ABSTRAK
Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, dimana kesejahteraan masyarakat memberikan kontribusi besar dalam pengembangan industri bahan bangunan karena bahan bangunan merupakan komponen utama dalam pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana infrastruktur. Pendekatan pembaharuan berkelanjutan dalam hal penemuan atau inovasi
akan membawa kepada proses dan produk yang aman di dalam ekosistem
alami, dan mudah terurai, sehingga menjadi zat gizi untuk alam atau dapat
didaur ulang.
Kata Kunci : Industri, Bahan Bangunan, Green Chemistry
Pendahuluan
Tren ini
hasil masukan dari berbagai pihak seperti pemerintah, pengembang, arsitek,
broker properti, termasuk para pemilik rumah. Tren ini mencakup tren penggunaan
perabot pintar (smart appliances), analisis masa pakai bahan bangunan, serta
pemanfaatan energi berbasis komunitas yang makin terjangkau oleh masyarakat.
- Tren
“hijau” kini semakin terjangkau. Masih banyak yang mengaitkan tren ramah
lingkungan dan bangunan hemat energi dengan biayanya yang mahal. Kini
tidak lagi. Teknologi ramah lingkungan dan bahan baku berkualitas
tinggi semakin murah dan mudah didapat. Audit energi yang murah dan gratis
banyak tersedia. Pemilik rumah semakin sadar atas manfaat modifikasi hemat
energi yang simpel dan murah. Program Solar City di AS memungkinkan
pemilik rumah memasang panel surya tanpa uang muka. Program lain seperti
Habitat for Humanity menyediakan rumah ramah lingkungan sesuai dengan
standar sertifikasi LEED dan Energy Star dengan harga terjangkau
(US$100.000).
- Tren
kompetisi penghematan energi.
Anda bisa menciptakan kompetisi hemat energi di berbagai jejaring sosial
seperti Facebook, Twitter atau jejaring media lain. Ajak teman-teman Anda
bergabung dalam kompetisi ini. Earth
Aid misalnya, menggelar program yang
memungkinkan Anda melacak penggunaan energi di rumah dengan sponsor
toko-toko ritel lokal. Anda juga bisa berbagi dan menemukan info cara
penghematan energi paling efektif di Earth Aid. Didukung program dari
Kementrian Energi AS seperti program Home
Energy Score dan program
Energy Performance Score di Oregon dan Washington, penduduk AS kini bisa
saling membandingkan konsumsi energi dan menemukan cara penghematan energi
terbaik bagi rumah mereka.
- Tren
peraturan energi berbasis kinerja (performance-based energy codes). Penggunaan energi bisa tak
terkontrol tanpa adanya peraturan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan
regulasi yang mengatur standar pemakaian energi untuk peralatan rumah
tangga seperti pemanas maupun pendingin ruangan. Hal ini penting bagi para
pemilik bangunan yang ingin memodifikasi bangunan mereka menjadi bangunan
ramah lingkungan. Pemilik bangunan bisa memilih strategi hijau yang paling
efektif bagi bangunan dan penghuninya namun mereka juga harus memenuhi
target minimal penghematan energi dan melaporkan pemakaian energi mereka
selama satu tahun ke lembaga terkait. Kota Seattle dan New Building
Institute bekerja sama dengan Preservation Green Lab dari National Trusts
telah menciptakan dan memraktekkan peraturan hijau ini bagi gedung lama
maupun baru.
- Tren
energi terbarukan berbasis komunitas (Community Renewable Energy). Kini,
banyak komunitas yang telah bekerja sama mendapatkan energi surya dengan
harga terjangkau. Membeli panel surya secara berkelompok bisa mengurangi
biaya instalasi dan produksi hingga 15-25%.
- Tren
perabot pintar (Smart
Appliances). Dengan memanfaatkan teknologi pengukuran pintar (smart
meters), pemilik gedung bisa mendapatkan tips cara menghemat energi pada jam-jam
sibuk. Pemilik gedung juga bisa mengetahui kebutuhan energi setiap perabot
yang mereka pakai. Pihak pabrikan banyak yang telah menerapkan teknologi
pengatur waktu dan pengatur konsumsi energi canggih di produk mereka
sehingga pemakaian energi bisa semakin dikontrol.
