Pencemaran air sungai adalah salah satu kerusakan lingkungan
yang paling serius di Indonesia. Hal ini menyebabkan beban ekonomi tinggi
karena sungai menyediakan lingkungan bagi barang dan jasa untuk manusia, salah
satunya adalah air baku untuk memproduksi air domestik. Penelitian bertujuan
adalah untuk memperkirakan beban ekonomi pencemaran air Kali Surabaya sebagai air
baku untuk produksi air domestik.
Estimasi hasil biaya ekonomi sebenarnya dari pencemaran air
Sungai Surabaya adalah sekitar Rp 15,9 miliar pada tahun 2005 dan meningkat
menjadi Rp 21 miliar di tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren
biaya polusi meningkat setiap tahunnya yang menunjukkan peningkatan tingkat
pencemaran air.
Saat ini sebagian besar sungai di Indonesia mengalami degradasi
yang cukup parah, setidaknya ditinjau dari indikator kualitas air sungai. Hasil
pemantauan kualitas air pada tahun 2006 oleh 30 Badan Pengendalian. Dampak
Lingkungan Daerah (Bapedalda) provinsi terhadap 35 sungai di Indonesia
menggunakan parameter BOD ( ) dan COD ( ) menunjukkan bahwa air sungai sudah
tercemar. Penilaian tersebut dievaluasi berdasarkan kriteria mutu air Kelas II
menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 – PP 82/2001– tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan sebagaimana yang ditetapkan (Kementerian Negara Lingkungan Hidup
– KLH, 2006).
Kali Surabaya adalah salah satu sungai di Jawa Timur yang
menjadi sorotan masyarakat karena tingkat pencemarannya yang berat. Sungai
sepanjang 41 kilometer yang melintasi empat kabupaten/kota (Mojokerto, Sidoarjo,
Gresik, dan Surabaya) ini menampung sekitar 75,48 ton setiap harinya, yang terdiri
dari limbah industri dan limbah domestik, dengan rincian Mojokerto 14,84 ton
per hari, Sidoarjo 26,00 ton per hari, Gresik 0,93 ton per hari dan Surabaya
33,73 ton per hari. Total limbah di sepanjang Kali Surabaya tersebut jauh
melebihi batas maksimal untuk kelayakan bahan baku air minum, yaitu 30 ton per
hari (Perum Jasa Tirta, 1999).
Pencemaran dalam Perspektif Ekonomi
Ahli ekonomi mendefinisikan pencemaran dengan cara yang
berbeda. Pencemaran bergantung dari dua
aspek, yaitu:
(1) dampak fisik (biologis, kimiawi) dari limbah terhadap lingkungan;
dan
(2) reaksi manusia terhadap dampak tersebut, berupa
kegelisahan, ketidaknyamanan
dan penderitaan yang
di tunjukan oleh kehilangan kesejahteraan'. Oleh karena itu, pencemaran
dianggap sebagai biaya eksternal yang
terjadi akibat dua kondisi, yaitu:
(1) aktivitas dari satu pihak yang mengakibat kankehilangan
kesejahteraan kepada pihak lain; dan
(2) hilangnya kesejahteraan tersebut tidak dikompensasi (Pearce
dan Turner, 1990).
Biaya Pencemaran Air
Myers (1998) membedakan biaya pencemaran ke dalam dua kategori.
Pertama, biaya yang timbul karena dilakukannya tindakan untuk mengatasi pencemaran.
Jenis biaya tersebut disebut dengan, yang dihasilkan dari usaha untuk mengurangi
atau menghilangkan sumber pencemaran Kedua, biaya yang timbul karena tidak
dilakukannya tindakan untuk mengatasi pencemaran. Jenis biaya tersebut disebut dengan , yang
dihasilkan dari dampak pencemaran terhadap kesehatan dan lingkungan. Dalam kerangka
Analisis Biaya-Manfaat berhubungan dengan
biaya sedangkan biasanya berhubungan dengan manfaat yang diartikan sebagai kerusakan
yang dapat dihindari karena diambilnya tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkanpencemaran tersebut.
