Kersen merupakan tanaman berbuah kecil yang biasanya banyak disukai oleh
anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penambahan
gula pasir yang tepat untuk menghasilkan sirup Kersen yang baik dan disukai oleh
panelis dan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula pasir terhadap sifat
kimia dan organoleptik sirup Kersen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimental dengan cara melakukan uji langsung di
laboratorium. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan satu faktor yaitu persentase penambahan gula
pasir dalam pembuatan sirup kersen yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu T1= gula
pasir 30%, T2 = gula pasir 40%, T3 = gula pasir 50%, T4 = gula pasir 60% dan
gram T5 = gula pasir 70% dalam 300 ml sari buah kersen. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan analisis keragaman (Analysis pf Variance) pada taraf 5%. Bila
terdapat perlakuan yang berpengaruh secara nyata maka diuji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf yang sama. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Penambahan gula pasir berpengaruh nyata terhadap kadar
gula reduksi, kadar vitamin C dan sifat organoleptik parameter kekentalan dan
warna namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap parameter rasa dan aroma
sirup kersen yang diamati. Semakin tinggi penambahan gula pasir yang digunakan
kadar gula reduksi semakin meningkat, kadar vitamin C semakin menurun, skor
nilai rasa, kekentalan, aroma dan warna cenderung semakin meningkat dan
disukai oleh panelis. Perlakuan yang paling disukai oleh panelis yaitu pada
perlakuan kelima (P5) dengan penambahan gula pasir 70%.
PENDAHULUAN
Pohon kersen (Muntingia calabura L.) adalah tanaman jenis
neotropik yaitu suatu jenis tanaman yang tumbuh baik di daerah tropis
seperti Indonesia. Tanaman kersen berasal dari Filipina dan dilaporkan
masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Kersen merupakan pohon
yang dapat tumbuh dengan ketinggian 3–12 m dan berbuah dengan
cepat sepanjang tahun. Buahnya bertipe buah buni, berwarna merah
kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil di dalam
daging buah yang lembut (Verheij dan Coronel, 1997). Kersen termasuk
buah tropis dan dapat dimakan dengan rasa manis dan aroma yang khas.
Di dalam 100 g kersen mengandung rata-rata 76,3 g air,2,1 g protein,
2,1 g lemak, 17,9 g karbohidrat, 6,0 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium,
94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin A, 90 mg vitamin C. Nilai energi adalah
380 kJ/100 g (Rahman dkk., 2010).
Kandungan vitamin C yang terkandung dalam buah kersen bermanfaat
untuk memperbaiki kerusakan jaringan endothel dan menurunkan kadar
trigliserida pada penderita dislipidemia sehingga buah ini sangat
berpotensi untuk ditingkatkan komoditasnya dengan diolah menjadi
jus dan dijadikan minuman fungsional (Maghribi, 2013). Pramono
dan Santoso (2014) menyebutkan bahwa pemanfaatan buah kersen
khususnya di Indonesia masih sangat kurang padahal jika mengacu dari
komposisi buah, sebenarnya buah kersen dapat dimanfaatkan dengan baik karena keberadaannya yang melimpah dan dapat tumbuh di mana
saja. Selain itu, buah kersen sebagian besar mengandung air, sehingga
buah ini tidak dapat dikonsumsi dalam waktu yang lama setelah
dipetik. Supaya dapat menghasilkan nilai tambah dari buah kersen,
perlu adanya inovasi dalam pemanfaatan buah kersen. Salah satunya
dibuat sebagai bahan baku dalam pembuatan sirup buah.
Kelemahan dari buah kersen salah satunya adalah mudah rusak. Buah
kersen yang siap dipetik tanpa cacat fisik hanya memiliki daya simpan 10
sampai 14 hari disuhu ruang. Dengan kandungan air buah kersen yang sangat
tinggi mengakibatkan buah kersen akan menjadi semakin lunak dan perlahan
membusuk pada bagian kulit diikuti daging buah bagian dalam. Buah kersen
yang mengalami luka atau cacat pada bagian kulit luar akan lebih cepat
terjadi pembusukan. Hal ini bisa terjadi pada saat proses pemetikan,
penumpukan pada wadah saat pemetikan dan perjalanan buah kersen menuju
tempat penyimpanan. Proses pembusukan buah kersen diawali dengan
berkurangnya kadar air buah, kulit buah keriput dan ukuran buah mengecil menjadi alternatif pengolahan agar buah kersen dapat disimpan dan
dimanfaatkan secara optimal. Selain itu pembuatan minuman sirup kersen
dapat menjadi suatu nilai tambah bagi buah kersen agar lebih dikenal dan
disukai oleh masyarakat. (Syamsuni, 2007).
Menurut SNI No. 01-3544-1994, sirup didefinisikan sebagai larutan
gula pekat (Sakarosa: high fructose syrup dan atau gula inversi lainnya)
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan.