- Tren
berbagi ruang. Saat
krisis ekonomi, banyak penyewa gedung yang memodifikasi bangunan mereka
sehingga bisa dihuni lebih banyak orang. Bangunan kecil tambahan yang bisa
dimanfaatkan sebagai kantor, studio, atau disewakan itu memenuhi syarat
ideal sebuah bangunan yang hemat energi dan berwawasan lingkungan. Bangunan
tambahan ini bisa memaksimalkan penggunaan ruang di perkotaan dan
memberikan nilai tambah bagi pemilik bangunan. Kota-kota seperti Portland,
Oregon, dan Santa Cruz, California, membebaskan biaya administrasi bagi
bangunan-bangunan seperti ini.
- Tren
penyekatan bangunan secara optimal. Teknologi saat ini memungkinkan bangunan disekat sedemikian
rupa sehingga tidak ada energi yang keluar. Desain ini sangat cocok bagi
negara yang memiliki empat musim. Saat musim dingin, bangunan yang
memiliki sekat sempurna dipanaskan oleh aktifitas dalam ruang tanpa harus
menggunakan pemanas elektrik. Bangunan yang memiliki sekat dalam sistem
pemanas atau pendingin yang baik bisa menghemat energi dan biaya pemanasan
atau pendinginan gedung. Konsep ini sesuai dengan sertifikasi Energy Star.
Bangunan juga bisa menggunakan sistem pemanas atau pendingin yang berasal
dari panas bumi (geothermal) yang lebih ramah lingkungan.
- Tren
daur ulang air limbah.
Air semakin sulit didapat. Di beberapa wilayah seperti di bagian barat
laut AS dan bagian selatan California, sistem daur ulang air semakin
populer. Dengan mendaur ulang air kita bisa menghemat penggunaannya dan
bisa mengurangi limbah. Walaupun beberapa kota masih enggan menggunakan
air hasil daur ulang (grey water), namun sejumlah negara telah
memanfaatkannya bahkan untuk irigasi. Singapura adalah negara di Asia yang
mendaur ulang air limbahnya untuk digunakan pada kebutuhan sehari-hari.
- Tren
sertifikasi gedung-gedung kecil. Sebanyak 95% gedung-gedung komersial di AS memiliki
luas di bawah 4.645 m2. Namun bangunan yang memiliki sertifikasi LEED
(Leadership in Energy & Environmental Design) biasanya memiliki ukuran
yang jauh lebih besar. Hal ini karena biaya sampingan untuk sertifikasi
seperti biaya komisi, rancang bangun energi (energy modeling), pendaftaran
proyek , dan biaya administrasi lain masih sangat besar sehingga biaya
sertifikasi ini menjadi sangat mahal bagi pemilik dan pengembang gedung
kecil. Program sertifikasi yang didesain khusus bagi gedung-gedung kecil
kini semakin marak seperti Earthcraft Light Commercial dan Earth Advantage
Commercial.
- Tren analisis masa pakai (Lifecycle Analysis/LCA). Memahami masa pakai bahan bangunan dan efeknya dari pabrikan hingga ke pembuangan sangat penting bagi pengembang berwawasan lingkungan. Dengan memahami prinsip masa pakai tersebut, industri konstruksi bisa memelajari efek bahan-bahan bangunan itu dimulai dari produksi hingga ke pembuangannya.
Pembahasan
CAT RAMAH LINGKUNGAN
Senyawa organik yang mudah menguap atau volatile organic
compounds (VOC) biasa diidentifikasi sebagai bau sesuatu yang baru dicat,
bersifat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sejak dulu ada cat yang
larut dalam air berbentuk bubuk, tetapi tidak mudah didapat. Perusahan cat
di Inggris berhasil membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung
VOC tetapi tetap menarik, misalnya cat yang berbasis pelarut dari tanaman
yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik. Cat-cat
yang diiklankan di Indonesia juga sudah mulai memperhatikan keamanan
terhadap kesehatan dan lingkungan.
PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN
Sudah ada produk-produk plastik yang berbahan dasar gula dari
tanaman hasil pertanian yang terbarukan, seperti jagung, kentang, dan gula
dari buah bit, untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum. Beberapa perusahaan di negara maju telah menghasilkan
produk-produk plastik yang ramah lingkungan. Sebagai contoh, perusahaan
di Amerika yang memasarkan polimer PLA dari tumbuhan yang berasal dari
jagung, digunakan dalam kemasan makanan dan minuman. Perusahaan ini
juga berhasil membuat serat yang berasal dari jagung dinamakan Ingeo dan
digunakan untuk membuat selimut serta hasil tekstil lain. Pabrik yang
memakai polimer PLA sebagai bahan dasarnya juga mengintegrasikan
prinsip-prinsip kimia hijau termasuk dalam memilih zat warna untuk produkproduk
mereka. Di Amerika Serikat, terdapat perusahaan yang mengganti
bahan penguat karpet yang biasanya terdiri atas aspal, polivinil klorida
(PVC), dan poliuretan, dengan resin poliolefin, yang berasal dari tanaman
dan lebih rendah toksisitasnya. Karpet jenis ini memiliki daya rekat yang
tinggi dan tidak mudah menyusut. Saat ini karpet yang ramah lingkungan ini
telah digunakan untuk bangunan rumah, sekolah, rumah sakit, dan kantor.
Saat ini sudah ada Pedoman Pemanfaatan Biomaterial Berkelanjutan
(Sustainable Biomaterials Guidelines) yang memberi arahan untuk
pendekatan komprehensif terhadap siklus produksi, pemanfaatan dan
pengolahan limbah untuk praktik pertanian sampai dengan daur ulang dan
pembuatan pupuk. Pedoman tersebut memberi saran bagaimana mengolah
limbah tumbuhan seperti kayu, rumput kering, tanaman, dan berbagai
bahan mentah pertanian untuk dimanfaatkan kembali. Pedoman tersebut
sesuai dengan prinsip kimia hijau yang ke tujuh yaitu memanfaatkan bahan
baku pertanian yang dapat didaur ulang. Prinsip ini mendasari usaha para ahli kimia untuk memanfaatkan
material yang dapat diperbaharui, seperti bahan bakar biogas dan pakan
ternak, menghemat penggunaan energi, dan memproduksi zat-zat kimia
yang ramah lingkungan pada pengolahan bahan makanan.
Kesimpulan
Pendekatan kimia hijau adalah usaha penerapan prinsip penghilangan
dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha perancangan, produksi,
dan penerapan produk kimia. Pendekatan kimia hijau berusaha
meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi
dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat
atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk
menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk
bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada
berbagai industri dan kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan
mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia telah
dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini
untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Masih banyak
usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penelitian, pendidikan,
kebijakan, dan penerapan kimia hijau terutama tentang penerapan
nanopartikel untuk kesehatan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017. Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta
Mustafa, Dina (2016). Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan
yang Berkelanjutan di Perkotaan. Artikel Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas hal 177-191
Hartono (2013). Pengembangan Industri Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. Artikel yang diakses melalui http://www.kemenperin.go.id/artikel/7889/Pengembangan-Industri-Bahan-Bangunan-yang-Ramah-Lingkungan pada tanggal 9 Februari 2018
Menteri Lingkungan Hidup. (2011). Peraturan Menteri negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2011 Tentang Program
Penilaian Peringkat kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup. http://apki.net/wp-content/uploads/2012/05/PeraturanMenteri-Negara-Lingkungan-Hidup-Nomor-5-Tahun-2011-ProgramPenilaian-Perangkat-Kinerja-Perusahaan-dalam-PengelolaanLingkungan-Hidup1.pdf
Diunduh pada 07/02/2018.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
(2011). Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak
Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.