Komposisi gas di atmosfer dapat mengalami perubahan karena polusi udara akibat dari aktivitas alam maupun dari berbagai aktivitas manusia.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari kebakaran hutan, debu, industri dan alat transportasi seperti kendaraan bermotor, mobil dll. Bahan pencemaran udara (polutan) secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan dasar, yaitu partikel dan gas.
Pencemaran udara oleh berbagai jenis polutan
dapat menurunkan kualitas udara. Penurunan kualitas udara untuk respirasi semua
organisme (terutama manusia) akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Asap
dari kebakaran hutan dapat menyebabkan gangguan iritasi saluran pernapasan,
bahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Setiap terjadi
kebakaran hutan selalu diikuti peningkatan kasus penyakit infeksi saluran
pernapasan.
Jumlah polutan yang dikeluarkan ke udara
dalam satuan waktu dinamakan emisi. Emisi dapat disebabkan oleh biogenic
emissions (proses alam) misalnya, CH4 hasil aktivitas penguraian bahan organik
oleh mikroba dan anthropogenic amissions (kegiatan manusia), misalnya asap
kendaraan bermotor, asap pabrik, dan sisa pembakaran. Beberapa jenis polutan
pencemar udara antara lain sebagai berikut:
1. Gas Karbon Monoksida (CO) dan Karbon
Dioksida (CO2)
Gas karbon monoksida (CO) timbul akibat dari
proses pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida (CO) dapat bersumber
dari proses pembakaran tidak Sempurna. Proses pembakaran tidak sempurna dapat
terjadi pada mesin kendaraan, seperti mobil, sepeda motor, mesin, industri,
kereta api, dan lain-lain. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas CO.
Contoh, jika anda menghidupkan mesin mobil di dalam garasi, maka garasi harus
dalam keadaan terbuka. Apabila garasi berada dalam keadaaan tertutup rapat,
maka gas CO yang keluar dari knalpot akan memenuhi ruangan garasi tersebut.
Jika terhirup oleh seseorang dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan
keracunan yang ditandai dengan badan lemas dan apabila berlanjut lama dapat
menyebabkan kematian.
Gas CO merupakan gas yang tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak stabil. Gas ini sangat reaktif terhadap hemoglobin darah dan
afinitas hemoglobin (Hb) terhadap CO lebih tinggi dibandingkan afinitas Hb
terhadap O2. Apabila gas CO ini terhirup melalui saluran pernapasan dan
berdifusi ke dalam darah, maka CO akan lebih cepat berikatan dengan Hb
dibandingkan dengan oksigen. Akibatnya, CO akan terbawa ke jaringan dan oksigen
dalam tubuh menjadi berkurang sehingga tubuh akan mengalami pusing dan sakit
kepala. Selain itu, penumpukan CO dalam jaringan dapat menimbulkan keracunan.
Gas karbon dioksida (CO2) berasal dari hasil
pembakaran hutan, industri, pesawat terbang, pesawat luar angkasa, kapal dan
mesin-mesin seperti motor, mobil, serta kereta api. Hasil pembakaran tersebut
akan meningkatkan kadar CO2, sehingga udara tercemar. Apabila kadar CO2 di
udara terus meningkat dan melebihi batas tolerasi yaitu melebihi 0,0035 % serta
tidak segera diubah oleh tumbuhan menjadi oksigen, maka dapat menyebabkan terbentuknya
gas rumah kaca yang efeknya akan meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global warming). Hal
tersebut terjadi karena sebagian sinar matahari yang masuk ke bumi dipantulkan
ke luar angkasa. Karena tertahan oleh adanya rumah kaca, maka sinar tersebut
tetap berada di permukaan bumi dan akan meningkatkan suhu bumi (pemanasan
global). Pemanasan global ini dapat mengakibatkan bahaya kekeringan yang hebat
yang mengganggu kehidupan manusia dan mencairnya lapisan es di daerah kutub.