Definisi sirup yang lain yaitu sejenis minuman ringan berupa larutan kental
dengan cita rasa beraneka ragam, biasanya mempunyai kandungan gula
minimal 65%. Prinsip pembuatan sirup adalah pasteurisasi. Pasteurisasi
adalah proses pemanasan dengan menggunakan suhu dibawah 100°C untuk
menginaktifkan mikroba berbahaya agar memiliki daya tahan lebih lama
(Rosenau, 1913). Sebelum proses pasteurisasi dilakukan sari buah didapat
dari penghancuran buah menjadi bubur buah, lalu diperas dan disaring untuk
mendapatkan sari buah, setelah itu ditambahkan gula sebagai pemanis
sekaligus sebagai bahan pengawet, lalu dimasukkan ke dalam botol, barulah
dilakukan pasteurisasi agar memiliki daya tahan lebih lama.
Menurut Desrosier (2008), gula akan mengalami proses karamelisasi
sehingga terbentuk reaksi browning atau kuning coklat. Oleh sebab itu
apabila buah kersen yang sudah diblender dicampur dengan gula pasir ketika
direbus akan mengalami perubahan warna menjadi coklat. Selain itu gula juga
berfungsi sebagai bahan penambah rasa, perubah warna, dan sebagai bahan
untuk memperbaiki susunan jaringan.
(Mizrahi , dkk., 2002).
Kurangnya pengolahan buah kersen menyebabkan buah ini kurang
dikenal dan digemari masyarakat terlebih karena masa simpan buah yang
pendek, oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi produk. Salah satu
diversifikasi pengolahan buah kersen yang dapat dilakukan adalah pembuatan
minuman sirup, produk minuman sirup dipilih karena sesuai dengan pola
hidup orang sekarang ingin cepat dan praktis. Diversifikasi tersebut juga
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Berapa konsentrasi penambahan gula pasir yang tepat untuk menghasilkan
sirup kersen yang baik dan disukai oleh panelis?
b. Bagaimanakah pengaruh penambahan gula pasir terhadap sifat kimia dan
organoleptik sirup kersen?
Tujuan Dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui konsentrasi penambahan gula pasir yang tepat untuk
menghasilkan sirup kersen yang baik dan disukai oleh panelis.
b. Mengetahui pengaruh penambahan gula pasir terhadap sifat kimia
dan organoleptik sirup kersen.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Mendapatkan formulasi konsentrasi penambahan gula pasir yang
tepat untuk menghasilkan sirup kersen yang baik dan disukai oleh
panelis.
b. Diversifikasi bahan olahan buah kersen.
c. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
Pembahasan
Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat
sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh
untuk diubah menjadi energi. Secara umum, gula dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia
terbentuk dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida
adalah glukosa, fruktosa, galaktosa.
b. Disakarida
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk
dari dua molekul gula.Yang termasuk disakarida adalah sukrosa
(gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa
dan galaktosa) dan maltosa (gabungan dari dua glukosa).
Penjelasan diatas adalah gambaran gula secara umum,
namun yang akan dibahas dan digunakan dalam penelitian ini
adalah produk gula. Gula merupakan komoditas utama
perdagangan di Indonesia.Gula merupakan salah satu pemanis yang
umum dikonsumsi masyarakat.Gula biasa digunakan sebagai
pemanis di makanan maupun minuman, dalam bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer dan
pengawet.
Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang
umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar
pembuatan gula yang lain, seperti air bunga kelapa, aren, palem,
kelapa atau lontar. Gula sendiri mengandung sukrosa yang
merupakan anggota dari disakarida.
Menurut American Heart Foundation, perempuan sebaiknya
tidak mengkonsumi lebih dari 100 kalori tambahan dari gula
perhari dan laki–laki 150 kalori per harinya. Artinya, untuk
perempuan tidak lebih dari 25 gr per hari, dan 37,5 gr untuk laki–
laki. Jumlah itu sudah mencakup gula di minuman, makanan,
kudapan, permen, dan semua yang dikonsumsi pada hari itu
(Darwin, 2013)
Mengkonsumsi gula harus dilakukan dengan seimbang,
dalam hal ini seimbang dimaksudkan bahwa kita harus mengatur
karbohidrat yang masuk harus sama dengan energi yang
dikeluarkan oleh tubuh. Energi yang dikeluarkan oleh manusia
tidak sama satu dengan lainnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti jenis kelamin, berat badan, usia, dan
aktivitas yang dilakukan
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Termodinamika dalam Ilmu Kimia (Modul 5). Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Kimia Unair. 2020. Ikatan Kimia (Video Youtube). Universitas Airlangga, Surabaya.
https://lppm.umaha.ac.id/gula-garam-dan-antigen/
https://www.rumuskimia.net/2015/12/rumus-kimia-gula.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.