Oleh: @P17-GIMAWATI
I.
ABSTRAK
Green Chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang
berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai
dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA)
mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk
mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk
mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan,
proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang
suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan
kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan
kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai
ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya
fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
Green
chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya
polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi
sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk
menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang
green chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah
lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, merancang bahan kimia yang
green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma,
2008).
Kata Kunci: Kimia hijau, lingkungan, kerusakan,
keseimbangan lingkungan
II.
PENDAHULUAN
Peran ilmu
kimia lingkungan sangat banyak , salah satunya adalah dari penggunaan bahan
kimia kita bias mengetahui bagaimana kondisi lingkungan apabila terjadi kontak
dengan bahan kimia.
Peranan lain dari kimia lingkungan adalah
mempelajari dan menelaah pengaruh bahan kimia terhadap lingkungan hidup,
sehingga keseimbangan lingkungan bias tetap terjaga.
III.
PERMASALAHAN
Dibalik
besarnya manfaat ilmu kimia ternyata juga tersimpan bahaya yang
sangat
besar terhadap lingkungan hidup. Banyak sekali bahan-bahan kimia yang mempunyai
sifat-sifat yang berbahaya apabila tidak dikelola dengan baik.
IV.
PEMBAHASAN
IV. 1 Mengenal
Kimia Hijau
Istilah kimia digunakan dalam “green
chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan perubahan suatu
materi.Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh
karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan
penggunaannya baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung seperti
penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses
penyalurannya.
Green
chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya
polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi
sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk
menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang
green chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah
lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, merancang bahan kimia yang
green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma,
2008).
Anastas
dan Warner (1998) mengusulkan konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry”
yang digunakan sebagai acuan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang
ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh
Anastas dan Warner :
1.
Mencegah timbulnya
limbah dalam proses
Lebih baik mencegah daripada menanggulangi
atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses sintesis, karena biaya
untuk menanggulangi limbah sangat besar.
2.
Mendesain produk
bahan kimia yang aman
Pengetahuan
mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi
toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman.
Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki
kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah).
Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai
bioavailability.
3.
Mendesain proses
sintesis yang aman
Metode
sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan menghasilkan
bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan
bahaya terhadap orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
4.
Menggunakan bahan
baku yang dapat terbarukan
Penggunaan
bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan
baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan
biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku
tak terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam,
batu bara, dan bahan tambang lainnya.
5.
Menggunakan
katalis
Penggunaan
katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat,
serta mampu mengurangi produk samping.Peran katalis sangat penting karena
diperlukan untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan.Dari sisi green
chemistry penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu
mengurangi penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam
suatu reaksi.
6.
Menghindari
derivatisasi dan modifikasi sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi
yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi,
dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan
atau sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi
memerlukan tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
7.
Memaksimalkan
atom ekonomi
Metode
sintesis yang digunakan harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang
diinginkan dibandingkan dengan bahan dasar.Konsep atom ekonomi ini mengevaluasi
sistem terdahulu yang hanya melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk
menentukan suatu reaksi efektif dan efisiens tanpa melihat seberapa besar
limbah yang dihasilkan dari reaksi tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk
menilai proporsi produk yang dihasilkan dibandingkan dengan reaktan yang
digunakan.Jika semua reaktan dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, dapat
dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%. Berikut
adalah persamaan untuk menghitung nilai atom ekonomi :
8.
Menggunakan
pelarut yang aman
Penggunaan
bahan kimia seperti pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia tambahan yang lain
harus dihindari penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan, maka harus
seminimal mungkin. Penggunaan pelarut memang sangat penting dalam proses
sintesis, misalkan pada proses reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa gerak pada
kromatografi, dan lain-lain. Penggunaan yang berlebih akan mengakibatkan polusi
yang akan mencemari lingkungan. Alternatif lain adalah dengan menggunakan beberapa
tipe pelarut yang lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids, flourous phase
chemistry, supercritical carbon dioxide, dan“biosolvents”.Selain itu ada
beberapa metode sintesis baru yang lebih aman seperti reaksi tanpa menggunakan
pelarut ataupun reaksi dalam media air.