Pada kasus pencemaran air sungai, dapat berupa perubahan
teknologi produksi, pergantian input, daur ulang, dan lain-lain. Field and Olewiler
(2002) menyebut jenis biaya tersebut dengan . Sementara itu, secara umum dapat diklasifikasikan
kedua alam dua kategori dampak, yaitu:
(1) kesehatan, melalui menurunnya akses dan kualitas air
minum; dan
(2) non-kesehatan, berupa kelangkaan air, menurunnya produksi
pertanian dan perikanan, dan kebutuhan
untuk menjernihkan sumber air (Myers,
1998; World Bank, 2007). Besarnya biaya pencemaran air dapat dinilai dari dampaknya
terhadap manusia dan sistem alam lingkungan. Merujuk pada– ADB (1996), dampak
dari pencemaran air meliputi:
(1) kesehatan manusia, terdiri dari penurunan tingkat kesakitan
(morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas);
(2) kesejahteraan manusia, meliputi peningkatan estetika,
produktivitas atau nilai komersial dari
aktivitas rekreasi dan ekowisata, pertanian dan perikanan,
serta perubahan sosio-kultural; dan
(3) sumberdaya lingkungan, diantaranya perubahan ekosistem
akuatik dan sistem hidrologi.
Valuasi Ekonomi
Air merupakan komoditas khusus dengan beberapa karakteristik
yang menghambat terjadinya pasar
persaingan ( Pertama, air adalah komoditas dasar untuk
kehidupan sehingga nilai ekonominya dianggap tak terhingga. Kedua, terdapat
banyak distrosi di pasar air, terutama penawarannya bersifat monopoli alamiah
dan penerapan subsidi. Ketiga, hak kepemilikan sulit didefinisikan dengan jelas
ketika air dianggap sebagai barang publik dan mempunyai banyak penggunaan (Lange dan
Hassan,2006). Dengan kondisi tersebut harga pasar menjadi tidak efisien,
sehingga tidak dapat mencerminkan nilai sosial yang sebenarnya.
Biaya ekonomi dari pencemaran Kali Surabaya sebagai air baku
untuk produksi air minum merupakan costs-borne yang harus ditanggung oleh PDAM
Kota Surabaya sebagai otoritas tunggal penyedia air minum bagi penduduk Kota
Surabaya. Biaya tersebut merupakan jenis dampak dari pencemaran air terhadap
kesejahteraan (welfare), khususnya produktivitas. Merujuk pada (2010), terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya biaya
tersebut, dua diantaranya yang relevan adalah metode (CIP) dan metode (RC).
Metode pertama berbasis manfaat sedangkan metode kedua berbasis biaya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata sekunder
yang diperoleh dari PDAM Kota Surabaya. Jenis data yang dibutuhkan meliputi: produksi
air minum, kualitas air baku, volume pemakaian bahan-bahan kimia penjernih air,
dan harga bahan-bahan kimia tersebut. Untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan biaya pencemaran dari waktu ke waktu, maka akan digunakan data
runtut waktu dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
Kualitas Air Baku PDAM
Tingginya pencemaran di Kali Surabaya mengakibatkan rendahnya
kualitas air baku PDAM. Menurut PP 82/2001 semestinya klasifikasi kualitas air
baku PDAM adalah kelas 1, namun pada kenyataannya tidak pernah mencapai standar
baku mutu yang telah ditetapkan.
Tabel 1 menyajikan kualitas air baku PDAM Kota
Surabaya di daerah Karangpilang tahun 2007 – 2009. Dari data tersebut terlihat
bahwa kualitas air baku berada jauh di bawah standar baku mutu Kelas 1. Dari
sepuluh parameter yang diuji, hanya pH, krom heksavalen, mangan, besi (kecuali
tahun 2008), dan seng yang memenuhi standar baku mutu (daerah yang diarsir).
Dalam periode 2005 – 2009 harga bahan kimia secara umum
cenderung meningkat meskipun ada beberapa yang tetap, yaitu kaolin dan karbon
aktif. Dari kesembilan jenis bahan kimia tersebut, harga poly acrylamide adalah
yang tertinggi dan harga kaolin adalah yang terendah.
