LIMBAH DETERJEN
1.
Pengertian Detergen
Detergen adalah pembersih sintetis
campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Yaitu senyawa kimia bernama alkyl
benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH).
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.
Air sadah merupakan air yang
mengandung garam kalsium dan magnesium yang larut dari batuan yang dialiri air.
Kesadahan dibedakan menjadi dua jenis yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
tetap. Kesadahan sementara disebabkan garam kalsium hidrogen karbonat (CaHCO3)
yang larut dalam air. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pendidihan dan
menghasilkan zat padat putih tak larut yaitu kalsium karbonat (CaCO3) atau
kerak air. Kesadahan tetap disebabkan garam kalsium dan magnesium yang larut
dalam air. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan tetapi
dengan distilasi. Nah, untuk menghindari hal tersebut, saat ini dipakai
detergen sebagai pengganti sabun. Detergen mengandung zat aktif permukaan yang
serupa dengan sabun, misalnya natrium benzensulfonat (Na-ABS). Garam kalsium
atau magnesium yang larut dalam air sadah jika bereaksi dengan Na-ABS tetap
larut dalam air dan tidak mengendap.
Molekul sabun terdiri atas dua
bagian yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik.
Bagian hidrofilik adalah bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun
bagian hidrofobik adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar.
Kotoran yang bersifat polar biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis
ini tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat
nonpolar, seperti minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan
menggunakan air. Oleh karena itu, diperlukan detergen sebagai pembersihnya.
Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar mudah larut dalam minyak atau
lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok atau memeras pakaian membuat
minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas yang dikelilingi oleh lapisan
molekul detergen. Gugus polarnya berada di luar lapisan sehingga butiran itu
larut di air.
Kebersihan merupakan salah satu
faktor penting bagi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan,
pakaian, tempat tinggal serta tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau
sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah tangga, rumah sakit, sarana umum
lain hingga hotel berbintang lima pasti menjadikan produk yang satu ini sebagai
bagian kehidupan sehari-hari untuk mencuci pakaian maupun peralatan rumah
tangga.
2.Bahan-bahan
Detergen
Pada umumnya, detergen mengandung
bahan-bahan sebagai berikut:
1)
Surfaktan
Surfaktan (surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka
air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul organik dengan bagian
lifofilik dan bagian polar, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Surfaktan membentuk bagian penting dari semua detergen komersial.
2)
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan
mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan untuk menyingkirkan ion
kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci. Pembangun dapat melakukan
hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau lewat pertukaran ion-ion
ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk membantu emulsifikasi
minyak dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang paling lazim ialah
natrium tripolifosfat (5Na+ P3O105-),
tetapi karena limbah fosfat dapat mencemari lingkungan, jumlah yang digunakan
dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini, natrium sitrat, natrium karbonat, dan
natrium silikat mulai menggantikan natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3)
Zeolit
Zeolit (natrium aluminosilikat)
digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk ion kalsium.
4)
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan
tambahan Detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi
menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
5)
Bahan antiredeposisi (antiedeposition agent)
Bahan antiredeposisi ialah senyawa
yang ditambahkan ke detergen pakaian untuk mencegah pengendapan kembali kotoran
pada pakaian. Contoh yang paling lazim ialah selulosa eter atau ester.
6)
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen /
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci Detergen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
3.
Jenis-Jenis Detergen
Kita tentu sudah akrab dengan
detergen, selama ini kita mengenal detergen sebagai bubuk pembersih pakaian.
Sebenarnya Detergen adalah senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan
bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga jenis Detergen yaitu anionic,
kationik, dan non-ionik. Anionic dan permanen kationik memiliki muatan negatif
dan positif yang melekat pada non-polar (hidrofobik) CC rantai. Detergen
non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap, hal ini terjadi karena mereka
memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan elektronegatif yang
disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergen
yang berbeda yaitu fosfat Detergen dan surfaktan Detergen. Pada umumnya
Detergen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan
adalah jenis Detergen yang sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu
adalah Detergen surfaktan lebih berbusa dan bersifat emulsifying Detergen.
Disisi lain fosfat detergen adalah Detergen yang membantu menghentikan kotoran
dalam air. Zat yang terkandung didalam detergen juga digunakan dalam formulasi
dalam pestisida. Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat
menyebabkan pembentukan alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak
sebagai endokrin pengganggu jika limbah detergen bercampur dengan air limbah
lain di saluran air.
Berdasarkan bentuk fisiknya,
Detergen dibedakan atas:
- Detergen Cair, secara umum Detergen cair hampir sama dengan Detergen bubuk. Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya Detergen cair ini belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
- Detergen krim, bentuk Detergen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.
- Detergen bubuk, jenis Detergen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, Detergen bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu Detergen bubuk berongga dan Detergen bubuk padat. Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan proses pembuatannya.
4.
Bahaya Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat
Detergen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia
yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap
kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni
surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan
permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit
dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain
yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling
banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang
peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat
aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang
biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu
nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu
banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang
berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air
dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di
beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai
alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam Detergen.
