Senyawa Organometalik
adalah senyawa di mana atom-atom karbon dari gugus organik terikat kepada atom
logam. Contoh, suatu aloksida seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai
suatu senyawa organologam karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui
oksigen, sedangkan C6H5Ti(OC3H7)3 karena terdapat satu ikatan langsung antara
karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti.HH Istilah organologam biasanya
didefenisikan agak longgar, dan senyawaan dari unsur-unsur seperti Boron,
fosfor, dan silikon semuanya mirip logam. Tetapi untuk senyawa yang mengandung
ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen, ataupun dengan
suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Dari bentuk ikatan
pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara
kimia organik dan anorganik.
Sifat senyawa
organometalik yang umum ialah atom karbon yang lebih elektronegatif daripada
kebanyakan logamnya. Senyawa komplek logam (biasanya logam-logam transisi)
merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih ikatan logam-karbon. Senyawa
organologam terdiri dari atom pusat dan ligan.
Reaksi Grignard
ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun
1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan metil magnesium iodida,
reagen Grignard, dari reaksi antara alkil halida (metil iodida dalam contoh di
bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering.
CH3I + Mg –> CH3MgI
Anda pasti melihat bahwa
magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering
disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan
senyawa organometalik. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan
karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion
cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa
atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan
dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh
karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari
aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
C6H5CHO + CH3MgI –>
C6H5CH(CH3)OMgI
Reaksi Grignard adalah
contoh reaksi senyawa organometalik. Karena berbagai jenis aldehida dan keton
mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi
Grignard.
>Reaksi dengan
karbonil
>Reaksi dengan
senyawa elektrofilik lainnya
Jenis-jenis ikatan pada
senyawa organometalik
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a. Senyawaan
ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organo dari
logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut
dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Senyawa ini
terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan
keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah.
Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh
kestabilan ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat
oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun
contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+ dan
(C5H5)2Ca2+.
b. Senyawaan
yang memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan organologam
dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang
digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari
senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan
yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas, dan sehubungan dengan
beberapa faktor berikut:
1. Kemungkinan
penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak tampak
dalam CR4.
2. Kemampuan
donor alkil atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.
3.
Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti ada BR2
atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.
4. Pengaruh
perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau
karbon-karbon (C-C).
c. Senyawaan
yang terikat secara nonklasik
Konsep dasar Organologam
dan Reaksi-reaksi Pembentukan Organologam
Pada
dasarnya Organologam prinsipnya yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik
terikat kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi
Logam langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris,
Frankland dalam tahun 1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu
alkil Halida. Adapun yang lebih berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis,
Grignard yang dikenal sebagai pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium
dan alkil atau aril Halida dalam eter:
Mg + CH3I → CH3MgI
Interaksi langsung alkil
atau aril Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan
zat pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam
lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl →
P(C6H5)3 + 3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi
Oksidatif adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril
Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh
menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3 + CH3I →
RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
A. Senyawa
Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa organometalik
yang disusun oleh satu atau lebih ikatan antara atom timah dengan atom karbon
(Sn-C). Senyawa ini umumnya adalah senyawa antropogenik, kecuali metiltin yang
mungkin dihasilkan melalui biometilasi di lingkungan. Atom Sn dalam senyawa
organotimah umumnya berada dalam tingkat oksidasi +4. Rumus struktur senyawa
organotimah adalah RnSnX4-n (n=1-4), dengan R adalah gugus alkil atau aril
(seperti: metil, butil, fenil, oktil), sedangkan X adalah spesies anionik
(seperti: klorida, oksida, hidroksida, merkaptoester, karboksilat, dan
sulfida). Bertambahnya bilangan koordinasi bagi timah dimungkinkan terjadi,
karena atomnya memiliki orbital d (Sudaryanto, 2001). Tetraorganotimah dan
triorganotimah klorida umumnya digunakan sebagai intermediet pada preparasi
senyawaan organotimah lainnya. Tetrafeniltimah larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Senyawaan organotimah cenderung memiliki karakter satu
atau lebih ikatan kovalen antara timah dan karbon.
