LIMBAH
MANUSIA
A.
DEFINISI
Limbah manusia semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil
dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia didalam tulisan ini
dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang pada umumnya disebut
latrine (jamban atau kakus). proses pembuangan kotoran dapat terjadi
(bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap dua hari hingga
beberapa kali dalam sehari.Pengerasan tinja dapat menyebabkan meningkatnya
waktu antara pengeluarannya dan disebut dengan konstipasi.
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh
bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida
(CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir
dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11). Ekskreta manusia
(human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir
dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan
pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).
Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis
kotoran manusia, yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Azwar, 1995).
B.KARAKTERISTIK
Menurut
Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata
sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis
kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik
(sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik
seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan komposisi
tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):
Perkiraan
Komposisi Tinja tanpa Air Seni
Komponen
|
Kandungan (%)
|
Air
|
66-80
|
Bahan
organic ( dari berat kering)
|
88-97
|
Nitrogen (
dari berat kering)
|
5,7-7,0
|
Fosfor(sebagai
P205)(dari berat kering)
|
3,5-5,4
|
Potassium
(sebagai K2O) dari berat kering)
|
1,0-2,5
|
Karbon (
dari berat kering)
|
40-55
|
Kalsium
(sebagai CaO) (dari berat kering)
|
4-5
|
C/N rasio
(dari berat kering)
|
5-10
|
Kuantitas Tinja dan Air Seni
Tinja/Air Seni
|
Gram/orang/hari
|
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
|
Tinja
Air seni
|
135-270
1.000-1.300
|
35-70
50-70
|
Jumlah
|
1.135-1.570
|
85-140
|
Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga
mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi
kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit.
Namun tinja
potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang
menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric or
intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus,
protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal sebagai
Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di
saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan
berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram
(Soeparman, 2002)).
C.METODE
PEMBUANGAN
Masyarakat seringkali tidak memperhatikan bagaimana membuang atau
mengolah limbah rumah tangga yang tidak mengganggu lingkungan. Masyarakat
menganggap pengelolaan lingkungan dianggap urusan yang memboroskan biaya dan
tidak menguntungkan. Padahal limbah domestik seperti kotoran manusia ternyata
masih bisa dimanfaatkan.
Direktur Pusat Studi Lingkungan
Universitas Surabaya (PSL Ubaya), Yunus Fransiscus mengatakan sudah saatnya
masyarakat diajak untuk memanfaatkan limbah domestiknya menjadi sesuatu yang
bernilai ekonomis. Oleh karena itu, Yunus bersama tim PSL Ubaya membuat proyek
percontohan yang mengolah kotoran manusia menjadi pupuk organik dan biogas
dengan teknologi yang sederhana.
Selama ini tentu banyak orang yang merasa penasaran dan bertanya-tanya
kemana kiranya pengelola mobil penyedot tinja membuang kotoran manusia yang
mereka sedot. Tentu akan butuh lahan atau tempat penampungan yang luas untuk
menampung kotora-kotaran yang mereka angkut.
Karena tidak mungkin dari sekian banyak orang yang menggunakan jasa
penyedot tinja, hasil sedotan tinjanya oleh pihak pemilik jasa dibuang begitu
saja disungai, tentu sja hal itu akan membuat sungai yang menjadi pembuangannya
menjadi tercemar dan bahkan bisa berubah menjadi lautan tinja.
Rupanya limbah kotoran manusia yang
diangkut oleh mesin penyedot tinja itu diangkut kesebuah penampungan limbah di
daerah Pulo Gebang untuk dikelolah kembali agar bisa menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan menguntungkan bagi banyak orang.
Kotoran yang diangkut oleh mobil
tangki itu pertama kali akan di masukkan kedalam kolam khusus. Untuk dilakukan
pemisahan antara kotoran manusia, pasir serta air yang tercampur satu sama
lain.
