.

Kamis, 05 September 2019

Perkembangan Kimia Dalam Pertanian






Oleh: Shabilla Maharani Wiyana
(@N18-SHABILLA, @Proyek NO1)


Abstrak

            Kimia adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sifat dan ciri suatu zat. Kimia dan teori-teorinya sudah lama ditemukan dan dikemukakan oleh para ahli pada tiap-tiap zaman. Pada zaman sekarang ilmu kimia sudah menyangkup banyak bidang termasuk bidang pertanian. Pertanian adalah kegiatan yang menyangkut tentang tanaman. Lalu apa hubungan tanaman dan kimia? Tanaman dalam proses fotosintesis mengambil makanan dari tanah, tanaman membutuhkan unsur-unsur atau mineral yang terkandung dalam tanah. Unsur atau mineral inilah yang diteliti dan dikembangkan oleh para ahli kimia. Unsur atau mineral yang dibutuhkan tanaman ini disebut unsur hara.

Namun pada lahan tanah yang telah dipanen oleh manusia otomatis tanaman tidak mengembalikan unsur tersebut ke tanah dengan kata lain unsur hara pada tanah berkurang. Maka pada pertanian modern hal ini tidak efektif, sehingga para ahli dan pakar kimia mencari pemecahan masalah ini dan didapati yang namanya pupuk.

Kata Kunci: peranan kimia, pertanian.



Pupuk Anorganik

       Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah hilang dan mudah larut, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K.


Pupuk Organik

             Pupuk organik merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, jerami, dan bahan lain yang dapat berperan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi, dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Bahan organik yang terdapat dalam pupuk organik tidak dapat menggantikan peran dari pupuk anorganik sebagai pemasok hara, karena kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif rendah, namun demikian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik (Soedardjo dan Mashuri, 2000 dalam Sedjati, 2005).


Pupuk Hayati

        Pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah untuk membantu tanaman menyediakan hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menyediakan metabolit pengatur tumbuh dan menstimulasi sistem perakaran agar berkembang sempurna. Oleh karena itu, pupuk hayati sering juga disebut sebagai pupuk mikroba. Penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat mendukung program kelestarian lahan dan penyelamatan ekosistem. Pemahaman proses dan strategi pemanfaatan pupuk hayati untuk memperbaiki kualitas tanah, dan memelihara keanekaragaman hayati akan menunjang keberlanjutan produktivitas lahan pertanian.

Namun, baru sebagian kecil dari ribuan spesies mikroba yang telah diketahui memiliki manfaat bagi usaha pertanian, seperti bakteri fiksasi N2 udara pada tanaman kacang-kacangan, bakteri dan fungi pelarut fosfat, bakteri dan fungi perombak bahan organik, serta bakteri, cendawan, dan virus sebagai agensia hayati. Pemanfaatan teknologi mikroba di bidang pertanian dapat meningkatkan fungsi mikroba indigenus (asli-alamiah) dalam berbagai sistem produksi tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.


Kesimpulan

Penggunaan pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati dapat memungkinkan untuk meningkatkan serapan unsur hara, mengendalikan patogen dalam tanah, dan mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Pupuk anorganik memiliki kelemahan jika digunakan berlebih namun tidak dapat digantikan oleh pupuk organik sehingga keduanya berperan menyimbangi satu sama lain, dan pupuk hayati yang memerlukan proses untuk memproduksinya masih perlu dipelajari lebih dalam oleh para petani. Sehingga ke depan, perlu ditingkatkan layanan informasi teknologi tentang teknologi pemanfaatan pupuk hayati dan perannya dalam mendukung keberlanjutan produktivitas pertanian, dengan meningkatkan pemberdayaan petani melalui pelatihan-pelatihan dan pengembangan desa-desa binaan.



DAFTAR PUSTAKA

Amri, Romario. Peranan Ilmu Kimia Dalam Bidang Pertanian di https://www.academia.edu/5557927/Peranan_Ilmu_Kimia_dalam_Bidang_Pertanian (akses 05 September 2019)

Rasyiddin, Fauzi Albar. 2017. Kajian Pupuk  Organik Hayati Cair Berbasis Mikroba Unggul Dan Limbah Pertanian di http://repository.ump.ac.id (akses 05 September 2019)

Saraswati, Rasti. 2018. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian di http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/4226 (akses 04 September 2019)

Saraswati, Rasti. 2012. Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian di http://balittanah.litbang.pertanian.go.id (akses 04 September 2019)

Simanungkalit, R.D.M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu di http://biogen.litbang.pertanian.go.id (akses 05 September 2019)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.