9.
Meningkatkan
efisiensi energi dalam reaksi
Energi
yang digunakan dalam suatu proses kimia harus mempertimbangkan efek terhadap
lingkungan dan aspek ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia dilakukan dalam
suhu ruang dan menggunakan tekanan.Penggunaan energi alternatif dan efisien
dalam sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode baru
diantaranya adalah dengan menggunakan radiasai gelombang mikro (microwave),
ultrasonik dan fotokimia.
Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi
Bahan
kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena itu
suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di
lingkungan.Seperti sintesis biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta
bahan kimia lainya.
1 Penggunaan metode analisis secara langsung
untuk mengurangi polusi
Metode
analisis yang dilakukan secara real-time dapat mengurangi pembentukan produk
samping yang tidak diinginkan.Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan
metode dan teknologi analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dalam prosesnya.
1Meminimalisasi potensi kecelakaan
Bahan
kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga
potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke lingkungan,
ledakan dan api dapat dihindari.
Aplikasi penerapan ke-12 prinsip kimia
hijau ini masih belum sepenuhnya dilakukan para kimiawan khususnya yang
bergerak pada bidang sintesis dalam hal desain reaksi dan metode yang digunakan
untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pencemaran lingkungan.
IV. 2 Sejarah Kimia Hijau
Tahun 1980 - an ditandai oleh berbagai konferensi dunia tentang
Lingkungan Hidup. PBB menciptakan Komisi Dunia tentang Lingkungan dan
Pembangunan pada tahun 1983 untuk melaporkan perkembangan dunia dan
lingkungan. Laporan yang dikenal sebagai
''Brundtland Report" direkonsiliasi lingkungan dan masalah sosial. Laporan
ini diterbitkan pada tahun 1987, yang untuk pertama kalinya mendefinisikan konsep
pembangunan berkelanjutan sebagai pengembangan pemenuhan kebutuhan generasi
saat ini tanpa mengorbankan generasi masa depan. Laporan itu juga menekankan
bahaya penipisan ozon dan dampaknya terhadap pemanasan global (Marcondes,
2005).
Lebih jauh, pada tahun 1985, dalam pertemuan Menteri Lingkungan Hidup
dari negara yang tergabung dalam
Organisasi kerjasama ekonomi dan
Pengembangan (OECD),menghasilkan
beberapa keputusan penting antara lain : : Pembangunan Ekonomi dan
Lingkungan, Pencegahan Polusi, dan Pengendalian dan Informasi Lingkungan dan
Nasional review. Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) meluncurkan ''Program
Rute Sintetis Alternatif untuk Pencegahan Polusi" pada tahun 1991 yang
melaporkan filosofi dan kebijakan baru tentang pengendalian risiko produk kimia
beracun untuk mencegah masalah dengan zat ini (Woodhouse dan Breyman, 2005).
IV. 3
Bahan Kimia yang Berbahaya Bagi Keseimbangan Lingkungan
1. Aseton
Ditemukan
di: penghapus kuteks, polish mebel, wallpaper, alkohol topikal
Ketika terekspos udara, aseton menguap dengan sangat cepat
dan mudah sekali terbakar. Aseton dapat menyebabkan keracunan fatal yang
mengancam nyawa, namun sangat jarang terjadi karena tubuh mampu memecah aseton
dalam jumlah besar yang terserap ke dalam sistem. Untuk sampai bisa keracunan,
Anda harus mengonsumsi atau menelan porsi aseton dalam jumlah luar biasa besar
dalam waktu singkat. Gejala keracunan aseton ringan termasuk sakit kepala,
bicara cadel, lesu, kurang koordinasi indera gerak, dan rasa manis di mulut.
