GAS RUMAH KACA BAGI LINGKUNGAN
@PROYEKH03
Abstrak :
Istilah “Gas Rumah Kaca” semakin sering kita dengar
seiring dengan isu pemanasan global dan perubahan iklim yang dampaknya telah
dirasakan di berbagai wilayah Indonesia. Namun pemahaman terhadap istilah “Gas
Rumah Kaca” masih belum dipahami secara tepat oleh masyarakat luas. Ada yang mengartikan
Gas Rumah Kaca sebagai gas yang dihasilkan oleh gedung-gedung tinggi berkaca di
kota-kota besar. Sebenarnya “Gas Rumah Kaca” menggambarkan fungsi atmosfer
bumi. Atmosfer di bumi diumpamakan sebagai kaca pada bangunan rumah kaca yang kita
gunakan dalam praktek budidaya tanaman. Atmosfer bumi berperan
sebagai penyaring (filter) radiasi sinar matahari. Lapisan ozon (O3) yang
terdapat pada atmosfer membantu
menahan radiasi sinar matahari yang bisa berdampak buruk bagi makhluk hidup,
seperti merusak organ tubuh atau bahkan mematikan makhluk hidup di bumi.
Isi :
Seiring dengan kemajuan zaman yang diawali dengan
adanya revolusi industri terjadi peningkatan GRK di atmosfer. Semakin
meningkatnya kegiatan di sektor industri terutama industri kimia, tentunya
bersamaan dengan semakin banyaknya dampak buruk bagi lingkungan. Salah satu
dampak buruk dari aktivitas industri kimia
terhadap lingkungan adalah meningkatkan Gas Rumah Kaca. Gas rumah kaca
(GRK) adalah istilah kolektif untuk gas-gas yang memiliki efek rumah kaca,
seperti klorofluorokarbon (CFC), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen
oksida (NOx), ozon (O3) dan uap air (H2O).
Peningkatan ini berasal dari berbagai sumber,
seperti CO2 dari industri, pembangkit listrik, pembakaran bahan bakar fosil dan
transportasi, sedangkan CH4 berasal dari lahan pertanian dan limbah yang tidak
diproses. Gas-gas tersebut menahan lebih banyak radiasi dari yang dibutuhkan
oleh bumi dan hasilnya suhu di permukaan bumi pun naik. Sumbangan emisi GRK
tertinggi dihasilkan oleh gas CO2 , hampir 55% emisi GRK berasal dari gas
tersebut. Gas CH4 hanya berkontribusi sekitar 15%, namun gas ini 21 kali lebih
berpotensi menyebabkan efek rumah kaca daripada gas CO2 . Hal ini berdampak
pada kerusakan lapisan ozon dan kenaikan suhu di bumi. Sedangkan gas N2 O
memberikan kontribusi terkecil dari kedua gas sebelumnya, yaitu sekitar 6%.
Meskipun kecil kontribusinya namun potensi terhadap efek rumah kaca paling
tinggi, yaitu 296 kali dari CO2 . (Kartikawati, 2011)
Gas-gas di atmosfer yang bersifat seperti rumah kaca
disebut “Gas Rumah Kaca (GRK)”. Terminologi Gas Rumah Kaca diartikan sebagai
gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun dari kegiatan manusia
(antropogenik), yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi infra merah.
Sebagian radiasi dari matahari dalam bentuk gelombang pendek ini diterima
permukaan bumi dan dipancarkan kembali ke atmosfer dalam bentuk radiasi
gelombang panjang (radiasi infra merah). Radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan matahari yang kemudian oleh GRK (yang ada pada lapisan atmosfer
bawah dekat dengan permukaan bumi) akan diserap dan menimbulkan efek panas yang
dikenal sebagai “Efek Rumah Kaca”. (Martono)
Meningkatnya GRK memicu terjadinya Efek Rumah Kaca
atau sering kita anggap sebagai gejala Global Warming. Global Warming adalah
peristiwa naiknya suhu permukaan bumi. Gejala ini juga diikuti dengan naiknya
suhu air laut, perubahan pola iklim seperti naiknya curah hujan, perubahan
frekuensi dan intensitas badai serta naiknya tinggi permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub. Perubahan iklim ini akan menyebabkan kerugian yang
tidak sedikit, bukan hanya bagi industri pertanian, perikanan, dan pariwisata
tetapi juga menyebabkan kerugian bagi kita (seperti krisis air bersih,
meningkatnya frekuensi penyakit tertentu, dsb).
Sebenarnya upaya untuk mengantisipasi fenomena alam
akibat pemanasan global sangat mudah dilakukan, tinggal bagaimana kesadaran manusia
di dunia melestarikan dan menyelamatkan hutannya. Penyelamatan hutan menjadi
penting dilakukan sebagai bagian dari upaya dunia intemasional mengantisipasi
semakin parahnya efek pemanasan global. Kita ketahui bersama bahwa penyebab
utama pemanasan global adalah terganggunya keseimbangan alam akibat ulah
manusia, yaitu semakin tebalnya gas karbon (CO2) menyelimuti Bumi.