Hasil estimasi biaya pemakaian bahan-bahan kimia oleh PDAM
Kota Surabaya pada tahun 2001 dalam penelitian Hidayati (2001) senilai Rp 5,9
milyar. Jika hasil perhitungan pada tahun 2009 berdasarkan harga berlaku (Rp 21
milyar) tersebut dinilai berdasarkan harga tahun 2001 dengan tingkat deflator
rata-rata sebesar 7,4 persen per tahun, maka akan diperoleh nilai sekitar Rp
11,8 milyar. Ini artinya biaya riil pemakaian bahan-bahan kimia pada tahun 2009
telah meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2001 atau tiap
tahun mengalami kenaikan sebesar 9 persen. Hasil perhitungan tersebut
membuktikan bahwa tingkat pencemaran Kali Surabaya semakin meningkat dari tahun
ke tahun, yang berdampak pada semakin buruknya kualitas air baku PDAM Kota
Surabaya semakin buruk dan meningkatnya biaya pemulihannya. Pada akhirnya,
masyarakat yang menanggung besarnya biaya sosial tersebut yang direfleksikan
dari tarif air PDAM. Biaya pemakaian bahan-bahan kimia mempunyai kontribusi yang
cukup besar terhadap biaya pengolahan/penjernihan air, yaitu rata-rata 15,5 persen
dalam periode 2005 – 2009. Namun demikian, biaya tersebut bukan merupakan porsi
terbesar dari biaya pengolahan/penjernihan air, karena komponen terbesar dari
biaya tersebut adalah biaya listrik dengan kontribusi sekitar 40 persen
(Kompas, 27 Mei 2010). Biaya pengolahan/penjernihan air sendiri merupakan
komponen terbesar dari biaya langsung dengan porsi rata-rata 60 persen. Komponen
biaya langsung lainnya adalah biaya transmisi dan distribusi serta biaya sumber
dengan porsi masing-masing 37 persen dan 3 persen.
Hasil estimasi menggunakan metode menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 biaya pencemaran (atas dasar harga berlaku) senilai Rp 15,9 milyar
telah meningkat menjadi Rp 21 milyar pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan
rata-rata sebesar 10,2 persen per tahun. Jika dinilai dari harga tahun 2005
sebagai tahun dasar, maka biaya tersebut senilai Rp 16,5 milyar atau mengalami
kenaikan rata-rata 3,9 persen pada periode waktu yang sama. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat pencemaran Kali Surabaya semakin meningkat setiap
tahunnya dan pada akhirnya menimbulkan biaya sosial yang tinggi yang harus
ditanggung oleh masyarakat.
Kusmawardhani, Deni,.2012 Majalah Ekonomi Vol 22, No 2 (2012): MAJALAH EKONOMI
Publisher: Majalah Ekonomi ESTIMASI BIAYA PENCEMARAN AIR SUNGAI: STUDI KASUS PADA KALI SURABAYA SEBAGAI AIR BAKU UNTUK PRODUKSI AIR MINUM http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18590&val=1144&title=ESTIMASI%20BIAYA%20PENCEMARAN%20AIR%20SUNGAI:%20%20%20STUDI%20KASUS%20PADA%20KALI%20SURABAYA%20SEBAGAI%20AIR%20BAKU%20%20%20UNTUK%20PRODUKSI%20AIR%20MINUM Di unduh tanggal o6 Agustus 2016
Agustiningsih, Dyah. 2006. Analisis Kuaslitas Air Dan Setrategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/viewFile/4928/4465. Di Unduh Tanggal 06 Agustus 2016.
Puspitasari, Eka, Dinarjati. 2009. Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum dan Lingkungan. http://scholar.google.co.id/scholar?rlz=1C1_____enID647ID682&um=1&ie=UTF-8&lr&q=related:m2wykqVxxP3JcM:scholar.google.com/
Daftar Pustaka:
Kusmawardhani, Deni,.2012 Majalah Ekonomi Vol 22, No 2 (2012): MAJALAH EKONOMI
Publisher: Majalah Ekonomi ESTIMASI BIAYA PENCEMARAN AIR SUNGAI: STUDI KASUS PADA KALI SURABAYA SEBAGAI AIR BAKU UNTUK PRODUKSI AIR MINUM http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18590&val=1144&title=ESTIMASI%20BIAYA%20PENCEMARAN%20AIR%20SUNGAI:%20%20%20STUDI%20KASUS%20PADA%20KALI%20SURABAYA%20SEBAGAI%20AIR%20BAKU%20%20%20UNTUK%20PRODUKSI%20AIR%20MINUM Di unduh tanggal o6 Agustus 2016
Agustiningsih, Dyah. 2006. Analisis Kuaslitas Air Dan Setrategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/viewFile/4928/4465. Di Unduh Tanggal 06 Agustus 2016.
Puspitasari, Eka, Dinarjati. 2009. Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum dan Lingkungan. http://scholar.google.co.id/scholar?rlz=1C1_____enID647ID682&um=1&ie=UTF-8&lr&q=related:m2wykqVxxP3JcM:scholar.google.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.