ABSTRAK :
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau dan 95.181 kilometer persegi
garis pantai. 80% penduduk Indonesia hidup di kawasan pesisir dan
bergantung pada ekosistem laut. Laut adalah hal yang tidak dapat terpisahkan
dari kehidupan masyarakat Indonesia.Meskipun pemerintah
telah berinisiatif dalam berbagai upaya konservasi, masih terdapat berbagai
ancaman yang dapat mengganggu ekosistem laut kita.
KATA KUNCI : Faktor yang mempengaruhi Lingkungan
pesisir,Kerusakan ekosistem laut,Pengaruh Industri dikawasan Pesisir
ISI :
Wilayah pesisir adalah wilayah
interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini
sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat
perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan serta
pariwisata.. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan
bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara
terpadu dan berkelanjutan,dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak
terhadap lingkungan pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang
berdampak diantaranya: pertumbuhan penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan
manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih dan pemanfaatan
sumber daya laut yang berlebihan.
Menurut (Dahuri 2002) Indonesia
sebagai negara kepulauan yang memiliki silayah pesisir yang kaya dan beragam
akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang memiliki
garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis
pantai terpanjang setelah Kanada. Luas silaya laut negeri kita, termasuk
didalamnya zona ekonoli ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau
sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan wilaya Indonesia. Dengan kenyataan
seperti itu sumber daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal
dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam
darat. Sumber daya wilayah pesisir diprediksi akan semakin meningkat peranannya
dimasa-masa mendatang dalam mendukung pembangaunan ekonomi nasional.
Konsekuensi dari potensi yang
besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami perkembangan dengan pertumbuhan
yang sangat pesat.
Bengen (2002) mengemukakan
wilayah pesisir menyediakan sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber
pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi
atau pariwisata, Ini berarti kawasan pesisir merupakan tumpuan harapan manusia
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa datang.
Beberapa hal yang dapat
mempengaruh lingkungan pesisir dapat dikemukakan seperti: pertambahan jumlah
penduduk dunia, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi,
ketersediaan air bersih, over eksploitasi sumberdaya alam,
PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK
Populasi manusia meningkat secara
eksponensial, hal ini didukung oleh kemajuan dibidang kesehatan, serta
pertanian yang meningkatkan kesejateraan manusia. Pada tahun 1998 fungsi
pendukung kehidupan biosfer harus dibagi pada 6 miliar orang. Jika tingkat
fertilitas dan mortalitas tidak berubah, maka populasi dunia akan mencapai 40
miliar manusia di tahun 2100, jika bayi yang lahir hari ini tetap hidup. (
Rustiadi, 2003). Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 %
per tahun maka pada tahun 2010 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang
(Sadelie, 2002). Hal ini akan mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand)
terhadap kebutuhan sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu ketersediaan
alam darat semakin berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga opsi berikutnya
diarahkan unatuk memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir untuk mempertahankan
dan sekligus melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi
berbagai peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya
pesisir dan laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya
akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.
KEGIATAN-KEGIATAN MANUSIA
Dengan semakin pesatnya
pertumbuhan baik pertumbuhan jumlah penduduk dunia maka kegiatan-kegiatan
pembangunan di wilayah pesisirpun akan semakin meningkat pula. Beberapa
kegiatan tersebut antara lain, reklamasi pantai, kegiatan industri disekitar
wilayah pesisir, dan lain-lain. Reklamasi pantai adalah suatu kegiatan atau proses
memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau berguna menjadi daerah
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia antara lain untuk lahan
pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional
Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi pantai bagaimanapun telitinya, tetap akan
mengubah kondisi dan ekosistem lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang
baru tentunya tidak sebaik yang alamiah. Oleh karena itu upaya reklamasi pantai
perlu direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama agar keberadaanya tidak
mengubah secara radikal ekosistem pesisir yang asli. Untuk itu diperlukan
perencanaan tata ruang yang rinci, peneliatian lingkungan untuk analisis dampak
lingkungan regional, penelitian hidro oceanografi, perencanaan teknis reklamasi
dan infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi serta perencanaan
social-ekonomi dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
Pengaruh dari adanya industri-
industri sisekitar wilayah pesisir juga akan mengakibatkan berubahnya daya
dukung lingkungan pesisir, antara lain pnururunan kadar gas oksigen terlarut,
kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar oksegen terlarut yang berkurang akan
menyebabkan makhluk hidup yang berada di ekosistem wilayah pesisir akan
mendapat tekanan secara ekologis, sehingga akan mengancam kelangsungan hidup
komponen ekosistem tersebut.
