Oleh: @X17-Fauzan
Penerapan Industri Kimia Hijau pada Sektor Petrokimia
Abstrak
Green chemistry (kimia hijau)
didefinisikan sebagai model (design) dalam proses pembuatan produk dengan
mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan kimia. Industri Kimia hijau
ialah cabang industri kimia yang merekomendasikan rancangan produk dan proses
kimia untuk meminimalisir atau menghilangkan penggunaan serta pembentukan
senyawa-senyawa yang sangat berbahaya. Petrokimia adalah bahan kimia apapun
yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini termasuk bahan bakar fosil yang
telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin, minyak tanah, bahan
bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk
pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastik,
aspal, dan serat buatan.
Kata
Kunci: Kimia Hijau, Industri Kimia Hijau dan Petrokimia
Abstract
Green chemistry is defined as a
model (design) in the process of making products by reducing or eliminating the
use of chemicals. The green chemical industry is a branch of the chemical
industry that recommends the design of chemical products and processes to
minimize or eliminate the use and generation of highly hazardous compounds.
Petrochemicals are any chemical obtained from fossil fuels. This includes
purified fossil fuels such as methane, propane, butane, gasoline, kerosene,
diesel fuel, aircraft fuel, and also includes various agricultural chemicals
such as pesticides, herbicides and fertilizers, as well as materials such as
plastics asphalt, and man-made fibers.
Keywords: Green Chemistry, Green Chemical and Petrochemical Industry
Pendahuluan
Menurut (Anwar, 2015). Green chemistry atau “kimia hijau” ialah
bidang kimia yang berkonsentrasi pada pencegahan polusi. Pada permulaan
1990-an, green chemistry mulai diketahui secara global sehabis Environmental
Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang ialah
kebijakan nasional untuk menangkal atau menghemat polusi. Green chemistry ialah
pendekatan untuk menangani dilema lingkungan baik itu dari segi bahan kimia
yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang dipakai. Industri
Petrokimia di Indonesia menjadi salah satu tulang punggung industri dalam
negeri. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memasukkan industri petrokimia
sebagai salah satu prioritas dalam program industri 4.0.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu Kimia Hijau?
2. Apa
saja peranan industri kimia hijau?
3. Bagaimana
tantangan dan cara penerapan Industri Kimia Hijau disektor Petrokimia?
Tujuan
1. Menjelaskan
kimia hijau secara tepat.
2. Mengenal
peranan industri kimia hijau.
3. Mengetahui
cara penerapan dan menangani tantangan yang ada.
Pembahasan
1. Industri
Kimia Hijau
Kimia hijau, juga disebut kimia
berkelanjutan, membahas desain proses dan produk kimia yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau pembentukan zat berbahaya. Kimia
hijau juga diakui sebagai kimia berkelanjutan dan berlaku untuk kimia organik,
kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, kimia fisik dan teknik kimia juga.
Kimia hijau mengacu pada siklus hidup suatu produk, termasuk desain, pembuatan,
penggunaan, dan pembuangannya. Selain itu, rekayasa hijau dapat didefinisikan
sebagai tata krama, nilai, dan prinsip yang sadar lingkungan, dikombinasikan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, semuanya diarahkan pada peningkatan
kualitas lingkungan (Marteel-Parrishdan Abraham, 2014).
2. Peranan
Industri Kimia Hijau
Peranan industri kimia hijau menurut
(Jehamun, 2019). Pertama, pencegahan (waste prevention) yakni lebih baik
melakukan pencegahan timbulnya limbah bahan kimia dalam suatu reaksi/proses
industri daripada melaksanakan pengolahan limbah. Kedua, atom economy adalah
sistem sintetis harus didesain untuk memaksimalkan keikutsertaan atom-atom
reaktan dalam menghasilkan produk. Ketiga, sintetis materi kimia rendah bahaya
(less hazardous chemical synthesis). Jika memungkinkan, tata cara sintesis
mesti didesain untuk memakai dan menghasilkan substansi yang rendah toksisitas
atau tanpa toksisitas bagi manusia dan lingkungan.
3. Tantangan
dan Cara Penerapan Kimia Hijau di Sektor Petrokimia
Yang menjadi tantangan di industri petrokimia adalah pengelolaan sampah plastik. Di hal ini, pelaku industri mengusung konsep circular economy, di mana setiap bahan plastik yang telah dipakai akan didaur ulang dan diproses kembali agar tetap berguna. Selain itu, upaya penerapan industri hijau di sektor petrokimia adalah dengan menerapkan konsep zero waste. Dan juga di aspek lingkungan dan sosial pelaku industri menerapkan teknologi enclosed ground flare atau teknologi suar tanpa asap yang bisa membakar 220ton hidrokarbon per jam.
Penerapan industri hijau di sektor
petrokimia juga dapat dilakukan melalui tindakan hemat dan efisien dalam
memakai sumber daya alam, air serta energi. Dan tak hanya itu, perlu juga
adanya penggunaan energi alternatif, penerapan prinsip 4R (reduce, reuse
recycle dan recovery), penggunaan teknologi rendah karbon, serta meminimalkan
timbulnya limbah.
Selain itu bisa juga melalui
peningkatan kapasitas produksi petrokimia dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan impor, membangun industri kimia yang kompetitif dengan
memanfaatkan sumber daya migas dan optimalisasi lokasi zona industri, termasuk
pembangunan lokasi produksi kimia yang lebih dekat dengan lokasi ekstraksi gas
alam.
Kesimpulan
Penerapan prinsip hijau di sektor petrokimia dapat menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya berkelanjutan. Hal ini juga sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan dilakukannya penerapan industri kimia hijau disektor petrokimia ini berdampak pada hemat dan sangat efisien dalam memakai sumber daya alam serta energi dengan penggunaan teknologi yang rendah karbon yang dapat meminimalkan timbulnya limbah.
Wulan Octaviani. 2022. Perindustrian Petrokimia. Media Sampaijauh.com
Aditya Nugroho. 2021. Industri Petrokimia. Media Rakyat Merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.