@H28-AZIZ, @ProyekH03
Oleh Aziz Hadiningrat
Abstrak
Agrokimia merupakan Industri yang bergerak di bidang pertanian meliputi : pupuk, pestisida, dan plestisida. Dengan mengacu kepada arah kebijakan industri dan berdasarkan pada karakteristik dan ciri sub sektor Industri Agro dan Kimia, serta peranannya dalam struktur industri dan ekonomi Indonesia pada umunya, maka pembangunan Industri Agro dan Kimia dilaksanakan dengan visi yaitu:
"Mewujudkan Industri Agro dan Kimia (AGROKIM) yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi, struktur yang kuat, berbasis SDA lokal, didukung oleh SDM dan teknologi yang handal, berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat."
Kata kunci : Industri Agrokimia, pupuk dan bahan pertanian, pestisida.
Kata kunci : Industri Agrokimia, pupuk dan bahan pertanian, pestisida.
Pendahuluan
Penggunaan pupuk dan pestisida di Indonesia mulai meningkat pesat
sejak gerakan revolusi hijau tahun 1970 an. Sejak itu, penggunaan pupuk
dan pestisida menjadi keharusan bagi petani. Untuk mengantisipasi
dampak penggunaan pupuk berlebihan maka pemerintah mulai
menerapkan berbagai peraturan dan teknologi penggunaan pupuk seperti
pemupukan berimbang. Program tersebut mulai diterapkan hingga
diterbitkannya Peraturan Pemerintah tentang budi daya tanaman yang
mengatur penggunaan pupuk. Demikian juga kandungan hara dan logam
berat dalam pupuk sudah diatur dalam Permentan No70/Permentan/Sr.
140/10/2011. Dengan sosialisasi yang cukup luas, maka harapannya
penggunaan pupuk dapat dikendalikan.
Penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan merupakan
tantangan utama dalam pertanian ramah lingkungan. Bahan agrokimia
pupuk dan pestisida merupakan salah satu input teknologi yang sangat
dibutuhkan untuk sistem pertanian modern namun juga berpotensi
menimbulkan banyak kerusakan. Penggunaan bahan agrokimia yang
sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan tidak akan menyebabkan
banyak masalah baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Namun penggunaannya yang berlebihan dan tidak tepat sasaran dapat
menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya keracunan tanaman,
timbulnya resistensi hama, serta tercemarnya tanah dan air. Selain
pencemaran lingkungan, pengaruh cemaran agrokimia ini juga
memberikan dampak negatif terhadap manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Menurut Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS (2006) Saat ini pemerintah telah menetapkan program ketahanan pangan sebagai
prioritas utama dalam kebijakan pembangunan pertanaian. Dalam program ini
mencakup usaha-usaha untuk meraih kembali swasembada pangan yang pada tahun
1984 berhasil dicapai. Akan tetapi usaha pencapain swasembada pangan ataupun
kecukupan pangan ini dihadapkan masalah semakin merosotnya kualitas sumberdaya
lahan pertanian, sehingga mengancam usaha pertanian kedepan. Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan lahan kita
agar tetap produktif dan terhindar dari ancaman degradasi akibat berbagai kegiatan
pembangunan yang tidak terkendali dan tidak ramah lingkungan, sehingga nantinya
lahan yang akan kita wariskan pada anak cucu kita masih mempunyai daya dukung
yang optimal. Kondisi yang optimal ini akan menjamin usaha pertanian yang
berkelanjutan dimasa datang.
ISI
Potensi Dampak Negatif Bahan Agrokimia Terhadap Lingkungan
Penggunaan pupuk seyogyanya sudah memperhatikan tepat dosis,
tepat waktu, tepat cara, tepat jenis, dan tepat tanamannya. Apabila
aturan ini sudah diterapkan, maka tidak banyak pupuk yang terbuang dan
berpotensi merusak lingkungan. Namun hingga saat ini persepsi sebagian
besar petani kita masih belum berubah. Petani percaya bahwa semakin
banyak pupuk yang diberikan akan dapat menghasilkan produksi yang
lebih tinggi. Selain itu, terjadi ketimpangan dimana petani yang mampu
menyediakan pupuk memberikannya secara berlebihan, sebaliknya bagi
yang kurang mampu hanya memberikan pupuk seadanya.
Penggunaan pestisida perlu menjadi perhatian yang serius karena
pestisida merupakan katagori Persistent Organic Pollutants (POPs) yang
paling populer dengan kandungan senyawa berbahayanya. Senyawa POPs
merupakan senyawa organik yang sulit terdegradasi sehingga dapat
bertahan lama di lingkungan.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak
pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak
pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan
degradasi biota tanah. Perlu difikirkan pada saat ini residu pestisida akan menjadi faktor
penentu daya saing produk-produk pertanian yang akan memasuki pasar global.
Pengaruh negatif pestisida untuk tanaman yang sensitif adalah tanda pematangan yang cepat dan tidak beraturan, kehilangan biomassa dan kematian tanaman (Wild 1993).
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dari residu pestisida dipengaruhi oleh jenis bahan aktif, tingkat kelarutan, dan kondisi lingkungan saat pestisida diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.