.

Sabtu, 10 Februari 2018

Mengolah Limbah Plastik, Menyelamatkan Lingkungan

Oleh : M.Irsyad Herlanda Putra


Abstrak
Sampah masih menjadi masalah utama di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dari semua jenis sampah yang ada saat ini, sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup besar. Penggunaan limbah plastik merupakan alternatif yang memungkinkan sebagai material penghasil energi. Proses cracking merupakan proses untuk mengubah limbah plastik dari rantai alkyl panjang polyolefins menjadi hydrocarbons. Berbagai penelitian telah  dilakukan  untuk mengurangi  limbah plastik tersebut  menjadi material yang  bermanfaat.  Salah satunya adalah mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Dengan dikembangkannya metode tersebut, diharapkan limbah plastik yang selama ini masih menjadi permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia dan lingkungan.

Pendahuluan
Menurut Hidayat, Atep Afia (2017) dkk, Pencemaran lingkungan
(Environmental pollution) merupakan efek dari perubahan yang tidak diinginkan dalam lingkungan, yang secara langsung berpengaruh buruk terhadap kondisi tumbuhan, hewan dan manusia. Substansi yang menyebabkan pencemaran lingkungan dikenal sebagai polutan, dapat berbentuk padat, cair dan gas. Sebagian besar polutan diproduksi sebagai efek samping dari aktivitas manusia. Sebagai catatan, seorang manusia rata-rata membutuhkan hamper 12-15 kali lebih banyak udara daripada makanan. Jadi, bahkan sejumlah kecil polutan di udara berdampak lebih signifikan dibandingkan dengan tingkat yang sama yang ada pada makanan. Polutan ada yang segera terdegradasi melalui proses alam, ada juga yang membutuhkan waktu beberapa dekade. 

Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan perlalatan rumah tangga, otomotif dan sebagainya. Penggunaan bahan plastik semakin lama semakin meluas karena sifatnya kuat dan tidak mudah rusak oleh pelapukan. Perkembangan produk plastik di Indonesia sangat pesat pada dua dekade terakhir dengan merambah hamper di semua jenis kebutuhan manusia, dari kebutuhan dasar seperti kebutuhan rumah tangga sampai aksesoris pada mobil-mobil mewah. Produk barang plastic selain sangat dibutuhkan oleh masyarakat juga mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan. Plastik bekas cukup sulit untuk dikendalikan, sebagai contoh pembakaran plastic seperti PVC dapa menimbulkan asap yang mengandung khlorin. (Sahwan, Firman L. dkk. 2005).

Isi :
Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti selama manusia tetap ada. Dapat dibayangkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghuni bumi ini akan semakin meningkat. Sampah sendiri merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari adanya aktivitas manusia dan volumenya berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Apabila tidak ditangani secara efektif dan efisien, eksistensi sampah di alam tentu akan berbalik menghancurkan kehidupan sekitarnya. Alam memang memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara otomatis, terutama pada sampah organik. Namun, kerja keras alam dalam mengurai sampah secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume sampah yang diproduksi setiap harinya (Putra, Hijrah Pratam dan Yebi Yuriandala. 2010.)

Menurut Sahwan, Firman L dkk (2005), Seperti yang kita ketahui, limbah pastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan tempat kita tinggal. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi jumlah sampah plastic yang kian hari kian meningkat. Salah satu upaya bar yang telah dilakukan oleh peneliti kita adalah mengubah limbah plastic tersebut menjadi sumber energy baru. Walaupun penelitian ini bisa dibilang baru, namun penelitian ini telah diuji keberhasilannya oleh beberapa peneliti.

Proses pengolahan limbah plastic menjadi minyak penggerak mesin meliputi beberapa tahapan/proses yaitu :
  • Proses Pirolisis. Pirolisis adalah teknik pembakaran sampah (limbah plastic) tanpa 02 dan dilakukan pada suhu tinggi yaitu antara 800 – 1000 derajat celcius. Teknik ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dana man bagi lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat dikatakan sebagai metode yang ramah lingkungan sebab produk akhirnya menghasilkan CO2 dan H20 yang merupakan gas non toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa senyawa hidrokarbon cari mulai C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang seperti paraffin dan olefin. 
  • Proses Hydrotreating/Hydrocrackin. Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan unsur-unsur yang duhasulkan pada proses pirolisis. Proses ini bertujuan  untuk mengurangi ata menghilangkan senyawa aromatic dan senyawa polar
  • Proses Hidro-isomerisasi. Pada proses ini digunakan katalis khusus yang berfungsi menjadikan molekul-molekul isomer mempunyai viskositas yang tinggi. 

