.

Selasa, 18 Desember 2018

Penerapan Teknologi Tepat Guna Memanfaatkan Perkembangan Informasi

Oleh : Dwi Arif Rahman (@K10-DWI)




KATA KUNCI: Teknologi Tepat Guna

Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bisa dimanfaatkan pada saat rentang waktu tertentu. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang terkait dengan budaya lokal dan digunakan sebagai salah satu jalur penting untuk mencapai tujuan yang mendasar, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia dengan keanekaragaman ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diposisikan, tidak hanya sebagai pendukung, tapi juga sebagai pionir perambah jalan menuju terwujudnya masyarakat sejahtera berkeadilan bagi semua lapisan masyarakat di Indonesia dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi dan ekonomi yang terbatas. TTG berarti teknologi yang sesuai dengan kondisi budaya dan ekonomi serta penggunaannya harus ramah lingkungan ( Syahrizal dan Safri, 2011 : 197, dalam Jurnal Ekonom Vol 14 )

Menurut Dicky Dkk, 2008, dalam Jurnal Sosioteknologi Edisi 13, tujuan pengembangan suatu teknologi pada dasarnya adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan, baik yang telah nyata, ataupun yang dirasakan dan diinginkan adanya, dan bahkan yang diantisipasi akan diinginkan, maka suatu upaya pengembangan teknologi yang efektif, pertama-tama harus didasarkan pada permintaan pasar, baik yang telah nyata ada, atau yang mulai tampak dirasakan adanya [1]. Prasyarat tersebut memang perlu, tetapi belum cukup. Kemampuan itu harus dilengkapi dengan kemampuan menerjemahkan perkembangan kebutuhan pasar tersebut dengan kemampuan untuk menggagas spektrum teknologi bagaimana yang dapat menanggapi kebutuhan yang diamati tersebut [2]. Pola pendekatan yang dikemukakan di atas mensyaratkan adanya institusi, baik yang berdiri sendiri maupun terorganisasi di dalam sistem-sistem korporat atau masyarakat,. sistem-sistem semacam itu jelas perlu mempunyai sumberdaya pikir yang canggih, yang mampu memadukan kebutuhan, potensi khazanah ilmu pengetahuan, penerjemahan khazanah tersebut menjadi paket-paket teknologi, evaluasi dari teknologi yang berhasil dikemas tersebut untuk menguji keterlaksanaannya, baik dari pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, maupun persyaratan lingkungan. Selain itu, mampu berkomunikasi kepada masyarakat ilmiah maupun masyarakat luas, pemerintahan dan lembagalembaga masyarakat untuk memotivasi mereka untuk mendukung ataupun meyakinkan kemanfaatan dari apa yang akan dilakukan, sedang dilakukan, dan yang sudah dihasilkan. Namun tingkat keberhasilannya masih ditentukan oleh ketepat-gunaan teknologi yang dihasilkan. Tingkat keberhasilan akan lebih tinggi bila unsur ketepat-gunaan dan ketepat saatan dipenuhi.

Berkembangnya teknologi dalam bidang informasi yang sangat pesat telah merubah gaya hidup dan pola pikir masyarakat tentunya merubah sikap organisasi dalam menjalankan suatu bisnis. Teknologi informasi menjadikan semua aktivitas menjadi lebih cepat mudah dan akurat.

Menurut “Information Technology Association of America” (ITAA), teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai studi, perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau pengelolaan sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras komputer. TI berhubungan dengan penggunaan komputer dan perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses, menyampaikan, mengambil informasi secara aman ( Gede, 2018 : 263 , dalam Jurnal PASTI Volume 9 )

