ABSTRAK
Pertumbuhan
perekonomian yang pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan
transportasi yang berdampak pada naikknya jumlah kendaraaan bermotor. Sumber bahan bahar fosil yang berasal dari
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan menimbulkan beberapa masalah pencemaran
lingkungan. Meningkatnya emisi gas berbahaya di atmosfer seperti NOx, COx menyebabkan
diperlukannnya sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan mudah
diperoleh. Penanaman kesadaran masyarakat akan lingkungan sejak dini merupakan
salah satu upaya mengatasi masalah pencemaran saat ini,
salah satunya adalah pendidikan. Pengenalan mikroalga yang menjadi generasi
ketiga dari bahan alternatif (biofuel) pada dunia pendidikan dapat menjadi
solusi sebagai upaya mengatasi pencemaran dan energi terbaharukan yang ramah
lingkungan. Tiga proses yang dapat digunakan dalam pembuatan mikroalga antara
lain: Cara konvensional pemanenan dan ekstrasi, Bioflocculation dan Proses
biorefinery untuk menghasilkan biofuel mikroalga skala industri. Reproduksi yang cepat dan cara mendapatkannya yang
mudah dapat menjadikan mikroalga sebagai biofuel terbarukan saat ini.
KATA KUNCI : Mikroalga, Bahan
bakar Alternatif
ISI
PENGERTIAN
Alga (jamak Algae) adalah
sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi
yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti
yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga
pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah
dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti
Hydrilla.
Dalam taksonomi yang banyak
didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok
divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta
yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson
tersendiri.
Menurut data Departemen Energi
Amerika Serikat (DoE), Alga dapat memproduksi bahan bakar hingga 100 kali lebih
banyak dibandingkan kedelai ataupun bahan baku lain dalam luas lahan yang sama.
Namun, menggunakan teknologi yang ada saat ini, biaya untuk pembuatan 1 Liter
biodiesel berbasis alga berkisar US$ 2.1 sedangkan pembuatan biodiesel berbahan
baku kedelai hanya sekitar US$ 1 per Liter.
Riset yang dilakukan saat ini
masih banyak berfokus pada pengembangan bahan baku mikroalga (bersel satu),
walaupun beberapa riset juga telah melihat potensi pengembangan makroalga.
Keuntungan dari penggunaan makroalga diantaranya kemudahan dalam pemisahan alga
dan air saat panen sehingga menurunkan biaya dan energi yang dibutuhkan.
PROSES PRODUKSI
Proses produksi biodiesel
berbasis alga tidak banyak berbeda dengan proses produksi biodiesel berbahan
baku lain. Proses yang cukup berbeda adalah panen (harvesting) dan
pretreatment.
Karena habitat hidup alga
adalah perairan, maka dibutuhkan proses untuk memisahkan alga dari air. Proses
yang digunakan antara lain:
·
Microscreen
·
Centrifugation
·
Flocculation
·
Froth Flotation
Setelah alga terpisah dari
air, maka dibutuhkan proses lanjutan berupa pengeringan (drying) untuk
menurunkan kadar air dari alga. Setelah diperoleh alga kering maka proses
selanjutnya adalah ekstraksi minyak melalui beberapa pilihan proses:
- Oil Press
- Hexane Solvent Method
- CO2 Supercritical Fluid Method
Oil Press merupakan proses
yang paling murah untuk dilakukan, hanya membutuhkan sedikit biaya investasi
untuk peralatan. Namun efektifitas dari ekstraksi minyak hanya berkisar 75%.
Sedangkan metode Hexane Solvent dan Supercritical Fluid memberikan efektifitas
ekstraksi 95% dan 100%, namun sayangnya biaya dan energi yang dibutuhkan juga
relatif lebih besar.
PENGGUNAAN
Pada 7 Januari 2009 lampau,
Continental Airlines, salah satu maskapai yang berbasis di Amerika Serikat,
telah berhasil melaksanakan penerbangan uji coba pertama di dunia yang
menggunakan bahan bakar biofuel. Pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-800
diterbangkan di atas Teluk Mexico (Gulf Of Mexico) pada ketinggian 11.6 km.
Bahan bakar yang digunakan terdiri atas campuran alga, jarak dan bahan bakar jet standar dengan komposisi 50 –
50 (B50). Minyak Alga tersebut diproduksi oleh Sapphire Energy, sedangkan
minyak jarak diproduksi oleh Terasol Energy. Uji coba tersebut memakan waktu
selama 90 menit dan dilaporkan berjalan lancar. Uji coba ini merupakan bentuk
kerjasama antara Continental Airlines, Boeing dan Honeywell UOP yang
menyediakan proses pembuatan bahan bakar jet berbasis alga.
DAFTAR PUSTAKA
ATMOJO, PANJI. 2010 Biodiesel
Berbasis Alga – Bahan Bakar Masa Depan
www.dw.com/id/pesawat-berbahan-bakar-alga/g-17645743
Diakses tanggal 18 Agustus 2018
https://www.dw.com/id/swedia-ujicoba-pesawat-terbang-berbahan-bakar-minyak-goreng/a-37033696
Diakses tanggal 18 Agustus 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Alga
Diakses tanggal 18 Agustus 2018
Hidayat, Atep Afia. 2017. KIMIA, INDUSTRI, DAN
TEKNOLOGI HIJAU. RAFIKATAMA, JAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.