Oleh : PUJI ANGGRAENI ( K30-Puji )
ABSTRAK : Pada saat ini
diperkirakan akan banyak sekali
produk kimia yang dahulu dianggap ramah lingkungan, tetapi akan dibatasi
pemakaiannya karena berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan. Padahal penanganan
limbah industri, sebenarnya sudah sejak lama konsep
pembangunan berkelanjutan diwacanakan oleh masyarakat dunia dan dijadikan
kerangka acuan program pembangunan nasional di banyak negara. Bertolak dari
konsep pembangunan berkelanjutan
tersebut, maka mulai
tahun 1980-an telah dikembangkan
kimia hijau (Green Chemistry) yang
berkaitan penerapan 12
(dua belas) prinsip yang bertujuan
untuk mengurangi aktivitas
dan dampak industri kimia
dan produk-produknya terhadap
kesehatan manusia dan kondisi lingkungan (Hjresen, 2005).
KATA KUNCI:
KONSEP KIMIA HIJAU
Pada bidang
pendidikan teknik dikenal green
engenering yang intinya sama dengan green
chemistry, yaitu pencegahan
terbentuknya limbah lebih baik dari pada mengolah limbah setelah
dihasilkan, serta mencegah polusi lingkungan bentuk molekul bahan kimia
berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan (Clark, 2005: 5).
Dalam
hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan pemikiran mengenai kimia untuk
menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Kimia Hijau bukanlah cabang ilmu
kimia baru, namun merupakan cara pandang atau strategi dalam kaitannya dengan
pemanfaatan kimia. Pada prinsipnya, Kimia Hijau memanfaatkan penegtahuan kimia
yang berlaku untuk proses produksi, penggunaan, dan pembuangan akhir bahan
kimia dengan cara meminimalkan penggunaan bahan yang akan menimbulkan kerusakan
pada lingkungan.
Pengertian
kimia hijau adalah suatu perencanaan untuk mengurangi atau menghilangkan sama
sekali penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya mulai dari persiapan produksi,
proses produksi sampai ke produk yang dihasilkan agar dapat bermanfaat tanpa
merusak lingkungan. Untuk dapat tercapainya konsep kimia hijau ini ada beberapa
hal yang dapat dilakukan antara lain :
1.
Meminimalisasi
limbah yang dihasilkan.
2.
Menggantikan
perekasi kimia dengan katalis.
3.
Menggunakan
bahan-bahan non toksis.
4.
Menggunakan
bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable).
5.
Mengurangi
atau me-efisienkan bahan-bahan kimia yang digunakan.
6.
Mengurangi
atau tidak menggunakan pelarut (bebas pelarut) atau menggunakan pelarut yang
dapat di daur ulang.
Tidak
semua yang di atas itu dapat dilakukan secara bersamaan, akan tetapi ada
beberapa hal yang dapat sehingga tujuan dari kimia hijau ini tercapai yaitu :
·
mengurangi
limbah
·
material bahan-bahan toksis
·
bahaya
·
risiko
·
energy
·
Biaya
Kimia hijau sendiri merupakan konsep yang
awalnya dikemukakan oleh Paul Nastas, memuat 12 konsep dasar yang mengarah pada
kimia berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dipandang sebagai suatu langkah penting
menuju kelestarian lingkungan atau pembangunan berkelanjutan. . Ke-12 prinsip
kimia hijau meliputi :
·
Pencegahan polusi: prinsip ini adalah lebih
baik mencegah adanya limbah daripada menangani limbah yang ditimbulkan dari
suatu proses.
·
Atom
Economy: dalam pengembangan metode sintesis diupayakan perolehan hasil sintesis
yang lebih besar tanpa menghasilkan produk sampingan
·
Menggunakan bahan kimia yang aman: metode
sintesis diarahkan untuk mennghasilkan bahan kimia yang aman ke lingkungan.
·
Desain
bahan kimia aman: mendesain bahan kimia yang tidak toksik.
·
Pelarut
aman: agen dan pelarut yang digunakan adalah yang benar-benar aman dan
dibutuhkan.
·
Desain
untuk efisiensi energi.
·
Penggunaan bahan terbarukan
·
Mereduksi derivatif
·
Katalisis.
·
Desain untuk degradasi: produk/bahan kimia
didesain untuk dapat didegradasi oleh lingkungan.
·
Analisis real-time untuk pencegahan polusi.
·
Pencegahan kecelakaan dan bahan kimia aman.
Definisi
aspek pengelolaan yang dapat membangun kota yang cerdas adalah terdiri dari sistem). Dengan
demikian Ilmu dan teknologi Kimia, melalui pendekatan kimia hijau dapat membuat
aspek-aspek ini dikembangkan dan dikelola dengan lebih berkelanjutan, yaitu
dengan menerapkan efisiensi energi dan anggaran yang lebih efektif dan
pemanfaatan materi yang ramah lingkungan.
1.
Pengelolaan
air
2.
Infrastruktur
3.
Transportasi
4.
Energy
5.
Pengelolaan limbah, dan
6.
Konsumsi bahan mentah.
Demikian besarnya potensi Green Chemistry
menunjukkan pentingnya gerakan ini didukung semua pihak terutama kalanganmasyarakat,
industry, dan pemerintah. Green Chemistry memang tidak
akan menyelesaikan ‘semua’ masalah polusi ,energi dan pangan .Tetapi peranannya
mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kelestarian hidup di
planet bumi yang kita cinta.
DAFTAR PUSTAKA
·
Fatimah.,
2017, Synthesis Of Metal and Metal Oxide Nanoparticles Using Plant Extract,
Jurnal
Ilmu-Ilmu MIPA, Diakses https://scholar.google.co.id/scholar?q=konsep+kimia+hijau&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
·
Sudarmin.,
2013, Kemampuan Generik Sains Kesadaran Tentang Skala Sebagai Wahana
Mengembangkan Praktikum Kimia Organik Berbasis Green Chemistry, Vol 20, No 1
(2013) ,Diakses http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/3866/892
.
·
D.
Mustafa., 2017, Peranan Kimia Hijau (GREEN CHEMISTRY), Diakses repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf,
·
Amrysyaawalz.,
2016, Kimia Hijau (GREEN CHEMISTRY), Diakses https://amrysyaawalz.wordpress.com/2016/04/09/kimia-hijau-green-chemistry/
, Diupload 9 April 201.
·
Hidayat,
Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia,
Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.