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya
dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan
biji-bijian.
Di samping keuntungan-keuntunganya,
pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang
di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat
fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya.Kerugian yang lainya juga
disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai,
misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.Agar
pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di
keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang
terbentuk keluar dari daerah pengeringan.Penyedotan uap air ini daoat juga di
lakukan secara vakum.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika
pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di
ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.Factor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu
pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
8. Penggunaan Bahan Kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi
membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan
memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat
kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk
melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk
memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk
pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan
rasanya yang nyaman.
Berdasarkan Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dengan revisi No. 1168/ Menkes/ Per/X/1999 menyatakan
bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).
C. PERUBAHAN AKIBAT PERLAKUAN DALAM PROSES
PENGOLAHAN
Berbagai Perubahan yang mungkin terjadi pada
komponen makro bahan pangan selama proses pengolahan pangan.
Komponen
Bahan Pangan
|
Perubahan
yang Mungkin Terjadi
Selama Proses
Pengolahan Pangan
|
Protein
|
¨ Denaturasi (karena panas) akan menyebabkan perubahan
kelarutan, sehingga akan mempengaruhi tekstur pada bahan pangan.
¨ Penyimpangan flavor yang disebabkan karena oksidasi
(dikatalisis oleh cahaya)
¨ Degradasi enzimatik yang akan menyebabkan perubahan pada
tekstur dan flavor (bisa menyebabkan terbentuknya flavor pahit)
¨ Pembekuan dapat menyebabkan protein mengalami perubahan
konformasi dan kelarutannya.
|
Lipida
|
¨ Hidrolisis enzimatik yang dapat menyebabkan
terbentuknya off-flavor (seperti terbentuknya flavor sabun (soapy)
atau bau prengus (goaty)) tergantung jenis lipida yang ada.
¨ Menyebabkan minyak goreng menjadi tidak baik untuk
digunakan, mengalami perubahan sifat fungsional dan sifat kristalisasinya.
¨ Oksidasi asam lemak tidak jenuh yang akan menyebabkan
flavor menyimpang (off flavor).
|
Karbohidrat
|
¨ Perlakuan panas tinggi akan menyebabkan terbentuknya
interaksi antara gula pereduksi dan gugus amino yang akan menyebabkan
terjadinya reaksi Maillard (menyebabkan proses pencoklatan) dan perubahan
flavor.
¨ Hidrolisis pati dan gum dapat menyebabkan perubahan
tekstur dari system pangan, beberapa pati dapat didegradasi oleh enzim
ataupun kondisi asam.
|
Vitamin
|
Tergantung dari jenis vitaminnya, maka berbagai proses
perubahan bisa terjadi (kerusakan/ kehilangan)jika produk pangan mengalami
proses pengolahan; terutama karena proses pemanasan, pencahayaan, ataupun
terekspos dengan udara (oksigen).
|
Daftar pustaka:
·
@A15-RANIYAH
BalasHapusPOIN 3
Artikelnya sudah bagus tetapi belum ada mind mapnya
@A20-irwansyah
BalasHapusPoin 3
Bila makannan yg menggunakan bahan kimia , efek samping ke manusianya akan seperti apa
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus@A21-SYAFIQ
BalasHapusPOIN 3
Minus di MindMap
@A35-YULIANI
BalasHapuspoin 3
mindmapnya mane gan?
@A04-ARIE
BalasHapusPOINT 3
artikel dan mindmapnya cocok
@A11-DINDA
BalasHapusPOINT 3
Artikelnya sudah sangat lengap.
@A18-FAKHRIZAL
BalasHapusPoin 3
Mindmapnya menarik sampai tidak tampak
@A28-ZAKI
BalasHapusPOIN 3
nice info bro
@A38-farida
BalasHapusPoin : 3
Artikel nya cukup menarik tetapi tidak dilengkapi mindmap
@A16-SITI
BalasHapusPOIN 2
Minus mind mapnya
@A01-RIKA
BalasHapusPOIN 2
Mana Mindmapnya?
@A09-RIZKY
BalasHapuspoin 3
artikel lengkap tapi SAYANG ngga ada minmapsnya
A30-YOSEPH
BalasHapusPOIN 3
KALO DIRAPIHIN SEDIKIT PASTI AKAN MENJADI LEBIH BAIK dan terlalu panjang.....
@A07-RONA
BalasHapusPoin 3
Artikelnya sudah cukup lengkap dan cukup menambah wawasan saya
@A22-HERDIKMA
BalasHapusPoin 3
Bagus gan, order bakpaunya lah gan. Cod Meruya ya
@A08 -Aini
BalasHapusPoin 3
Artikelnya bermanfaat tinggal tambah mindmap
@A32-VARATRI
BalasHapuspoin 3
artikel bagus... tapi mindmapnya mana ?
@A13-RIFKA
BalasHapusPOINT 2
artikel kebanyakan, mind map juga ga ada. hadehhh
@A12-ZARICA
BalasHapusPoin 3
Seandainya ada mind map nya... Duhduhduh
@A37-ANDIKA
BalasHapusPoint : 3
( aseek.. mindmapnya di geboy... )goodluck
@A29-Fauzi
BalasHapuspoint 3
tidak ada mind mapnya kenapa yah?
@A23-FERRY
BalasHapusPOIN 3
Artikelnya bagus, tapi gaada mind mapnya
@A36-ANNA
BalasHapusPoin 2
Hanya artikel??
@A36-ANNA
BalasHapusPoin 2
Hanya artikel??
@A03-KHARISMA
BalasHapusPoin 3
mind mapnya mana cyin?
@A14-Fadhli
BalasHapuspoint 3
artikelnya sangat bermanfaat