2. Benzena
Ditemukan di: cat, lem, gas yang
dilepaskan dari karpet, wax, deterjen, emisi dari pembakaran bahan bakar gas,
asap rokok, kapur barus, alat penghilang bau
Benzena menguap ke
udara dengan sangat cepat. Massa jenis uap benzena lebih berat daripada udara
biasa dan bisa tenggelam ke daerah dataran rendah. Udara luar ruangan
mengandung benzena dalam jumlah kecil dari asap tembakau, SPBU, knalpot
kendaraan bermotor, dan emisi industri. Udara dalam ruangan umumnya mengandung
kadar benzena yang lebih tinggi daripada di udara luar dari paparan harian
produk rumah tangga.
Benzena bekerja dengan mengacaukan kerja
sel dalam tubuh. Sebagai contoh, paparan benzena jangka panjang dapat menyebabkan
sumsum tulang untuk tidak memproduksi cukup sel darah merah. Benzena juga dapat
merusak sistem kekebalan tubuh dengan mengubah kadar antibodi dan menyebabkan
hilangnya sel darah putih — yang dapat menyebabkan anemia, atau lebih buruk
lagi, leukimia dari paparan berat dan berkepanjangan. Beberapa wanita yang
menghirup benzena dalam jumlah besar selama berbulan-bulan memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur dan penurunan ukuran indung telur mereka.
3. Bisphenol A (BPA)
Ditemukan di: wadah makanan kaleng,
perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik, botol minum plastik produksi
lama (sebelum tahun 2012), botol susu bayi model lama (sebelum 2011), bon
belanja
Produksi BPA sebenarnya dimulai pada tahun
1930 sebagai estrogen sintetik yang diberikan pada wanita. Jadi, tidak
mengherankan bahwa paparan terhadap bahan kimia ini mengarah ke perubahan
hormon, seperti penurunan produksi sperma, pubertas dini pada anak-anak
perempuan, dan kemandulan pada orang dewasa. Studi lab juga mencurigai bahwa
paparan BPA dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan keguguran. BPA juga
mengganggu metabolisme tubuh dan memainkan peran dalam penyakit jantung,
obesitas, dan diabetes.
4. Xylene
Ditemukan di: emisi gas buang kendaraan
bermotor, cat, pernis, cat kuku, perekat, semen karet
Paparan ringan hingga sedang terhadap uap
xylene dapat menyebabkan mata panas memerah, bengkak, berair, penglihatan
kabur; dan/atau iritasi kulit ringan, seperti ruam kemerahan dan bengkak, kulit
terasa kering dan gatal; iritasi pada hidung dan tenggorokan. Paparan terhadap
xylene dalam jumlah besar sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan depresi
sistem saraf pusat yang menyebabkan mual dan muntah serta sakit kepala, dan
berkunang-kunang; hingga kerusakan hati dan ginjal, hilang kesadaran, kegagalan
sistem pernapasan, bahkan kematian.
5. Formalin
Ditemukan di: asbes dan beton, asap rokok,
kompos gas atau minyak tanah yang menyala, furnitur yang terbuat dari pressed
wood dengan perekat yang mengandung resin urea-formaldehida (UF), kantung
plastik
Formaldehida adalah senyawa kimia turunan
dari pembakaran dan proses alam tertentu yang umum digunakan secara luas oleh
industri untuk memproduksi bahan bangunan dan berbagai produk rumah tangga.
Dengan demikian, mungkin ada jejak formalin dalam konsentrasi yang cukup besar
baik di dalam maupun luar ruangan.
V.
KESIMPULAN
Pemaparan
diatas menunjukkan pentingnya ilmu kimia dalam pelestarian lingkungan. Disatu sisi
memang kimia bermanfaat tetapi kimia juga merupakan salah satu penyebab
krusakan lingkungan.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory
and Practice, Oxford University Press, Oxford
Hidayat Atep, Kholil Muhammad. 2018. Kimia dan Pengetahuan
Lingkungan Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana Resolusi
Purnama, Hijrah. (2010). Studi Pemanfaatan Sampah Plastik
Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Volume 2, Nomor 1
Slamet, Juli Soemirat, 2004,
Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Selamet ,Riyadi, A.L., 1986, Pengantar
Kesehatan Lingkungan, Karya Anda, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.