.

Senin, 03 Desember 2018

Lingkungan Terjaga dengan Green Chemistry

Disusun Oleh:
Bayu Anggara Judiansyah (K04-Bayu)


Abstrak:
Pada zaman ini telah banyak industri yang berbasis kimia. Contohnya, perminyakan, tekstil, obat-obatan/kosmetik, dsb. Namun ada beberapa hal yang perllu diperhatikan, diantaranya adalah konsep Kimia Hijau atau Green Chemistry. Sebuah industri yang baik adalah industry yang memperhatikan limbahnya agar tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan sekitar. Dan juga didalam Kimia Hijau ada beberapa prinsip yang harus dimengerti, berikut adalah penjelasannya

Kata Kunci: Kimia Hijau, Pengolahan Limbah, Prinsip Kimia Hijau

A.    Pengertian Kimia Hijau:
Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, adalah filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk dan proses yang meminimasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya. Sementara kimia lingkungan adalah cabang kimia yang membahas lingkungan hidup dan zat-zat kimia di alam, kimia hijau justru berupaya mencari cara untuk mengurangi dan mencegah pencemaran pada sumbernya. Pada tahun 1990 Pollution Prevention Act (Undang-Undang Pencegahan Pencemaran) telah disahkan di Amerika Serikat. Undang-undang ini membantu menciptakan modus operandi untuk berurusan dengan pencemaran secara inovatif dan asli. Undang-undang ini bertujuan untuk mencegah masalah sebelum mereka terjadi.
Sebagai sebuah filsafat kimia, kimia hijau berlaku pada kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, dan bahkan kimia fisis. Sementara kimia hijau tampak berfokus pada terapan-terapan industri, sebenarnya ia berlaku juga pada sembarang cabang kimia. Kimia klik seringkali disebut sebagai sebuah gaya sintesis kimia yang konsisten dengan tujuan-tujuan kimia hijau. Fokusnya adalah meminimasi bahaya dan memaksimasi efisiensi sembarang bahan kimia. Ia berbeda dengan kimia lingkungan yang berfokus pada gejala-gejala kimia di lingkungan. (Wikipedia. 2018)

B.     Masalah Dunia Yang Dapat Diperbaiki Green Chemistry:
1.Kekurangan energy
Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat diperbaharui dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida, menipisnya lapisan ozon, dampak penambangan serta bahan beracun di sekitar kita.Untuk masalah kekurangan energi ini Green chemistry dapat menjadi pendorong dalam pembuatan energi alternative seperti photovoltaics, rekayasa bahan bakar hidrogen, bahan bakar nabati atau biologis dan yang lainnya.
2.Perubahan iklim Global
Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasanglobal adalah bidang kajian yang digarap oleh teknologi green chemistry.
3.Sumber daya alam yang kian menipis
Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui,menyebabkan ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh karena itu pemakaian bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry.
4. Lingkungan kita yang semakin terpolusi
Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi penelitian dan proses produksi yang dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfir dan lingkungan sekitar.

C.    12 Prinsip Green Chemistry:
1. Mencegah daripada menanggulangi. Lebih baik sedikit mungkin menghasilkan limbah buangan  daripada membersihan produk-produk buangan itu.
2. Pemilihan metode yang tepat. Proses sintesis didesain agar pencampuran bahan-bahan awal (raw material) dan aditif seminimal mungkin.
3. Pemilihan bahan baku. Bahan baku (raw material) atau intermediet pada proses suatu sintesis sebaiknya bukan bahan baku dengan tingkat racun yang tinggi rerhadap mahluk hidup dan lingkungan.
4. Functionality of product. Hendaknya dipertimbangkan target senyawa yang akan disintesis mewakili fungsi yang diinginkan tetapi dengan kategori racun rendah.
5. Penggunaan bahan-bahan tambahan (solvent, additive, separating agent) seminimal mungkin, lebih baik dihindarkan, kalaupun ada bukan yang berbahaya.
6. Penggunaan energi yang minimal. Proses sintesis diusahakan tidak pada kondisi ekstrim.
7. Pilihan bahan dasar. Ditinjau dari segi asupan/reservoire sebaiknya dipilih penggunaan bahan dasar yang dapat beregenerasi (renewable).
8. Pemilihan langkah-langkah sintesis. Proses sintesis sebaiknya sesederhana mungkin, tidak terlalu rumit/beralur panjang dan banyak menggunakan teknik blocking, protection/masking, karena hanya akan menambah jumlah bahan kimia yang dipakai dan memperbanyak co-products yang tidak diinginkan.
9. Jika proses katalitis, pilihlah katalisator yang efisien/efektif, mudah digunakan kembali dan sesuai dengan porsi stoikiometrinya.
10. Produk-produk yang disintesis sebaiknya adalah senyawa yang mudah terurai secara biodegradable atau fotolikatalitik, jangan yang sulit terurai di lingkungan sehingga menjadi polutan pada proses siklus lingkungan.
11. Pengembangan metode analisa. Sejalan dengan proses yang berlangsung perlu dibuat metode analisa yang sistematik guna mengawasi keseimbangan dari komposisi-komposisi senyawa dalam siklus lingkungan, secara kualitatif dan kuantitatif.
12. Reagen dan co-reagen yang digunakan sebaiknya dipilih yang optimal dan mudah untuk penanganannya agar kemungkinan-kemungkinan kecelakaan (ledakan, keracunan bahan-bahan volatil atau kebakaran) dapat diminimalisasi atau direduksi.

D.    Pengelolaan Limbah:
Industri kimia dapat menawarkan solusi yang kredibel untuk masalah pengolahan limbah pada kota cerdas. Pabrik pengolahan limbah dapat dibangun, yaitu yang dapat menggunakan perlakuan tersier lanjutan melalui teknologi ultrafiltrasi dan reverse osmosis, dapat beroperasi sepanjang waktu untuk menggunakan kembali air limbah dan menghemat sejumlah besar air setiap hari (Woinaroschy,2016). Air hasil perlakuan kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti pendinginan AC, penyiraman toilet, hortikultura, konstruksi, dan lain-lain. Salah satu cara pengolahan air limbah sudah diuraikan pada bagian sistem pengelolaan air (Nurdin dkk, 2015)

DAFTAR PUSTAKA:
Wikipedia. 2018. Kimia hijau dan https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_hijau (diakses pada 3 Desember 2018)

Mustafa, Dina. 2017. PERANAN KIMIA HIJAU (GREEN CHEMISTRY) DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA KOTA CERDAS (SMART CITY) SUATU TINJAUAN PUSTAKA dan http://repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf (diakses pada 3 December 2018)

Anonim. 2018. 5 Masalah Dunia Yang Dapat Diperbaiki Green Chemistry dan https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000010127554/penerapan-konsep-green-chemistry-dalam-keseharian/ (diakses pada 3 December 2018)

Azka, Nuria. 2017. 12 PRINSIP GREEN CHEMISTRY dan https://civitas.uns.ac.id/nuriaa/2017/03/09/12-prinsip-green-chemistry/ (diakses pada 3 December 2018)

Hidayat, Atep Afia dan Kholil, Muhammad. 2018. Kimia Dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Wahana Resolusi. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.