NABILA ALYA MUKHBITA (@Z13-NABILA)
ABSTRAK
Materi berikut ini
membahas adalah tentang Kekuatan Asam dan Basa. Sebagaimana larutan elektrolit
yang dibedakan atas elektrolit kuat dan elektrolit lemah, maka larutan asam dan
larutan basa yang merupakan larutan elektrolit juga dibedakan atas asam-basa
kuat dan asambasa lemah. Perbedaan kekuatan larutan asam-basa ini dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya ion-ion pembawa sifat asam dan ion-ion pembawa sifat
basa yang dihasilkan saat terionisasi.
PENDAHULUAN
Basa lemah adalah
basa yang tidak terdisosiasi sepenuhnya dalam air dan menghasilkan larutan
berair yang mengandung ion hidroksida dan radikal basanya dalam proporsi kecil. Basa lemah memiliki persen terprotonasi, kesetimbangan kimia, dan
keseimbangan transfer proton yang khas menunjukkan kekuatan basa lemah
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan basa lemah?
2.
Bagaimana
cara menentukan basa lemah?
PEMBAHASAN
Berdasarkan
pengertian asam basa ARRHENIUS, suatu senyawa bersifat asam dalam air karena
adanya ion H+ . Sedangkan senyawa bersifat basa dalam air karena adanya ion OH-
. Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883). Menurut
Arrhenius:
·
Asam:
zat/senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air HCl (aq) H + (aq) + Cl - (aq)
·
Basa :
zat/senyawa yang dapat menghasilkan OHdalam air NaOH (aq) Na+ (aq) + OH – (aq)
·
Reaksi
netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan garam: HCl
(aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (ℓ) H + (aq) + OH – (aq) H2O (ℓ)
Pada tahun 1923,
Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas Lowry (Inggris) mempublikasikan tulisan
yang mirip satu-sama lain secara terpisah. (Utomo, P. 2008) Menurut
Bronsted-Lowry:
·
Asam:
zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+ ) bisa berupa kation atau molekul
netral.
·
Basa:
zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+ ), bisa berupa anion atau molekul
netral.
Berbeda dengan
senyawa basa kuat, basa lemah tidak dapat terionisasi sempurna dalam larutannya
sehingga memiliki derajat ionisasi 0<α<1.Untuk menentukan konsentrasi ion OH- dapat menggunakan rumus berikut.
Senyawa basa yang
tersusun dari unsur logam selain golongan IA dan IIA (kecuali Be dan Mg)
dikategorikan sebagai basa lemah. Basa lemah memiliki derajat ionisasi yang
sama dengan asam lemah yakni antara nol sampai satu (0<α<1), yang artinya dalam larutannya, senyawa basa lemah tidak seluruhnya terionisasi.
Untuk mengetahui
apakah suatu senyawa mengandung ion H+ atau ion OH- dapat diuji dengan indikator
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus, yakni lakmus merah dan lakmus biru.
Adanya ion H+ dalam larutan dapat memerahkan kertas lakmus biru (lakmus biru)berubah
menjadi merah dan lakmus merah tetap berwarna merah).Adanya ion OHdalam larutan
yaitu dapat membirukan kertas lakmus merah (lakmus merah berubah warna menjadi
biru dan lakmus biru tetap berwarna biru).
Selain indikator
komersil, telah ditemukan indikator dari bahan alamiah seperti bunga mawar,
bunga pukul empat, bunga kana , bunga rosella dan bayam merah. Hampir semua
tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan indikator karena dapat berubah
warna dalam suasana asam-basa. Antosianin dari berbagai tanaman semakin banyak
digunakan dalam industri makanan dan obat-obatan karena warnanya menarik dan
aman bagi kesehatan. Warna antosianin sangat dipengaruhi oleh struktur
antosianin serta derajat keasaman (pH).
Antosianin cenderung
tidak berwarna di daerah pH netral, di dalam larutan yang pHnya sangat asam
(pH< 3) memberikan warna merah yang maksimum, sedangkan di dalam larutan
alkali (pH>10,5) pigmen antosianin mengalami perubahan warna menjadi biru.
Berdasarkan perubahan warna pada ring pH tersebut, mungkinkah bahan alam
khususnya bunga dan daun berwarna yang mengandung antosianin dapat digunakan
sebagai indikator asam-basa. Daun tanaman hias yang berwarna merah mengandung
antosianin, dapatkah ekstrak tanaman hias tersebut digunakan sebagai indikator
titrasi asam-basa. Di dalam titrat dan titran yang ditambah indikator dari
ekstrak tanaman yang mengandung antosianin memberikan perubahan warna yang
jelas untuk menunjukkan titik ekivalen dan memberikan hasil yang setara dengan
indikator pembanding fenolftalein dan metil oranye (indikator sintetis).
DAFTAR PUSTAKA
Horne,
M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam
Basa. (ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuryanti,
S. dkk. (2010). “ Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L)”. Agritech Vol. 30, No. 3
Utomo,
P. (2008). Teori Asam Basa. Makalah Pada Pengabdian Masyarakat.
Lestari,
P. (2016). “Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Untuk
Uji Larutan Asam-Basa”. Jurnal Pendidikan Madrasah Vol.1, No.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.