Detergen yang selama ini kita
gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses
penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti
fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal Detergen
pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an
dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene
Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.
Polusi atau pencemaran adalah
keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar
oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan
alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang
tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap
cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring
berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek
destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh
mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap
hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas
lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang
penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan senyawa
kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita
lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai dengan nama LAS yang
relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli
menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit
terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam
lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya
50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan
oleh limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya
pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam
ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok
sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen
berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur
hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi,
ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai
contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung
rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui saluran selokan ini, dan
coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang
hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek
buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya
juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat
seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh,
retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi
alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi
lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki
kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen
dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja
merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian
yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang
terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk
tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif,
yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat
Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang
telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan
sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin
terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di
dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa
bahwa Detergen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan
kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian
lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga
lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai
perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Detergen fosfat tinggi seperti
tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras.
Pembersihan secara teratur dengan Detergen fosfat tinggi telah terbukti efektif
dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang
terjadi jika limbah Detergent bercampur dengan air?Detergent memiliki efek
beracun dalam air. Semua Detergent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang
melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat
menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi
Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak
5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun tak kalah
berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan
perkembangbiakan organisme perairan.
Detergen juga memiliki andil besar
dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol
akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat
diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga
memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu
ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di
perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia
untuk mempertahankan hidupnya.
Dalam sebuah literatur disebutkan,
ada fakta yang menarik seputar air di bumi ini. Jumlah total air di bumi saat
ini relatif sama dengan jumlah total air tercipta. Yaitu 70 persen permukaan
bumi kita adalah air. Komposisinya adalah 67 persen terdiri dari air asin dan
tiga persen air tawar. Prosentasi air tawar itu terdiri dari es, air tanah, air
permukaan, dan uap air. Jumlah airnya saat ini memang sama akan tetapi yang
berubah bentuknya. Tidak semua air tawar tersebut dapat di pakai, penyebabnya
adalah pencemaran lingkungan yang dibuat oleh manusia sendiri seperti limbah
dari pemakaian detergen.
5.
Pencegahan Bahaya Detergen
Kesadaran masyarakat pengguna
Detergen mesin akan dampak dibalik manfaat Detergen mesin cuci perlu
ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh penggunaan Detergen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan
produk yang diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen.
Tetapi konsumen tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan
merugikan konsumen sendiri. Sebaiknya konsumen memilih Detergen yang pada
kemasannya mencantumkan penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif,
nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan
petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan bila
terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk
yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi
mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo
hijau maupun klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan
informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.
Kemampuan Detergen untuk
menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan
rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan Detergen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk
melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan yaitu daya racun
(toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai
tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga Detergen ini dikategorikan sebagai
‘non-biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat
terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam
sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air
dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun
belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak
bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
Hal lain yang perlu diperhatikan
oleh konsumen dalam menggunakan Detergen adalah cara penggunaan yang benar.
Pada beberapa Detergen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu
ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh
berisiko karena Detergen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit.
Apalagi jika kulit pengguna bersifat sensitif, maka takaran Detergen yang
menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut akan langsung memberikan reaksi pada
kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam
bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang sangat
tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk
menggunakan berlebihan memang besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada
iklan produk Detergen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul
persepsi konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa
yang terlalu banyak bukan berarti Detergen menjadi lebih efektif, malah
sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan
badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya
konsumen menggunakan takaran khusus untuk Detergen dan produsen menyediakan
alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.
Air yang tercemari detergen dapat
mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah
ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti fitoplankton,
zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme
seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan,
ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan
kata lain detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh
organisme yang hidup di dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan
lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan
tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.
Sabun dan detergen dapat menjadikan
lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah
bercampur. Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki
bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian
yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau
lemak.Jika dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak
maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau
minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke
pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling
tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau
minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap
berada dalam larutan.
Kita perlu hati-hati dalam memilih
bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk
terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai.
Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum
manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya
dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat
ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati
adalah:
- rusaknya keindahan lingkungan perairan;
- terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
- merugikan kesehatan manusia.
Gunakanlah detergen sebijaksana
mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak organisme yang hidup
di dalamnya. Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah
ini, misalnya detergen yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-kimia/bahan-kimia-berbahaya-dalam-kehdupan-sehari-hari/
http://k2oke.multiply.com/journal/item/43/Kimia http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/27/softening-pelunakan-pada-air-sadah http://funny-mytho.blogspot.com/2010/12/daya-kerja-Detergen.html http://www.diklatjauh.com/2011/03/Detergen.html http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/macam-macam-detergen.html http://www.made-in-china.com/showroom/gzhanglian/product-detailOeFEqLdGrxhb/China-Caustic-Soda-99-96-Flakes-Sodium-Hydroxide-NaOH-.html
http://www.scribd.com/doc/51696399/06-Bab-5-bahan-kimia-dalam-rumah-tangga. http://jannahraudatul.wordpress.com/2011/03/07/tempat-%E2%80%93-tempat-aneh-di-dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.