Abstrak
Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building concept
adalah terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian
produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan
sumber daya, serta berbiaya rendah, dan memperhatikan kesehatan, kenyamanan
penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah bersinambungan.Bangunan hijau
juga harus dimulai dengan penggunaan lahan yang sesuai dengan tata ruang kota
dan merupakan daerah peruntukan. Selain itu Green Building juga memperhatikan
sampai taraf pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya. Manfaat
Pembangunan Green Building meliputi manfaat lingkungan, manfaat ekonomi,
manfaat sosial. Setiap kawasan memiliki peraturan mendirikan bangunan yang
harus dipatuhi seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB), Garis Sepadan Bangunan (GSB), dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Studi ini bertujuan untuk mewujudkan suatu tempat di kawasan
Segi Empat Tunjungan yang dihuni secara massal serta kelompok rumah tinggal
yang dilengkapi sarana dan prasarana. Demi terciptanya suatu tatanan perkotaan
dan penduduk kota yang ideal, sehat, aman, serasi, dan teratur, serta memberi
peluang besar terhadap calon penghuni dan sekitar secara berkelanjutan, maka
penerapan konsep arsitektur hijau digunakan sebagai pendekatan desain. Metode
desain yang digunakan adalah metode Generating Architectural Concept and Idea
yang kemudian akan dikembangkan selama proses desain dan menghasilkan desain
yang skematik.
Kata kunci : pemilihan lahan, bangunan, ramah lingkungan,
arsitektur hijau, rumah susun
PENDAHULUAN.
Pada umumnya tempat tinggal sering dipandang hanya sebagai
bentuk fisik sebuah bangunan rumah yang mudah dikenali dan diidentifikasi. Hal
ini membuktikan bahwa tempat tinggal hanya difungsikan sebagai tempat
berlindung atau melindungi diri sehari-hari, mengingat bahwa kondisi alam tidak
selamanya menguntungkan. Tempat tinggal juga merupakan sarana bagi manusia
dalam menciptakan tatanan hidup kemasyarakatan. Hal ini mencerminkan bahwa
tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk
kelangsungan hidup manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.
Namun dengan bertambahnya jumlah penduduk urbanisasi
khususnya pada daerah pusat kota dan semakin maraknya kegiatan perekonomian
mendorong timbulnya peningkatan kebutuhan lahan permukiman . Permasalahan yang terjadi
pada permukiman kampung di tengah kota ini adalah penurunan kualitas lingkungan
, tidak ada ruang terbuka hijau ± 90% telah terbangun, dan berbagai dampak
masalah lainnya sehingga kawasan ini dinilai tidak layak huni.
Dengan berbagai masalah yang ada dalam kawasan ini, tentu
perlu dilakukan strategi khusus yaitu peremajaan kampung dengan pembangunan
suatu tempat yang dapat dihuni secara massal untuk para pendatang tersebut,
yakni dengan pembangunan rumah susun. Demi terciptanya suatu tatanan perkotaan
dan penduduk kota yang ideal, sehat, aman, serasi, dan teratur, serta memberi
peluang besar terhadap calon penghuni dan sekitar secara berkelanjutan, maka
penerapan konsep arsitektur hijau digunakan sebagai pendekatan desain.
Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mewujudkan arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai
keseimbangan di dalam sistem interaksi manusia dengan lingkungan . Arsitektur
hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam serta minim menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah untuk merealisasikan
kehidupan manusia yang berkelanjutan . Aplikasi arsitektur hijau akan
menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan .
Konsep penghematan energi pada bangunan sebaiknya dimulai
dengan pemilihan lahan dimana bangunan tersebut ditempatkkan. Efisiensi energi,
air, dll, diterapkan pada aspek lahan dalam skala kawasan dan kota yang terkait
dengan lingkungan binaan (built environment) akan semakin nyata. Efisiensi
energi dalam hal aspek lahan yaitu dengan cara merancang lahan dan bangunan
dengan mempertimbangkan aspek penghematan penggunaan energi. Sebagai contoh
pengalihan fungsi area tanam menjadi bangunan menyumbang emisi CO2 sebesar 18,3
%. Kemudian jika bangunan sudah dipakai baik sebagai rumah tinggal atau
bangunan komersial menyumbang emisi CO2 sebesar lebih dari 15 %. Dengan
demikian perlu diantisipasi berbagai kemungkinan pelestarian lingkungan dan
penghematan energy
ISI
Menurut Hidayat (2017) Teknologi Hijau ( Green Tech )
dikenal sebagai teknologi lingkungan ( Envirotech ) dan Teknologi Bersih (
Cleantech ) , Merupakan integrase antara teknologi modern dan ilmu lingkungan
untuk lebih mengoptimalkan pelestrian lingkungan global dan sumber daya alam ,
serta untuk meminilmalisir dampak negative dari berbagai kegiatan seluruh umat
manusia di planet bumi . salah satu nya adalah dengan arsitektur hijau .
Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mewujudkan arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai
keseimbangan di dalam sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Selain itu
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam
serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah
untuk merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan. dalam penerapan
arsitektur hijau mencakup beberapa aspek, antara lain:
·
Ramah Lingkungan
Pada dasarnya, penerapan konsep ramah
lingkungan ini menerapkan konsep arsitektur hemat energy, banyak memanfaatkan
pengudaraan dan pencahayaan alami.
·
Berkelanjutan
Arsitektur
yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi
mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
·
Sehat
Pemanfaatan desain yang mempertimbangkan
kesehatan lingkungan, kehidupan sekitar serta efek positif untuk kehidupan.
·
Iklim
Penerapan konsep yang mempertimbangkan
iklim yang sesuai. Contohnya penggunaan konsep penghijauan yang sangat cocok
untuk iklim tropis.
·
Kegunaan
estetik Penggunaan konsep desain yang tidak
hanya mempertimbangkan keestetikaannya saja, tetapi juga kegunaan dan efek pada
lingkungan.
Penataan sesuai zona peruntukan akan menempatkan kota
tertata dengan baik serta mempermudah penyediaan sarana dan prasarana. Tetapi
ada kemungkinan terjadi pemborosan energi terutama masalah transportasi,
olehkarenanya untuk penghematan energi harus benar-benar diperhatikan tentang
posisi lahan yang ada yang memungkinkan pemakaian energi bisa dikurangi
semaksimal mungkin. Untuk mengurangi emisi gas CO2 maka berikut ini adalah :
beberapa tanaman akan sangat baik dalam penyerapan CO2. Setiawati (2000) dalam
Abrarsyah (2002) menyebutkan bahwa tanaman yang tergolong tahan terhadap
pencemaran kendaraan bermotor adalah kembang merak, trembesi, angsana, asam
londo, flamboyan, kupu – kupu, saputangan, kaliandra, sengon, nyamplung,
kenanga, mahoni, eboni, krey payung, kesumba, glodokan, akasia aurikuliformis
dan salam. Adapun tanaman yang tergolong sangat tahan terhadap pencemaran
kendaraan bermotor adalah akasia mangium, sawo kecik, kayu manis, kayu putih, beringin
dan kenari diacu dalam (Abrarsyah 2002).
Sedangkan untuk mengurangi pengurukan atupun pengangkutan
tanah mka seorang arsitek sebaiknya memanfaatkan kontur tanah, kemiringan tanah
untuk bangunan yang dibangun, Misal : bangunan hotel resort ditempatkan pada
lahan yang mempunyai keindahan alam dan bila lahan mempunyai kemiringan tanah/
tidak datar atau curam bisa dibuat perencanaan bangunan yang memanfaatkan
kemiringan lahan sebanyak – banyaknya sehingga bisa mengurangi penggunaan
energi, tidak perlu mengangkut material dari tempat lain sehingga mengurangi
transportasi yang akan mengurangi emisi gas CO2. Contoh : pemilihan lahan yang
memperhatikan kemiringan tanah dan keindahan alam.
Setiap kawasan/zone peruntukan memiliki peraturan mendirikan
bangunan yang harus dipatuhi seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien
Lantai Bangunan (KLB), Garis Sepadan Bangunan (GSB), dan Ruang Terbuka Hijau
(RTH).
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) mengharuskan luas lantai
dasar bangunan tidak melebihi prosentase yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat. Misal KDB kawasan hunian maksimal 70%, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) seluas 30% dari total luas lahan tersebut. Artinya bila lahan seluas
100m2 akan dibangun rumah hijau, maka luas maksimal lantai dasar adalah 100m2x
70% = 70m2, 30m2 nya digunakan untuk taman. (Nirwono Yoga, anggota Ikatan
Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) di buku Gerakan Kota Hijau)
Bila KDB 70% maka luas lahan 100m2, maka luas 70m2 adalah
luas maksimal yang dapat dibangun oleh pemilik lahan. Angka KDB bisa bervariasi
tergantung pada lokasi lahannya.Semakin besar KDB maka semakin kecil RTH nya.
Semakin besar RTH maka semakin besar kemungkinan air masuk ke dalam tanah pada
lahan tersebut, dan semakin besar tanah menyerap air dari atas permukaan tanah,
bisa memperkecil kemungkinan banjir. Air hujan tersebut disimpan di dalam
tanah, air hujan tersebut di”tabung” oleh bumi. Pada saat kemarau, “tabungan”
air dapat diambil sebagai persediaan air bersih.
Air hujan bukan untuk disalurkan menjauhi para pemakai air,
tetapi air perlu disimpan sebagai persediaan pada musim kemarau. Managemen air
yang kurang baik, bila ada saat tertentu akan berlimpah air tapi ada saat lain
kawasan tersebut tidak memiliki air. Bangunan ramah lingkungan mampu menyerap
air yang jatuh sebanyak banyaknya ke dalam tanah (zero run off).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih lahan
untuk pembangunan lingkungan binaan yang berwawasan lingkungan yaitu : bila
lahan belum tersedia maka mencari lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Misal
: mendirikan bangunan yang berfungsi untuk kantor maka pemilik proyek harus
mencari lahan yang memang diperuntukkan bagi fungsi perkantoran, dst.
