Kimia Hijau Untuk Kelangsungan Ramah Lingkungan
Disusun Oleh : Andyka Febriyansyah
Abstrak
Kimia Hijau
atau Green Chemistry adalah suatu rancangan proses dan produk yang bisa
meminimalisasi bahkan menghilangkan penggunaan bahan kimia yang beracun dan
berbahaya. Kimia hijau mengembangkan inovasi proses kimia yang menggeser,
menambah atau mengurangi, hingga memperbarui proses kimia. Dalam proses
penerapan kimia hijau tentu diperlukan berbagai tujuan agar untuk menentukan
hasil yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang ramah, dengan itu banyak
langkah yang harus dipelajari tentunya seperti 12 prinsip – prinsip dari kimia
hijau yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan pemanfaatan kimia dan
menyelamatkan lingkungan.
Kata Kunci
: Kimia Hijau, Tujuan Kimia Hijau, 12 Prinsip Kimia Hijau
Pendahuluan
Green
Chemistry atau kimia hijau merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan
polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah
Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act
yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green
Chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari
segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunkan. Konsep
ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan
dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun
proses.
Pembahasan
I.
Definisi
Kimia Hijau
Menurut EPA (2015),
Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yag
berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau
berlaku untuk seluruh sikulus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur,
penggunaan, dan pembuangan akhir.
Kimia Hijau dikenal juga
sebagai kimia berkelanjutan (Suistainable Chemistry). Dalam hal ini kimia hijau
merupakan konsep dan pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan
dari pencemaran. Kimia hijau bukanlah cabang ilmu kimia baru, namun merupakan
cara pandang atau strategi dalam kaitannya dengan pemanfaatn kimia.
II.
Tujuan Kimia Hijau
Kimia hijau bertujuan
untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak pada proses perancangan.
Praktik pencegahan bahaya dari sejak awal proses pembuatan zat kimia akan
bermanfaat bagi keseshatan manusia dan lingkungan. Yang meliputi proses
perancangan, produksi, penggunaan dan pembuangan limbah yang dihasilkan .
III. Prinsip Kimia Hijau
Menurut Anastas dan Warner (1998), Mengusulkan
konsep “The Twelve Principles of Green Chemistry” yang digunakan sebagai acuan
oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut Prinsip
1-3 dan 4-6 dari 12 Prinsip Kimia Hijau:
1.
Mencegah timbulnya limbah dalam proses
Lebih baik mencegah daripada menanggulangi atau membersihkan limbah yang
timbul setelah proses sintesis, karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat
besar. Pengolahan limbah yang masih diterapkan itu seperti:
a.
Reduce
b.
Reuse
c.
Recycle
d.
Recovery
e.
Landfill
Dengan adanya pencegahan limbah
kita akan memiliki keuntungan yang bermanfaat seperti mengurangi emisi gas
rumah kaca, mencegah kontaminasi air, tanah, dan udara, melestarikan SDA, dan
memberikan energy pembahruan.
2.
Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk
mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan
kimia yang aman. Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan
kimia memiliki kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas
rendah). Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara
menurunkan nilai biovailability.
3.
Mendesain proses sintesis yang aman
Metode sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan
menghasilkan bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau
meminimalkan bahaya terhadap orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
4.
Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada
menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada alas an ekonomi. Bahan
baku terbarukan biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam,
sedangkan bahan baku tak terbarukan berasalh dari bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahkan tambang alinnya.
5.
Menggunakan katalis
Penggunaan katalis memberikan seletifitas yang lebih baik, rendeman hasil
yang meningkat serta mampu mengurangi produk samping. Peran katalis sangat
penting meningkat, serta mampu mengurangi produk samping. Peran katalis sangat
penting karena diperlukan untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan. Dari
sisi green chemistry penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas,
mampu mengurangi penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energy dalam
suatu reaksi.
6.
Menghindari derivatisasi dan modifikasi
sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung,
proteksi/deproteksi, dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia
harus diminimalkan atau sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan
derivitisasi memerlukan tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Wahana Resolusi, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.