Gas karbon dioksida ini berasal dari asap pabrik, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dan asap kendaraan bermotor. Selain itu, efek dari gas rumah kaca juga
dipicu oleh hasil pembakaran fosil (batu bara dan minyak bumi) yang berupa
hasil buangan bentuk CO2 dan sulfur belerang.
2. Gas SO dan SO2
Gas belerang yang terdapat di udara bebas
dapat berupa SO, SO2 dan SO3. Gas belerang tersebut dihasilkan oleh pembakaran
minyak bumi dan batu bara. Jika gas belerang (SO, SO2 atau SO3) bereaksi dengan
gas nitrogen oksida (NO2, NO3) dan uap air membentuk senyawa asam (asam sulfat,
asam nitrat) (Gambar 1). Jika senyawa asam bersatu dengan uap air akan
membentuk awan, lalu mengalami kondensasi dan presipitasi di udara dan akan
turun sebagai hujan asam.
Senyawa asam dalam air hujan (hujan asam)
dapat menyebabkan populasi tumbuhan dan hewan akan mati sehingga dapat
mengakibatkan menurunnya produksi bahan pangan, barang-barang yang terbuat dari
besi atau logam mudah berkarat, gedung-gedung atau jembatan bahkan bangunan
candi akan cepat rusak, memudarkan warna cat, menurunkan derajat keasaman
tanah, bahkan menyebabkan kematian miroorganisme tanah.
3. Gas Kloro Fluoro Karbon (CFC)
Bila
kita perhatikan, banyak produk-produk yang kita gunakan dalam kegiatan
sehari-hari yang menggunakan gas CFC, misalnya parfum yang berwujud aerosol,
air conditioner (AC), bahkan beberapa lemari es model lama menggunakan gas CFC
pula.
Gas
CFC memiliki beberapa kelebihan, antara lain tidak berbau, tidak berasa, tidak
mudah bereaksi, dan tidak berbahaya secara langsung. Dengan beberapa kelebihan
tersebut, maka manusia menggunakan gas CFC untuk keperluan sebagai bahan
pengembang seperti semprot rambut (hair
spray), parfum semprot, pengembang busa, pendingin/lemari es, dan
AC (freon).
Memang
gas CFC tidak berbahaya secara langsung, tetapi ketika kita menyemprotkan hair spray atau parfum,
maka gas CFC yang keluar akan langsung terbang membubung tinggi ke angkasa dan
mencapai stratosfer. Pada stratosfer terdapat lapisan ozon (O3) dan kita kenal
sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet matahari. Jika gas CFC beraksi
dengan lapisan ozon (O3), maka akan terbentuk lubang yang kita kenal sebagai
lubang ozon. Karena lapisan ozon berlubang, maka sinar ultraviolet matahari
langsung menembus dan masuk ke bumi. Sifat sinar ultraviolet memiliki radiasi
tertinggi di antara spektrum sinar-sinar yang lain, sehingga bisa mengakibatkan
tumbuhan menjadi kerdil, terjadinya mutasi genetik, menyebabkan terjadinya
kanker kulit, terbakarnya retina mata, serta matinya ganggang dan
mikroorganisme.
Saat
ini diperkirakan besarnya lubang ozon sudah hampir tiga kali luas Benua Eropa.
Apa akibatnya jika lubang ozon terus menerus bertambah melebar? Coba pikirkan!
Untuk mencegah terjadinya pelebaran lubang ozon yang semakin luas dan parah,
maka penggunaan gas CFC semakin dibatasi. Pada negara-negara maju penggunaan
CFC sudah dihentikan (dilarang) sama sekali, sehingga sekarang kita mudah
mendapatkan produk barang non-CFC seperti lemari es, AC.
4. Hidrokarbon (HC) dan Nitrogen Oksida (NO)
HC
dan NO yang dipengaruhi oleh sinar matahari akan membentuk smog yang berupa gas yang
sangat pedih jika mengenai mata dan juga sebagai penyebab penyakit kanker.
Daftar
Pustaka:
Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU.
2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kistinnah I, Lestari ES. 2006. Biologi
Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi
1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyorini A. 2009. Biologi 1.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.