Oleh : Siti Fatimatuzzahra (@F08-Siti)
Abstrak
Air hujan
adalah sumber air utama dalam hidup dan untuk kehidupan. Hujan terjadi karena
terjadinya penguapan semua unsur H2O di atas permukaan bumi baik yang yang
berbentuk air maupun bersarang dalam pepohonan, bangunan, melayang di
trophosphere dan stratosphere.
Menurut ELC (2008) dalam buku Kimia Industri dan Teknologi Hijau sebenarnya hujan secara alami bersifat asam (pH hujan normal 5,6) karena merupakan hasil dari reaksi uap air, Karbon Dioksida, dan Nitrogen di atmosfer. Tingkat keasaman air hujan dapat meningkatkan secara drastic karena masuknya Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida ke atmosfer, sehingga terjadilah hujan asam. Fenomena alam hujan asam ini terjadi karena zat belerang (sulfur) yang ada di atmosfer dimana merupakan gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan fosil yang ada di bumi. Hal tersebut terjadi secara alami sebagai akibat adanya kerusakan vegetasi dan letusan-letusan gunung berapi dan proses-proses biokimia yang terjadi di bumi seperti di rawa, tanah, laut dan sebagainya. Namun memang kita akui saat ini bahwa hujan asam lebih banyak dikarenakan oleh ulah manusia entah dari aktivitas berkendara menggunakan mesin bermotor maupun aktivitas industri. Hujan asam dapat menyebabkan pohon dan bangunan menjadi lebih rapuh, dan merusak patung tembaga di kota Bandung. Hasil analisis fisika-kimia menunjukkan kadar unsur-unsur seperti kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida, sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan lebih kecil dari standar air minum, kekeruhan, warna, dan amonium, mempunyai kadar tinggi di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan hujan asam terjadi pada bulan Desember 2009 dan April 2010 dengan nilai pH rendah < 5,6.
Menurut ELC (2008) dalam buku Kimia Industri dan Teknologi Hijau sebenarnya hujan secara alami bersifat asam (pH hujan normal 5,6) karena merupakan hasil dari reaksi uap air, Karbon Dioksida, dan Nitrogen di atmosfer. Tingkat keasaman air hujan dapat meningkatkan secara drastic karena masuknya Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida ke atmosfer, sehingga terjadilah hujan asam. Fenomena alam hujan asam ini terjadi karena zat belerang (sulfur) yang ada di atmosfer dimana merupakan gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan fosil yang ada di bumi. Hal tersebut terjadi secara alami sebagai akibat adanya kerusakan vegetasi dan letusan-letusan gunung berapi dan proses-proses biokimia yang terjadi di bumi seperti di rawa, tanah, laut dan sebagainya. Namun memang kita akui saat ini bahwa hujan asam lebih banyak dikarenakan oleh ulah manusia entah dari aktivitas berkendara menggunakan mesin bermotor maupun aktivitas industri. Hujan asam dapat menyebabkan pohon dan bangunan menjadi lebih rapuh, dan merusak patung tembaga di kota Bandung. Hasil analisis fisika-kimia menunjukkan kadar unsur-unsur seperti kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida, sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan lebih kecil dari standar air minum, kekeruhan, warna, dan amonium, mempunyai kadar tinggi di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan hujan asam terjadi pada bulan Desember 2009 dan April 2010 dengan nilai pH rendah < 5,6.
Kata kunci : curah
hujan, hujan asam,
PENDAHULUAN
Yatim, Erni M
(2007) dalam sebuah Studi Literatur istilah hujan asam pertama kali digunakan
oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang
keadaan di Manchester, sebuah daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan
asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di
udara larut dalam butirbutir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air
hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rainout. Hujan asam dapat pula
terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu
terlarut kedalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash-out.
Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran.
Masalah hujan asam terjadi dilapisan athmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam
yang terkandung dalam hujan asam ialah asam sulfat (H2 SO4 ) dan asam nitrat
(HNO)3 , keduanya merupakan asam kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan
asam nitrat dari gas NOx
MASALAH
Apa definisi
hujan asam?
Apa penyebab
terjadinya hujan asam?
Apa dampak
yang ditimbulkan hujan asam?
Bagaimana cara
mencegah terjadinya hujan asam?
PEMBAHASAN
Hujan
merupakan bagian dari siklus hidrologi, air laut dan sebagian air di daratan
menguap membentuk uap air yang terangkat dan terbawa angin di atmosfer,
kemudian mengembun dan akhirnya jatuh ke daratan atau laut sebagai air hujan.
Air hujan yang jatuh ke daratan sebagian akan diserap tanaman, sebagian lainnya
menguap kembali ke atmosfer, selebihnya mengalir di permukaan tanah lalu masuk
ke sungai dan mengalir menuju ke laut, dan lainnya meresap ke dalam tanah. Hujan
secara alami bersifat asam dengan pH sedikit di bawah 6 dan karbondioksida (CO2
) di udara terbawa dan larut dalam air hujan membentuk asam lemah. Jenis asam
ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Air hujan dengan pH < 5,6
didefinisikan sebagai hujan asam. Hujan asam dapat disebabkan oleh proses alam,
misalnya emisi gas gunung api dan aktivitas manusia. Dalam tulisan akan dibahas
hujan asam akibat aktivitas manusia. Umumnya hujan asam yang disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan
pabrik pengolahan pupuk untuk pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang
dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan jatuh ke bumi.
