Oleh: Shabilla Maharani Wiyana
(@N18-SHABILLA, @Proyek NO1)
Abstrak
Kimia adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sifat dan
ciri suatu zat. Kimia dan teori-teorinya sudah lama ditemukan dan dikemukakan
oleh para ahli pada tiap-tiap zaman. Pada zaman sekarang ilmu kimia sudah menyangkup banyak
bidang termasuk bidang pertanian. Pertanian adalah kegiatan yang menyangkut
tentang tanaman. Lalu apa hubungan tanaman dan kimia? Tanaman dalam proses
fotosintesis mengambil makanan dari tanah, tanaman
membutuhkan unsur-unsur atau mineral yang terkandung dalam
tanah. Unsur atau mineral inilah yang diteliti dan dikembangkan oleh para ahli
kimia. Unsur atau mineral yang dibutuhkan tanaman ini disebut unsur hara.
Namun
pada lahan tanah yang telah dipanen oleh manusia otomatis tanaman tidak
mengembalikan unsur tersebut ke tanah dengan kata lain unsur hara pada tanah
berkurang. Maka pada pertanian modern hal ini tidak efektif, sehingga para ahli
dan pakar kimia mencari pemecahan masalah ini dan didapati yang namanya pupuk.
Kata
Kunci: peranan kimia, pertanian.
Pupuk
Anorganik
Pupuk anorganik
adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy
dan Sutandi, 2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur
hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai kelebihan dan
kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik
antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat,
menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah
nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan.
Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah
hilang dan mudah larut, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam
dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik
adalah unsur N, P, dan K.
Pupuk
Organik
Pupuk organik merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa
tanaman, hewan, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, jerami, dan bahan
lain yang dapat berperan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat
bervariasi, dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan
atau memperbaiki kesuburan tanah. Bahan organik yang
terdapat dalam pupuk organik tidak dapat menggantikan peran dari pupuk
anorganik sebagai pemasok hara, karena kandungan unsur hara dalam bahan organik
relatif rendah, namun demikian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk anorganik (Soedardjo dan Mashuri, 2000 dalam Sedjati, 2005).
Pupuk
Hayati
Pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah untuk membantu tanaman menyediakan hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menyediakan metabolit pengatur tumbuh dan menstimulasi sistem perakaran agar berkembang sempurna. Oleh karena itu, pupuk hayati sering juga disebut sebagai pupuk mikroba. Penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat mendukung program kelestarian lahan dan penyelamatan ekosistem. Pemahaman proses dan strategi pemanfaatan pupuk hayati untuk memperbaiki kualitas tanah, dan memelihara keanekaragaman hayati akan menunjang keberlanjutan produktivitas lahan pertanian.
Namun,
baru sebagian kecil dari ribuan spesies mikroba yang telah diketahui memiliki
manfaat bagi usaha pertanian, seperti bakteri fiksasi N2 udara pada tanaman
kacang-kacangan, bakteri dan fungi pelarut fosfat, bakteri dan fungi perombak
bahan organik, serta bakteri, cendawan, dan virus sebagai agensia hayati. Pemanfaatan
teknologi mikroba di bidang pertanian dapat meningkatkan fungsi mikroba
indigenus (asli-alamiah) dalam berbagai sistem produksi tanaman baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulan
Penggunaan
pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati dapat memungkinkan untuk
meningkatkan serapan unsur hara, mengendalikan patogen dalam tanah, dan
mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Pupuk anorganik memiliki kelemahan
jika digunakan berlebih namun tidak dapat digantikan oleh pupuk organik
sehingga keduanya berperan menyimbangi satu sama lain, dan pupuk hayati yang
memerlukan proses untuk memproduksinya masih perlu dipelajari lebih dalam oleh
para petani. Sehingga ke depan, perlu ditingkatkan layanan informasi teknologi
tentang teknologi pemanfaatan pupuk hayati dan perannya dalam mendukung
keberlanjutan produktivitas pertanian, dengan meningkatkan pemberdayaan petani
melalui pelatihan-pelatihan dan pengembangan desa-desa binaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri, Romario. Peranan Ilmu Kimia Dalam Bidang Pertanian di
https://www.academia.edu/5557927/Peranan_Ilmu_Kimia_dalam_Bidang_Pertanian (akses
05 September 2019)
Rasyiddin, Fauzi Albar.
2017. Kajian Pupuk Organik Hayati Cair
Berbasis Mikroba Unggul Dan Limbah Pertanian di http://repository.ump.ac.id
(akses 05 September 2019)
Saraswati, Rasti. 2018.
Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah
sebagai Komponen Teknologi Pertanian di
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/4226 (akses 04 September
2019)
Saraswati, Rasti. 2012.
Teknologi Pupuk Hayati untuk Efisiensi
Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Pertanian di http://balittanah.litbang.pertanian.go.id
(akses 04 September 2019)
Simanungkalit, R.D.M. 2001. Aplikasi
Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu di http://biogen.litbang.pertanian.go.id (akses 05 September 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.