Pengelolaan limbah manusia ini ada yang masih menggunakan cara manual
dan ada yang sudah menggunakan alat teknologi canggih. Setelah kandungan
kotoran manusia, pasir serta air dipisah satu sama lain kemudian dikelolah
untuk menjadi sesuatu yang dapat menyuburkan tanaman, yakni pupuk.
Hasil ‘pupuk’ dari limbah kotoran manusia ini menurut sang pengelolah
sudah teruji, sehingga aman untuk digunakan sebagai pupuk tanaman.
Metode pembuangan tinja secara umum dibagi menjadi dua, Unsewered area
dan Sewered area (Chandra, 2007).
Unsewered
area terdiri Service type (conservancy system) dan Non-service type (sanitary
latrines) yang terdiri dari Bore hole latrine, Dug well or pit latrines, Water
seal type of latrines (PRAI type dan RCA type), Septic tank, Aqua privy,
Chelmical closet. Metode lain berupa Latrines suitable for camps and temporary
use yang terdiri dari Shallow trench latrine dan Deep trench latrine.
Sewered
Areas
Pada sistem
pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau sewerage
system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah,
kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah tanah
yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya dibangun di ujung
kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam pengumpulan dan pengangkutan
kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.
Terdapat 2
tipe sistem sewered areas antara lain :
a. Sistem
kombinasi (combined sewer)
Pada sistem
kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah tangga dan
lainnya dalam satu saluran.
b. Sistem
terpisah (separated sewer)
Pada sistem
sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem terpisah
dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam penerapannya
adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.
Cara
pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system) dan
pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan sanitasi
yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja.
D.
PEMANFAATAN KOTORAN MANUSIA
1.
Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Salah satu manfaat utama kotoran
manusia adalah sebagai pupuk. Sebelum abad 19, di Inggris kotoran manusia rutin
dibawa dari kota-kota ke desa-desa untuk menyuburkan perkebunan.
Menurut penelitian, kotoran satu manusia selama satu tahun
mengandung cukup nutrisi untuk menumbuhkan 250 kilogram bibit tanaman. Cukup
untuk memberi makan satu manusia selama satu tahun penuh.
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga organik
Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam
mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya
hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk
fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang
dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah
pertanian,* kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di
Inggris.
Suplai
fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan
pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan
pertanian melalui pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan
Asosiasi Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar
mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan
pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan biosolid
pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari logam
berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk
limbah lain, semisal sampah pabrik.
2.
Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas
Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses
fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau
anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari hasil
fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia,
dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri
anaerob (Wijayanti, 1993).Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat
diperoleh dengan memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan
dan manusia atau campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas
(Harahap dkk, 1980). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung
dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku,
beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara
anaerobik. Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan
organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan
baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika. Bahan organik
terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang
senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain.Kadar dan jenis bahan yang dapat
menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan sangat bervariasi tergantung dari
jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat dinyatakan
bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam
(biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan urin manusia tergolong
bahan organik merupakan hasil sisa perombakkan dan penyerapan dari sistem
pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20
kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah
manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan.
Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun
berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan
manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih
tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya.
Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C)
dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30)
(Sihombing 1988)
Tinja
berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan agar tidak
meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam
tangki septik. Lumpur tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat
dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki
septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.
3.
Pemanfaatan Pengolahan Jamban Pupuk (the
Compost Privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal
galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan
sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
- Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.
- Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap
hari.
- Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah,
selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
- Demikian seterusnya sampai penuh.
- Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.
- Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman
DAFTAR
PUSTAKA
https://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2009/09/karakteristik-dan-dekomposisi-tinja.html?m=1
http://ngokos.com/8725/ke-tempat-inilah-muatan-mobil-tinja-itu-dibawa/
https://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2009/09/syarat-pembuangan-tinja.html?m=1
http://m.suara.com/tekno/2014/11/27/193155/manfaat-tinja-dari-pupuk-hingga-bahan-bakar-bus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.