Peruntukan lahan dalam suatu wilayah kota maka diatur melalui rencana umum tata
ruang kota (RUTK) dan rencana detail tata ruang kota (RDTRK). Pemilihan lahan
yang memperhatikan mengenai konservasi energi, seperti : dengan memperbanyak
RHT maka memperbanyak tabungan air tanah, lanskap arsitektur hemat energi yaitu
dalam pemilihan material pembentuk lanskap , proses konstruksi dan pemeliharaan
lanskap yang hemat energi.
Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur
hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur
hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam,
sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa
arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur
pada umumnya.
Green architecture adalah pembangunan yang memperhatikan
masalah ekonomi, hema energi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan, ramah
lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Green
architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
adalah membuat struktur dan menggunakan proses pembuatannya memperhatikan
terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup
bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi,
dan dekonstruksi.
Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk
me- ngurangi dampak keseluruhan dari ling- kungan yang dibangun pada kesehatan
manusia dan lingkungan alam dengan cara :
·
Efisien menggunakan energi, air (memilih keran
yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu) dan sumber
daya lain seperti material bagunan
·
Kesehatan penghuni, melindungi dan meningkatkan
produktivitas manusia dalam bekerja. *
·
Mengurangi limbah, polusi dan degradasi
lingkungan.
Sebagai contoh bangunan yang ramah lingkungan adalah dengan
mendesain bangunan yang memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan
sirkulasi udara dan cahaya alami. Seperti desain interior, menggunakan interior
yang ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan,
misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi
listrik, memperbanyak penggunaan panel sel surya sehingga bisa mengurangi
kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan antara lain tidak
perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat
listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Sesedikit mungkin
penggunaan pendingin ruang / AC pada siang hari dan memperbanyak pembuatan
taman di lingkungan rumah dan gedung. Dengan jendela besar untuk lubang
sirkulasi udara ke dalam ruangan.
Sedangkan pada desain eksteriornya, dengan menghindari penggunaan
bahan bangunan yang berbahaya dan diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan
memperbanyak taman hijau dan taman dilingkungan rumah dan gedung untuk mengatur
keseimbangan lingkungan sekitar.
Desain bangunan dengan atap-atap bangunan dikembangkan
menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis
tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Sedangkan untuk material bangunan yang ramah lingkungan
seperti misalnya kerangka bangunan utama dan atap, menggunakan material baja
memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur,
mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan
fondasi, sehingga baja dapat digunakan sebagai pengganti pemakaian material
kayu, untuk mengurangi penebangan hutan/pembabatan kayu hutan yang tak
terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud
kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian hutan
sebagai paru-paru dunia. Material bangunan lainnya yang ramah lingkungan
misalnya semen instan, keramik ( untuk dinding pengganti wallpaper dan lantai
). Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding
(tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan
eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi, batu
bata, aluminium (bisa untuk kusen jendela dan pintu juga sudah mulai
menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang).
Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun
dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern),
hemat biaya, lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali
hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan
tekstur variasi (klasik, kayu). sehingga dapat mewujudkan konsep bangunan ramah
lingkungan.
Untuk bangunan ramah lingkungan (green building), tidak
hanya disain bangunan dan material bangunannya saja yang dipikirkan tetapi juga
dipikirkan masalah energi,selain energi listrik seperti diatas, merambah ke
dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic
tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak
mencemari air tanah dan lingkungan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi.
Untuk mengantisipasi krisis air bersih, dikembangkan sistem
pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai
keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan
pengisian kembali air tanah (recharge).
Dikembangkan sistem pengolahan air limbah bersih yang
mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci
diri) maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta
membuat sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan lubang biopori (10 sentimeter x
1 meter) sesuai kebutuhan.
KESIMPULAN
Green building dimulai dengan perencanaan pada pemilihan
lahan yang sesuai dengan tata ruang kota yaitu sesuai dengan peruntukannya,
kemudian membuat bangunan hijau sebagai desain bangunan yang hemat energy,
dimana system bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk
pencahayaan dan sirkulasi udara yang memungkinkan mengurangi penggunaan AC juga
konstruksi yang menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan. Konsep
hijau yang terdiri dari enam aspek penting untuk bangunan ramah lingkungan
meliputi:
1) Penataan dan penggunaan lahan sesuai
dengan peruntukannya dan berkelanjutan
2) Penghematan sumber daya energy
3) Konservasi sumber daya air untuk
menjamin keberlanjutan penyediaan air bersih
4) Pemilihan material yang ramah lingkungan
dan memiliki daur hidup yang panjang
5) Peningkatan kesehatan dan kenyamanan
dalam ruang yang sehat dan nyaman
6)
pengelolaan sistem bangunan yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
DAFTAR PUSAKA
Hidayat, Atep Afia dan Muhammmad Kholill , (2017), Kimia,
Industri dan teknologi hijau , Patona Media
Prawibawa, Putu Dera Lesmana dan Happy Ratna Santosa,(2015),
Konsep arsitektur hijau daklam penerapan hunian susun dikawasan segi empat
tunjungan Surabaya
Karuniastuti, Nurhenu , (2013), Banguna Ramah Lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.