Menurut Abdul, 2008 dalam Jurnal Penerapan Teknologi Dan Sistem Informasi, perubahan teknologi pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (pengalaman dan kebutuhan dari diri sendiri) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, penyuluhan) perubahan teknologi pertanian berpengaruh terhadap keadaan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi tidak merubah status sosial dalam adat istiadat. Terbatasnya teknologi yang tepat lokasi ini sangat berpengaruh kepada produktifitas komoditas pertanian pada umumnya, sehingga belum tercapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan yang sebenarnya berpotensi untuk memberikan hasil yang lebih banyak. Rendahnya produktifitas lahan ini ditandai oleh besarnya senjang hasil yang diperoleh ditingkat petani dengan hasil di tingkat penelitian. Ada tiga komponen teknologi yang menyebabkan rendahnya produktifitas yaitu aplikasi teknologi budidaya yang masih rendah, penggunaan varitas yang kurang sesuai dengan kondisi lokalita, serta masih besarnya kehilangan hasil setelah panen. Terbatasnya teknologi berupa varitas lokalita dan besarnya kehilangan saat panen dan pasca panen merupakan indikator masih lemahnya pembinaan kepada petani serta minimmya peran daerah dalam menghasilkan teknologi.

Menurut Wiratri Dkk, 2016 : 720, dalam Prosiding Indocompac patton (2002) menjelaskan paradigma sebagai cara pandang, cara berpikir mengenai kompleksitas dunia nyata menjadi bisa diterima atau masuk akal. Paradigma memberitahu kita apa yang penting, sah, dan masuk akal (Patton, 2002: 69). Paradigma sebagai sistem kepercayaan dasar yang didasarkan pada asumsi-asumsi ontologis, epistemologis, dan metodologis. Sebuah paradigma bisa dipandang sebagai sekumpulan kepercayaan dasar (atau metafisika) yang berurusan dengan prinsip-prinsip puncak atau pertama. Paradigma mewakili pandangan dunia yang menentukan, bagi pemakainya, sifat “dunia”, tempat individu di dalamnya, dan rentang hubungan yang dimungkinkan dengan dunia tersebut dan bagian-bagiannya. Kepercayaan bersifat dasar dalam pengertian bahwa kepercayaan tersebut harus diterima semata-mata berdasarkan keyakinan (betapa pun bagus argumentasinya), tidak ada cara untuk membuktikan kebenaran puncaknya. (Denzin & Lincoln, 2009: 132) Secara metodologis, penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Konstruktivisme dimulai dengan premis bahwa dunia manusia berbeda dari alam, dunia fisik dan karenanya harus dipelajari secara berbeda (Guba dan Lincoln 1990). Karena manusia telah berevolusi kapasitas untuk menafsirkan dan membangun realitas dan mereka tidak bisa melakukan sebaliknya, dunia persepsi manusia tidak nyata secara mutlak, dan dibentuk oleh budaya dan konstruksi bahasa (Patton, 2002: 96).


DAFTAR PUTAKA

·         Anindhita, 2016. “Analisis Penerapan Teknologi Komunikasi Tepat Guna Pada Bisnis Transportasi Ojek Online” file:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/1638-5075-1-PB.pdf (Diunduh 18 des 2018)
·         Antara, 2018. “Peningkatan Inovasi Teknologi Tepat Guna Dan Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Untuk Memajukan Industri Kreativ Di Bali” https://media.neliti.com/media/publications/182925-ID-peningkatan-inovasi-teknologi-tepat-guna.pdf (Diunduh 18 des 2018)
·         Mukhyi, 2018. “Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dan Teknologi Tepat Guna Pada Usaha Kecil Menengah” file:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/Penerapan%20Teknologi%20Sistem%20Informasi_UG.pdf  (Diunduh 18 des 2018)
·         Munaf, 2008. “Peran Teknologi Tepat Guna untuk Masyarakat Daerah Perbatasanfile:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/issue_3_7_13_1.pdf (Diunduh 18 des 2018)
 Situmorang, 2011. "Urgensi Perkembangan Teknologi Tepat Guna Untuk UMKM Di Kota Medan" file:///C:/Users/hp/Downloads/safrizal1%20(2).pdf (Diunduh 18 des 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.