.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Bahaya Sampah Plastick bagi Biota Laut


 

Bahaya sampah plastik bagi Biota Laut

Sampah plastik adalah marine debris terbesar. Menurut NOAA, marine debris adalah material padat yang diproduksi atau diproses, baik secara langsung maupun tidak, secara sengaja maupun tidak, dibuang atau ditinggalkan di wilayah perairan laut. Memang ada bahan dasar plastik yang mudah terurai di daratan. Tapi bahan ini tetap akan sulit untuk terurai di lautan.Sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Sampah yang membutuhkan waktu paling singkat untuk terurai adalah kantong plastik. Kantong plastik membutuhkan waktu 10-20 tahun untuk terurai. Sedangkan yang paling lama adalah botol plastik yang membutuhkan waktu 450 tahun untuk terurai.
1.    Bahaya sampah plastik
Jika dibiarkan, sampah plastik akan menumpuk di lautan. Hal ini akan membahayakan mahkluk hidup yang tinggal di laut. Apa saja sih bahayanya?
·        Mengganggu pencernaan dan meracuni
Sampah plastik berukuran kecil yang ada di dasar laut dapat termakan oleh hewan-hewan laut. Jika masuk ke perut, sampah plastik ini akan mengganggu pencernaannya. Sampah plastik juga mengandung racun. Kalau termakan, hewan-hewan tersebut bisa saja mengalami keracunan.
·        Melukai hewan laut
Sampah plastik juga dapat melukai hewan-hewan di laut. Terkadang, mereka bisa terjerat oleh sampah-sampah tersebut atau tertutup oleh plastik. Kalau sudah begitu, sulit bagi mereka untuk melepaskan diri. Akhirnya, mereka akan terluka karena terus menerus terjerat atau mencoba melepaskan diri.
2.    Biota dan Aneka Hayati Laut
Lebih jauh Safri Burhanuddin mengungkapkan” jika sampah plastik di laut tidak dicegah produksinya, maka itu akan mengancam keberadaan biota laut yang jumlahnya sangat banyak dan beragam. Tak hanya itu, sampah plastik bersama mikro plastik yang ada di laut juga bisa mengancam kawasan pesisir yang memang sangat rentan.Indonesia mengakui tantangan sampah plastik tidak hanya di laut melainkan juga di daratan”.
Dengan ancaman yang terus meningkat, Safri menyatakan” berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Indonesia untuk bisa mengurangi dan menurunkan produksi sampah plastik di laut. Upaya yang dilakukan, melalui penanganan yang terintegrasi, baik dari tataran kebijakan hingga pengawasan implementasi kebijakan penanganan sampah plastik, khususnya sampah plastik laut”.
Tentang Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Plastik Laut, Safri menyatakan”bahwa  itu terdiri dari empat pilar utama, yaitu perubahan perilaku, mengurangi sampah plastik yang berasal dari daratan, mengurangi sampah plastik di daerah pesisir dan laut, serta penegakan hukum, mekanisme pendanaan, penelitian-pengembangan (inovasi teknologi) dan penguatan institusi”.
Banyak makhluk terbelit sampah-sampah plastik di lautan, dan dalam sebuah episode, penonton dapat melihat bagaimana seekor kura-kura penyu sisik terjerat kantong plastik.Beruntung, juru kamera Rafa Herrero Massieu berhasil melepaskan plastik yang menjerat kura-kura, dan hewan laut itu bisa berenang lagi tanpa cedera.
Seorang Produser eksekutif ,James Honeyborne menyatakan,"Banyak ilmuwan memandang, sampah-sampah plastik yang berserakan di samudera adalah ancaman terbesar bagi kesejahteraan makhluk laut, Sering juga plastik menjadi ancaman bagi pelestarian seluruh populasi. Plastik-plastik itu bisa mengakibatkan tingginya tingkat kontaminasi kimia pada predator besar, seperti pada paus pilot”.
Dalam episode terbaru, terlihat bagaimana partikel plastik kecil (microplastics) berperan dalam pencemaran industri kehidupan laut.Sekarang ini sampah plastik diyakini bisa berperan dalam meningkatkan penyerapan polutan ke dalam tubuh.
James Honeyborne juga menyatakan kepada BBC Newsbeat,” bahwa para ilmuwan harus meningkatkan penelitian terkait mikroplastik”.
Jaring-jaring plastik dapat juga menjadi perangkap bagi organisme-organisme laut dan karena sifat plastik yang tidak dapat dihancurkan oleh organisme sehingga kejadian tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun. Inilah yang disebut ghost-fishing. Jaring-jaring tersebut dapat memerangkap organisme saat terapung di permukaan, ketika tersangkut di dasar, atau saat hanyut di kolom air. Mamalia laut, ikan, butung laut dan penyu adalah sejumlah hewan yang sering terkena resiko ini. Tahun 1992, US EPA menyatakan,” bahwa di Laut Pasifik ditemukan sampah jaring plastik sepanjang 1.500 m yang menjerat mati 99 ekor burung laut, ikan-ikan hiu dan 75 ekor ikan salmon”.
Plester plastik, tali plastik dan semacamnya yang terapung di laut dapat meliliti mamalia laut atau ikan yang kemudian menjadi semakin mengetat seiring dengan pertumbuhan hewan yang terjerat tersebut sehingga menghambat pernafasan dan membatasi kemampuan bergeraknya. Jeratan plester atau tali plastik ini juga menjadi ancaman bagi burung laut. Seperti halnya jaring, plester, tali plastik atau sejenisnya juga banyak dilaporkan dalam kasus terjeratnya hewan-hewan.
Matinya penyu, mamalia laut dan burung-burung laut juga ditemukan sebagai akibat menelan material-material plastik. Jumlah partikel plastik yang meningkat dan sebarannya yang meluas di lautan telah banyak mengundang perhatian dunia, dan meskipun sifatnya lambat tapi jika material ini ditelan oleh organisme laut dapat berdampak pada berkurangnya kadar nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh organisme laut. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan hewan menjadi terhambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian organisme laut. Selain itu, bahan-bahan beracun yang terdapat pada plastik dapat sampah plastik dapat menyebabkan kematian atau gangguan reproduksi pada ikan, kerang dan organisme laut lain yang berada pada habitat (lingkungan) tersebut.
Hewan-hewan renik, plankton, yang hidup diperairan tanpa sengaja memakan sampah plastik mikro ini. Lebih parahnya, plankton pun tidak bisa mencerna plastik mikro yang mereka makan. Plastik ini akan menumpuk di tubuh plankton.Yang membuat lebih celaka adalah plankton ini merupakan makanan bagi ikan-ikan dan hewan laut lainnya. Plastik-plastik mikro ini akan juga terkumulasi di dalam tubuh ikan. Ikan juga tidak bisa mencerna plastik-plastik ini meski berukuran mikro.
Ikan-ikan pada akhirnya akan terhidang di atas meja makan kita. Mungkin secara tidak sadar kita ikut makan sampah plastik-plastik mikro ini. Plastik-plastik juga bisa terakumulasi di dalam tubuh kita. Dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin plastik-plastik mikro ini bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia.
Karena itu, kurangi penggunaan plastik. Buang plastik pada tempatnya agar bisa didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan perairan dan termakan olen plankton-ikan- dan akhirnya oleh kita.



Daftar Pustaka :

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.