Menurut Sahwan, Firman L. dkk. (2005), Ada beberapa karakteristik sampah plastic yang menimbulkan kesulitan dalam proses daur ulang plastic, antara lain : 
  • Sampah plastic tidak mudah dipilah-pilahkan seperti halnya kertas, logam, gelas, dll.
  • Ketidakmurnian dalam sampah plastic menjadikan ia tidak mudah dilebur/dilelehkan pada temperature tinggi. 
  • Plastik laminated atau plastic yang menempel pada bahan lain, seperti kertas, dan kain, sulit untuk dipisahkan.
  • Sampah plastic mempunyai berat jenis yang rendah sehingga memerlukan ruang yang cukup besar untuk menyimpannya.Plastik terdiri dari berbagai jenis yang mempunyai ratusan gradasi sifat yang berbeda da mengandung berbagai macam aditif seperti antioxidant, stabilizer, pigmen, dll. Karakter dan sifat proses dari polimer, tingkatan dan formulasinya bervariasi sangat banyak dibandingkan logam dan gelas.
  • Dalam proses daur ulang, kondisi ideal yang diperlukan adalah suplai yang tetap dan kontinyu dari sampah plastic yang bersih dan kering sereta terdiri dari jenis yang sama dengan formulasi yang diketahui dan tetap. Dalam prakteknya suplai bahan biasanya tidak menentu.

Selain pengolahan melalui proses dia atas, sampah plastic dapat dijadikan juga menjadi kreasi daur ulang. Menurut Putra, Hijrah Pratama dan yebi Yuriandala (2010), Potensi Sampah Plastik Sampah plastik dapat dikreasikan menjadi karya kerajinan bernilai jual tinggi tanpa melakukan peleburan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan dengan menggabungkan lembaran-lembaran plastik menjadi bahan dasar, baik dengan menjahitnya atau menempelkannya pada material lain. Bungkus plastik beralumunium foil sebagai bahan baku produksi kerajinan memiliki beberapa kelebihan antara lain : 
  1. Kuat. Plastik kemasan didesain oleh produsen makanan/minuman instan sebagai pembungkus produk yang cukup kuat melindungi produk di dalamnya. Disamping itu, plastik baru dapat terurai sempurna dalam waktu 80 sampai 300 tahun.
  2. Anti air. Plastik kemasan tentu dirancang untuk melindungi produk di dalmnya dari air dan udara.
  3. Desain yang bagus. Setiap produsen ketika melempar produknya ke pasaran, tentu akan mengemasnya semenarik mungkin agar produknya digemari dan dibeli konsumen. Alasannya, karena pandangan pertama ketika berbelanja biasanya pembeli tertuju ke kemasan yang apik dan mencolok. Kemasan yang tertata apik dilihat dari paduan warna, huruf, dan gambar tentu dirancang sedemikian rupa oleh tenaga ahli khusus (Hermono, 2009). 
  4. Murah. Sampah plastik adalah barang buangan dari produk sekali pakai. Oleh karena itu seringkali dianggap tidak punya nilai lagi. Sampah plastik diperoleh secara gratis apabila kita pandaai menyusun strategi pengumpulannya.
  5. Ringan
  6. Lentur, muda dibentuk dan dilipat. Dengan sifat ini kita dapat memanfaatkan plastik mirip dengan kain atau kertas (Marpaung, 2009).


Daftar Pustaka :
  • ·         Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Pantona Media. Jakarta
  • ·         Sahwan, Firman L , Djoko Heru Martono, Sri Wahyono, dan Lies A Wisoyodharmo. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia.
  • ·         Ermawati, Rahyani. 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif.
  • ·         Putra, Hijrah Purnama dan Yebi Yuriandala. 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif.  
  • ·         Subekti, Sri. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R berbasis masyarakat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.