Salah satu fungsi hutan sendiri adalah sebagai
penyerap emisi GRK (biasa juga disebut emisi karbon). Hutan dapat menyerap dan
mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) yang
merupakan kebutuhan utama bagi mahluk hidup. Ini berarti dengan luas hutan
Indonesia yang cukup luas, sekitar 144 juta ha (tahun 2002), sudah tentu emisi
karbon yang dapat diserap jumlahnya tak sedikit, sehingga laju terjadinya
pemanasan global dan perubahan iklim dapat dihambat
Masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang
terkait dengan penipisan lapisan ozon sesungguhnya berbeda derigan resiko yang
dihadapi manusia dari akibat Pemanasan Global. Walaupun begitu, kedua fenomena
tersebut saling berhubungan. Beberapa polutan (zat pencemar) memberikan
kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan ozon dan Pemanasan Global.
Penipisan lapisan ozon mengakibatkan masuknya lebih banyak radiasi sinar
ultraviolet (UV) yang berbahaya masuk ke permukaan bumi. Namun, meningkatnya
radiasi sinar UV bukanlah penyebab terjadinya Pemanasan Global, melainkan
kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebala.n tubuh manusia, dan
menurunnya hasil panen. Penipisan lapisan ozon terutama disebabkan oleh
chlorofluorcarbon (CFC). Saat ini negara-negara industri sudah tidak
memproduksi dan menggunakan CFC lagi. Dan, dalam waktu dekat, CFC akan benar
-benar dihapus di seluruh dunia. Seperti halnya karbondioksida, CFC juga
merupakan Gas Rumah Kaca dan berpotensi terhadap Pemanasan Global jauh lebih
tinggi dibanding karbondioksida sehingga dampak akumulasi CFC di atmosfer
mempercepat laju Pemanasan Global. CFC akan tetap berada di atmosfer dalam waktu
sangat lama, berabad -abad. Artinya, kontribusi CFC terhadap penipisan lapisan
ozon dan Perubahan Iklim akan berlangsung dalam waktu sangat lama. Pada intinya
negara-negara di dunia harus berusaha melakukan efisiensi energi dan
memasyarakatkan penggunaan energi yang dapat diperbarui (renewable energy)
untuk mengurangi atau bahkan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar
fosil.
Tidak salah kiranya pemerintah Indonesia harus tegas
terhadap pembalakan liar yang selama ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan mementingkan keuntungan pribadinya, apalagi pembalakan
liar ini sering dilakukan oleh cukong-cukong · dari negara tetangga. Terlepas
dari itu semua, pemerintah hendaknya segera kembali merencanakan dan melakukan
program-program reboisasi seperti yang pemah dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya. Program ini dapat dilakukan dengan menggandeng institusi yang mudah
digerakkan, misalnya menggandeng TNI maupun Polri begitu juga di negara-negara
lain di dunia. Semoga saja kesadaran manusia di dunia untuk menjaga dan
melestarikan hutan selalu terpelihara, sehingga efek pemanasan global dapat
ditekan sesegera mungkin. (Fadliah)
Daftar Pustaka :
Daftar Pustaka :
Adria Lina, Riska. KAJIAN EMISI GAS RUMAH KACA (CO2, CH4 DAN N2O)
AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN. https://media.neliti.com/media/publications/191934-ID-kajian-emisi-gas-rumah-kaca-co2-ch4-dan.pdf
Anonimus.
Teknologi Mitigasi Gas Rumah Kaca (Grk) Dari Lahan Sawah. http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/121/file/Pencegahan-Gas-Rumah-Kaca-.pdf
Binazir Maziya, Fina. 2017. EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) KARBON
DIOKSIDA (CO2) Kegiatan Pengelolaan Sampah Kecamatan Genteng Kota
Surabaya. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=509466&val=10418&title=EMISI%20GAS%20RUMAH%20KACA%20(GRK)%20KARBON%20DIOKSIDA%20(CO2)%20KEGIATAN%20PENGELOLAAN%20SAMPAH%20KECAMATAN%20GENTENG%20KOTA%20SURABAYA
Diniya, S. Pd. PENGARUH EFEK RUMAH
KACATERHADAP PERUBAHAN IKLIM EKSTRIM. http://www.academia.edu/12990045/PENGARUH_EFEK_RUMAH_KACA_TERHADAP_PERUBAHAN_IKLIM_EKSTRIM
Dr. Fadliah, M.S. Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak dan
Solusi. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=40612&val=3587
Goeritno, Arief. KEMUNGKINAN PENGENAAN PAJAK TERHADAP EMISI CO2
INDUSTRI. https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/40/004/40004029.pdf
Hidayat, Atep Afia, Kholil,
Muhammad. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Industri
Martono. FENOMENA GAS RUMAH KACA. http://www.pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/T6-Fenomena_Gas_rumah_kaca.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.