Oleh : Samuel Aditya
Oka H. @F12-Samuel
Abstrak
:
Rumput laut menjadi salah satu
komoditi unggulan Indonesia, agar dapat memiliki nilai tambah, rumput laut
seharusnya tidak hanya diolah menjadi rumput laut kering namun juga diolah
menjadi produk jadi. Produk jadi yang berasal dari rumput laut diantaranya
adalah ATC, SRC dan karaginan. Ditinjau dari aspek kemudahan teknologi dan
aspek biaya, pemanfaatan limbah menjadi produk olahan berupa nata de seaweed dipilih
untuk dikembangkan karena secara tren pasar masih terbuka luas dan dampak
terhadap lingkungan sangat minim.
Kata
Kunci : Green Industry, SRC
Isi
:
Menurut
Atep A. dan M. Kholil (2017), dalam berbagai literatur sulit ditemukan adanya
definisi sederhana mengenai Industri Hijau, namun memiliki beberapa atribut
untuk mendefinisikan seperti :
1.
Proses
produksi dengan menggunakan bahan baku yang lestari.
2.
Penggunaan
bahan baku seminimal mungkin.
3.
Proses
produksi hemat bahan, air dan energi.
4.
Proses
produksi bebas bahan berbahaya dan beracun.
5.
Penerapan
daur ulang untuk limbah padat.
6.
Pengurangan
emisi atau gas rumah kaca sebagai polutan yang berbahaya secara substansial.
7.
Produk
yang dihasilkan memiliki daya tahan dan dapat digunakan dalam jangka panjang.
Pada
industri pengolahan rumput laut saat ini masih menghasilkan limbah yang cukup
banyak, terutama pada pengolahan SRC (Semi
Re-fined Carrageenan) sehingga industri hijau perlu diterapkan dalam proses
pengolahannya agar dapat meminimalisir dampak negatif limbah terhadap
lingkungan.
Menurut
Setyawati dkk (2014) Berdasarkan kajian literatur, alternatif strategi
penanganan limbah yang dapat dilakukan meliputi :
1.
Peningkatan nilai tambah air limbah menjadi
produk yang mempunyai nilai ekonomis. Air limbah SRC yang banyak mengandung
alkali jika diproses lebih lanjut akan memberikan nilai tambah dengan dihasilkannya
produk baru.
2.
Pemanfaatan kembali air limbah. Proses
pengolahan SRC membutuhkan banyak air, sehingga air limbah yang dihasilkan
sangat besar. Pendaur ulangan air limbah akan mengefisienkan penggunaan air sekaligus
mengurangi masalah pencemaran lingkungan.
3.
Peningkatan kinerja IPAL. Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) perlu dikelola dengan baik agar dapat beroperasi secara
optimum. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan beberapa perangkat manajemen
dan pembiayaan seperti kelembagaan pengelola IPAL, sumberdaya manusia yang
memadai, dan dukungan pembiayaan untuk perawatan IPAL.
Upaya lain yang
dapat diterapkan dalam mengelola limbah pengolahan karagenan adalah dengan cara
memanfaatkannya menjadi nata de seaweed. Nata de seaweed dari limbah SRC diolah
dengan cara sebagai berikut :
1.
Pemasakan
air selama 10 – 15 menit
2.
Penambahan
gula sebanyak 2,5%
3.
Penambahan
sari jeruk nipis hingga pH air mencapai 3 – 4
4.
Tempatkan
dalam wadah fermentasi
5.
Tutup
dengan kain kasa steril dan diamkan selama satu malam
6.
Tambahkan
starter Acetobacter Xylinum sebanyak
10%
7.
Fermentasi
selama 10 – 15 hari hingga membentuk lapisan nata 1,5 – 2 cm
Dengan
upaya – upaya yang dilakukan tersebut diharapkan industri hijau dapat tercapai
sehingga limbah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik, selain itu produk
juga memiliki nilai tambah serta dampak terhadap lingkungan mampu ditekan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Pantona
Media. Jakarta.
Setyawati, Ekaterina;
Ma’arif, Syamsul; Arkeman, Yandra. 2014. INOVASI
HIJAU DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT SEMI REFINED CARRAGEENAN (SRC). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=521488&val=10659&title=INOVASI%20HIJAU%20DALAM%20INDUSTRI%20PENGOLAHAN%20RUMPUT%20LAUT%20SEMI%20REFINEED%20CARRAGEENAN%20(SRC).
Diunduh tanggal 16 Februari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.