@E02-Elvi, @ProyekA07
Disusun Oleh Elvi Khairina
COD atau
kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik
yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik
akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber oksigen menjadi
gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi
tingkat pencemaran oleh bahan organik. Kadar COD dalam limbah berkurang seiring
dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah,
konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode
pengolahan yang konversional (Siahaan,2017).
Menurut
Siahaan(2017), Metode standar untuk pengukuran konsentrasi COD yang cocok untuk
berbagai jenis contoh uji air limbah yaitu refluks terbuka namun refluks terbuka
kurang ekonomis, jika dibandingkan dengan metode lain seperti refluks tertutup
karena dibutuhkan pereaksi yang lebih banyak. Prinsip dasar metode ini adalah
mekanisme reaksi oksidasi senyawa larutan K2Cr2O7
berlebih dalam suasana asam dan panas (150oC).
Menurut APHA, Metoda standar
penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang
digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat
kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.
Kadar COD dipengaruhi oleh reaksi
oksidasi yang terjadi di dalam lingkungan. reaksi oksidasi adalah reaksi
penambahan/pengikatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa. Arti lain reaksi oksidasi
dijelaskan sebagai perubahan bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom
dalam sebuah reaksi kimia. Proses oksidasi dilakukan oleh oksidator. Oksidator
atau pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi
redoks.
Menurut Nurdin (2009) Perkembangan metoda-metoda
penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
1. Metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara
konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya.
2. Metoda yang berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada
bahan organik dan disertai pengukuran secara elektrokimia
Alasan pendekatan secara elektrokimia mengundang perhatian:
1. lebih sederhana
2. cepat
3. mudah diotomatisasi.
Instrumen analisis COD secara elektrokimia biasanya menggunakan
elektroda kerja :
1. PbO2
2. CuO atau komposit Ag2O dan CuO
Telah sukses diimplementasikan pada sistem monitoring on-line secara otomatis. Akan
tetapi hasil pengukurannya selalu memberikan nilai COD yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan metode standar, karena hanya fraksi kecil zat organik
yangdapat dimineralisasi oleh sistem oksidasi secara elektrokimia.
Kemampuan oksidasi dari sistem
fotokatalisis lebih menjanjikan bila dibandingkan dengan metode degradasi
elektrokatalitik, khususnya yang melibatkan nanopartikel semi konduktor TiO2.
Kim et al.melaporkan
sistem pengukuran COD yang melibatkan oksidasi fotokatalitik dan pengukuran
deplesi konsentrasi oksigen di dekat permukaan fotokatalis digunakan untuk
menghitung nilai COD . Namun, pendekatan tersebut masih mempunyai kendala yaitu
:
1. Masih belum sempurnanya fraksi analit yang terdegradasi,
yang akan mengakibatkan rendahnya akurasi hasil pengukuran,
2. Kurangnya sensitifitas dan daerah kerja linier yang
disebabkan oleh karena rentang perubahan yang kecil pada konsentrasi oksigen
selama degradasi dan rendahnya kelarutan oksigen dalam air
3. Kerumitan mengontrol suhu eksperimen selama pengukuran
oksigen oleh elektroda oksigen yang sangat tergantung pada temperatur.
Semua kendala tadi berakibat kepada hasil pengukuran yang
tidak sensitive dan tidak reprodusibel.
Sementara
itu, Zhao et al.
telah melaporkan metode baru sebagai metoda alternatif pengukuran COD. Metoda
yang diusulkan ini berbasis gabungan fotokatalisis dan elektrokimia, dengan
pendekatan yang sama sekali baru. Mereka menggunakan film TiO2 yang dilapiskan
pada substrat gelas berlapis ITO (Indium
Tin Oxide), yang difungsikan sebagai anoda pada sistem fotoelektrokimia.
Arus cahaya yang timbul saat sistem fotoelektrokimia dijalankan telah
dievaluasi dan digunakan sebagai besaran yang dapat dikorelasikan dengan nilai
COD. Namun daerah kerja metoda tersebut masih sempit yakni pada rentang nilai
COD sampai 60mg/L O2. Disamping itu desain elektroda dimana arah datangnya
foton untuk mengaktifkan fotoelektrokatalis dari arah yang harus melewati badan
contoh air mengundang kerawanan akan gangguan serapan yang tinggi oleh matrik
contoh air (UV-kromofor, partikel tersuspensi, dan padatan yang melayang).
Salah satu hal penting yang harus
diperbaiki dari sistem fotoelektrokimia untuk penentuan COD (Photo Electrocatalytic Chemical Oxygen Demand, PECOD) yang dikembangkan oleh Zhao et al :
1. Aspek kinerja fotokatalis TiO2 dalam kemampuannya mendegradasi
berbagai jenis zat organik
2. kapasitas permukaan TiO2 mengadsorbsi zat organik. Fotokatalis
dengan kinerja yang efektif akan menyebabkan sistim oksidasi ini mampu
memineralisasi dengan sempurna semua jenis polutan organik yang mendekat ke
permukaannya. Sementara itu kapasitas adsorpsi yang tinggi dari fotokatalis
akan menghasilkandaerah linieritas pengukuran COD yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
APHA, Standard Methods for the Examination of Water
& Wastewater, 18th Ed., Washington, 1992,4.18-4.31
H. Zhao, D. Jiang, S. Zhang, K.
Catterall, R. John, Anal. Chem. 76 (2004) 155-160.
Nurdin,M,
W. Wibowo, Supriyono, M. B. Febrian, H. Surahman,Y.K. Krisnandi2, dan
J.Gunlazuardi.2009. PENGEMBANGAN METODE BARU PENENTUAN CHEMICAL
OXYGEN DEMAND (COD) BERBASIS SEL FOTOELEKTROKIMIA: KARAKTERISASI
ELEKTRODA KERJA LAPIS TIPIS TiO2/ITO. Makara Journal of Science
(MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 1-8). Dalam http://journal.ui.ac.id/index.php/science/article/viewArticle/345. (Diakses
tanggal 14 November 2017)
Siahaan,
Claudia. 2017. PENENTUAN KONSENTRASI KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA (KOK)
PADA AIR SUNGAI CISADANE DAN CIHIDENG//DETERMINING THE CONCENTRATION OF CIAPUS
AND CIHIDENG RIVER CHEMICAL OXYGEN DEMAND. Academia Education on Google Cendekia.
Dalam https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/53373589/lap._5_PTLT2_Claudia_F44140076_Selasa_Siang.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1510611518&Signature=devOPJKDCyXfGfpwFninDM%2BUvq0%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DPENENTUAN_KONSENTRASI_KEBUTUHAN_OKSIGEN.pdf (Diakses
tanggal 14 November 2017)
Y.C. Kim, S. Sasaki, K. Yano, K. Ikebukuro, K.Hashimoto, I.
Karube, Analyst 125 (2000) 1915-
1918.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.