HASIL ANALISIS
Bethy C.
Matahelumual mengemukakan hasil analisis fisika-kimia percontoh air hujan yang
berasal dari 8 (delapan) penakar hujan sejak bulan Desember 2008 sampai dengan
Juli 2009, kandungan unsur-unsur kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida,
sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan pada
umumnya adalah rendah, dan kadarnya lebih kecil dari standar air minum yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI melalui Surat Keputusan No.
907/MENKES/SK/VII/2002. Unsur kekeruhan, warna, dan amonium mempunyai kadar tinggi
di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan nilai pH rendah terjadi pada bulan
Desember 2009 dan April 2010. Percontoh air hujan pada Februari 2009 yang
diambil di Kantor Pusat Lingkungan Geologi (PLG) terlihat mempunyai kekeruhan
sedikit di atas batas maksimum yang diizinkan yaitu 9,0 NTU. Ketentuan Menteri
Kesehatan RI melalui Surat Keputusan No. 907/MENKES/ SK/VII/2002, menetapkan
kadar maksimum untuk kekeruhan adalah 5,0 NTU. Kekeruhan menggambarkan sifat
optik air yang diukur berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap atau
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan pada air
permukaan berasal dari erosi bahan-bahan yang terlarut, seperti lempung
(lumpur), pasir halus, atau plankton dan mikroorganisma lainnya. Menurut informasi Badan
Meteorologi dan Geofisika, Laboratorium Kualitas Udara telah menganalisa
kandungan kimia contoh air hujan khususnya nilai pH yang telah masuk dari
beberapa stasiun pengamatan di seluruh Indonesia, sejak bulan Januari sampai
dengan April 2009 menunjukkan tingkat keasaman yang umumnya tinggi yaitu pH
5,6. Tingkat keasaman paling tinggi tercatat di Stasiun BMG Pusat dan Stasiun
Bandung yakni pH 4,72. Hasil pencatatan BMG menunjukkan bahwa kondisi atmosfir
di Indonesia dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di seluruh Indonesia.
DAMPAK HUJAN
ASAM
Hujan asam
berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem akuatik dan material.
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka
pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena
menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena
terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam berat lain yang
terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui
rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2007, II (1) 148 air yang terbuat dari timbal atau
tembaga.
Dampak
terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun. Penurunan pH tanah
dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk menetralisir asam
tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang dapat
menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3 ) dan humus. Jika ada
kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu dan diubah menjadi air,
karbonat dan CO2. Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu
(1) stres umum, (2) penurunan pH tanah- keracunan aluminium, (3) peracunan oleh
SO2, (4) kekurangan magnesium, (5) kelebihan hara atau nitrogen dan (6) zat
organik pengatur tumbuh.
PENGENDALIAN
HUJAN ASAM
Mengendalikan
hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemar,
menghindari terjadinya zat pencemar pada waktu pembakaran, menangkap zat
pencemar dari gas buangan dan penghematan energy.
KESIMPULAN
Penutup Pembakaran
bahan bakar, terutama bahan bakar fosil ( BBF ) mengakibatkan terbentuknya asam
sulfat dan asam nitrat. Asam itu dapat dideposisikan dalam bentuk hujan pada
hutan, tanaman pertanian, danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan
kematian organisme hidup. Asam juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan. bahan bakar sebelum dibakar,dan pilihan yang paling baik adalah
mengikat dan mengubah zat pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari
menggunakan bahan bakar yang. Untuk mengurangi kerugian itu, perlu dilakukan
usaha untuk mengurangi pencemaran udara dengan mempunyai kadar belerang rendah,
mengurangi kadar belerang dalam pembakaran BBF dengan menghemat energi, seperti
pengembangan transportasi masal umum.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep
dan Kholil Muhammad (2017), Kimia, Industri, dan Teknologi Hijau, Jakarta,
Pantona Media.
Yatim, Erni M
(2007), Dampak Dan Pengendalian Hujan Asam Di Indonesia, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=261632&val=7056&title=DAMPAK%20DAN%20PENGENDALIAN%20HUJAN%20ASAM%20DI%20INDONESIA
(diunduh pada tanggal 27 Januari 2018).
Katulistiyani,
Rika dan Ihwan, Andi (2014), Analisis Terjadinya Hujan Asam Di Kota Pontianak
Akibat Emisi Gas Dari Industri Dan Kendaraan, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=296613&val=2317&title=Analisis%20Terjadinya%20Hujan%20Asam%20di%20Kota%20Pontianak%20Akibat%20Emisi%20Gas%20Dari%20Industri%20dan%20Kendaraan
(Diunduh pada tanggal 27 Januari 2018).
Matahelumual,
Bethy C (2010), Potensi terjadinya hujan asam di Kota Bandung, http://www.bgl.esdm.go.id/publication/kcfinder/files/article/jlbg20100201.pdf
(diunduh pada tanggal 27 Januari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.