Oleh : Agus Rahman
Saleh (@F16-Agus)
Abstrak : Pencemaran
udara berpengaruh terhadap kesehatan manusia itu sudah pasti. Namun, apakah
benar pencemaran udara berpengaruh terhadap tingkah laku manusia?. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka
yang tinggal di negara yang tingkat pencemaran udara nya tinggi cendrung
berbohong lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di negara yang tingkat
pencemaran lingkungan nya rendah.
Kata kuci : pencemaran,
udara, manusia
Menurut dailymail dalam national geographic
menjelaskan bahwa pada kota-kota berpolusi, tingkat kriminalitasnya tinggi.
Hasilnya pun tetap sama setelah memperhitungkan faktor lainnya seperti jumlah
populasi, penegak hukum, distribusi ras, tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Setelah serangkaian percobaan, para ilmuwan
menemukan hubungan langsung antara pencemaran udara dan tingkah laku. Mereka
meminta partisipan untuk ‘membayangkan’ polusi.
Pada salah satu
eksperimen, 256 partisipan melihat foto pemandangan yang penuh dengan polusi
udara dan yang bersih. Para peneliti meminta mereka membayangkan bagaimana
rasanya tinggal, berjalan-jalan, dan menghirup udara di sana.
Hasilnya menunjukkan
bahwa partisipan yang membayangkan tinggal di wilayah dengan pencemaran udara
yang tinggi, berbohong lebih sering dibanding mereka yang hidup di area bersih.
Menurut Hidayat (2017)
pencemaran udara pemicu nya sangat beragam, begitu pula dampak yang ditimbulkan
nya dan solusi yang harus ditempuh, mulai dari kasus asap rokok dan perokok
pasif sampai pemanasan global dan efek rumah kaca. Ada beberapa kesamaan dalam
solusinya, misalnya bagaimana mempengaruhi “pelaku” pencemaran udara supaya
dengan kesadarannya berhenti dari kebiasaan buruknya. Solusi pencemaran udara
merupakan perpaduan antara solusi teknologi, hukum dan perundang undangan dan
perubahan kebiasaan manusia.
Pada dua eksperimen tambahan, para partisipan
melihat foto Beijing dengan pemandangan penuh polusi dan yang bersih. Mereka
lalu menuliskan pendapat jika tinggal di sana.
Partisipan yang menulis tentang lokasi pencemaran
udara, terlibat lebih sering dalam perilaku yang tidak etis dibanding mereka
yang menceritakan tentang wilayah bersih. Mereka juga mengekspresikan rasa
cemas pada tulisannya.
“Penelitian kami menyatakan bahwa polusi udara tidak
hanya merusak kesehatan fisik saja, tapi juga bisa mencemari moralitas mereka,”
kata dr. Jackson Lu, pemimpin studi tersebut (dailymail dalam national
geographic).
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia., Kholil, Muhammad. 2017. Kimia Industri dan Teknologi Hijau.
Jakarta: Pantona Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.