Perairan wilayah pesisir
merupakan salah satu tempat yang kaya akan zat hara, hal ini sangat penting
bila ditinjau dari sumber daya hayati. Namun untuk kelestariannya perlu
diperhatikan limbah yang berasal dari industri-industri maupun aktifitas
manusia lainnya yang dibuang ke perairan tersebut, akan merusak kelestarian
flora dan fauna wilayah pesisir dikemudian hari sehingga dapat merusak
keseimbangan ekosistem wilayah pesisir (Simanjuntak, 1996)
PENCEMARAN
Sumber pencemaran perairan
pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi 7 kelas : industri, limbah cair
pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan urban stormwater), pertambangan,
pelayaran (shipping), pertanian dan perikanan budidaya (Dahuri2001). Pencemaran
rumah tangga dan pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan manusai dan oleh
industri. Pencemaran rumah tangga terjadi terutama di lingkungan pesisir yang
berada dekat dengan pemukiman. Jenis sampah yang diahasilkan ada dua macam,
yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Pertumbuhan jumlah penduduk yang
mendiami wilayah pesisir dan meningktnya kegiatan pariwisata juga akan
meningkatkan jumlah sapah dan kandungan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
kerugian bagi lingkungan pesisir. Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal
persawahan di sepanjang Daerah Aliran Sungani yang berada di atasnya serta
kegiatan-kegiatan industri di darat yang membuang limbahnya ke dalam badan
sungai yang kemudian terbawa sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini
akan menperabesar tekanan ekologis wilayah pesisir.
Sumber pencemaran yang berasal
dari limbah industri dan kapal-kapal di sepanjang wilayah pesisir umumnya
mengandung logam berat. Kandungan logam berat diperairan diperkirakan akan
terus meningkat dan akan mengakibatkan terjadinya erosi dan pencucian tanah,
masuknya sampah industri dan pembakaran bahan baker fosil ke perairan dan
atmosfer, serta pelepasan sedimentasi logam dari Lumpur aktif secara langsung.
Untuk menjaga keseimbangan
ekosistem pesisir makan diperlukan pelaksanaan kegiatan dan pembangunan di
daratan yang terpadu dan berkelanjutan.
SEDIMENTASI
Sedimentasi yang terjadi di
wilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai, sebagai contoh sedimentasi
yang terjadi di wilayah Segara Anakan, sediment berasal dari sungai Citanduy,
Sungai Cibeureum dan Sungai Cikonde serta sebagian kecil berasal dari
sedimentasi pantai, jumlahnya mencapai 1 juta m 3 per tahun, apabila keadaan
seperti ini tidak berubah maka makin lama Segara Anakan akan semakin sempit dan
pada akhirnya hanya tinmggal alur-alurnya saja (Sidartha, 2001), . Pola-pola
sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air horizontal
tinggi, sediment akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila gerakan air
perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sediment tetap larut
maka akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sediment. Selain itu energi
gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan
diendapkan.
KETERSEDIAAN AIR BERSIH
Dibeberapa lingkungan pesisir
dapat pula ditemui morfologinya terdiri dari batu gamping yang mempunyai
retakan-retakan (diaklas) yang dapat meresap air hujan ke dalamnya. Makin besar
retakannya berarti makin besar pula daya simpan airnya. Air tersebut akan
dikeluarkan melalui retakan yang besar dan gua-gua (sungai bawah tanah) dan air
yang keluar merupakan sumber air untuk sungai-sungai yang mengalir ke kawasan
pesisir yang sangat brperan dalam perkembangan wilayah pesisir terutama untuk
perkembangan pertanian di wilayah pesisir dan sumber air minum bagi penduduk
yang tinggal di wilayah pesisir.
Seandainya batu gamping ini tidak
ada maka sumber-sumber airpun akan menghilang, karena batuan dibawahnya
merupakan breksi vulkanis yang lebih kedap air dan sedikit sekali dapat
menyimpan air. Sehingga kondisi seperti ini akan memicu terjadinya krisis
kekurangan sumber daya air bersih bagi sebagian besar penduduk yang tingal dan
memanfaatkan wilayah pesisir.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT YANG
BERLEBIHAN
Terbatasnya alternative mata
pencaharian yang dapat dilakukan oleh penduduk (karena kemampuan sumber daya
manusianya yang terbatas), telah menyebabkan dilakukannya eksploitasi sumber
daya alam secara intensif yang seringkali mengarah kepada over ekploitasi.
Ketika pemanfaatan lebih besar dari pada ketersediaan maka akan terjadi
pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu sumber daya laut yang telah
diekploitasi secara berlebihan adalah sumber daya perikanan. Meskipun secara
keseluruhan sumber daya perikan laut baru dimanfaatkan sekitar 38 % daru total
potensinya, namun di wilayah perairan yang padat penduduk dan pada industri
menunjukkan bahwa beberapa stok sumber daya perikana telah mengalami kondisi
tangkap lebih (overfishing) dan jumlahnya semakin menurun.
Selain hal-hal di atas, dengan
semakin besar dan banyaknya aktivitas perekonomian yang dilakukan di wilayah
pesisir dan lautan, seringkali pula menimbulkan pengaruh dalam pengelolaan
sumber daya dan lingkungan wilayah pesisir misalnya (Dahuri 2001):
· Perkapalan dan transportasi:
tumpahan minyak, air ballast limbah padat dan kecelakaan.
· Pengilangan minyak dan gas :
tumpahan minyak, pembongkaran bahan pencemar, konversi kawasan pesisir.
· Perikanan: overfishing,
destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan
tenaga/ keahlian
· Budidaya perairan :
ekstensifikasi dan konversi mangrove.
· Kehutanan: penebangan dan
konversi hutan.
· Pertambangan: penambangan pasir
dan terumbu karang
· Industri: reklamasi dan
pengerukan tanah.
DAFTAR PUSTAKA :
Hidayat, Atep Afia, dan M. Kholil.2017.Manajemen Lingkungan dengan Berfikir Hijau. Yogyakarta: Wahana Resolusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.