Dari sisi fisika dan kimia, senyawa organotimah merupakan monomer
yang dapat membentuk makromolekul stabil, padat (metiltimah, feniltimah, dan
dimetiltimah) dan cairan (butiltimah) yang sangat mudah menguap, menyublim, dan
tidak berwarna serta stabil terhadap hidrolisis dan oksidasi. Atom halogen,
khususnya klor yang dimiliki oleh senyawa organotimah mudah lepas dan berikatan
dengan senyawa-senyawa yang mengandung atom dari golongan IA atau golongan IIA
sistem periodik atau ion logam positif lainnya. Meskipun kekuatan ikatannya
bervariasi, akan tetapi atas dasar sifat itulah senyawa-senyawa turunan
organotimah dapat disintesis (Grenwood and Earshaw, 1990).
Beberapa metode untuk
sintesis senyawaan organotimah telah banyak dikenal. Starting material
(material awal) seperti SnCl4 dan triorganotimah halida lazim digunakan sebagai
starting material untuk mensintesis berbagai senyawaan organotimah. Beberapa
metode yang umum digunakan diantaranya:
Metode Grignard,
metode ini merupakan metode pertama yang dilakukan di USA dan Eropa Barat dalam
memproduksi senyawaan organotimah. Metode ini memerlukan kondisi reaksi yang
inert, jauh dari nyala api secara langsung, dan bersifat in situ.
> Metode Wurst, persamaan
reaksinya dituliskan sebagai berikut:
> Metode dengan
menggunakan reagen alkil aluminium, metode ini mulai dikenal pada awal tahun
1960-an. Adapun persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut:
1. Senyawa
organotimah halida
Senyawa Organotimah
halida dengan rumus umum RnSnX4-n (n = 1-3; X = Cl,
Br, I) pada umumnya
merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif. Organotimah halida ini dapat
disintesis secara langsung melalui logam timah, Sn(II) atau Sn(IV) dengan alkil
halida yang reaktif. Metode ini secara luas digunakan untuk pembuatan
dialkiltimah dihalida.
Metode lain yang sering
digunakan untuk pembuatan organotimah halida adalah reaksi disproporsionasi
tetraalkiltimah dangan timah(IV) klorida.
Ketiga persamaan reaksi
di atas merupakan reaksi redistribusi Kocheshkov. Reaksinya berlangsung dalam
atmosfer bebas uap air. Yield yang diperoleh dengan metode di atas cukup
tinggi.
2. Senyawa
organotimah hidroksida dan oksida
Produk kompleks yang diperoleh melalui hidrolisis dari trialkiltimah halida dan
senyawa yang berikatan R3SnX merupakan rute utama pada trialkiltimah oksida dan
trialkiltimah hidroksida.
3. Senyawa
organotimah karboksilat
Senyawa organotimah karboksilat pada umumnya dapat disintesis melalui dua cara
yaitu dari organotimah oksida atau organotimah hidroksidanya dengan asam
karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode
yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah karboksilat adalah dengan menggunakan
organotimah halida sebagai material awal. Organotimah halida direaksikan dengan
garam karboksilat dalam pelarut yang sesuai, biasanya aseton atau karbon
tetraklorida.
Reaksi esterifikasi dari
asam karboksilat dengan organotimah oksida atau hidroksida dilakukan melalui
dehidrasi azeotropik dari reaktan dalam toluena.
4. Aplikasi
Senyawa Organotimah
Senyawa organotimah memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari.
Aplikasi senyawa organotimah dalam industri antara lain sebagai senyawa
stabilizer polivinilklorida, pestisida nonsistematik, katalis antioksidan,
antifouling agents dalam cat, stabilizer pada plastik dan karet sintetik,
stabilizer untuk parfum dan berbagai macam peralatan yang berhubungan dengan
medis dan gigi. Untuk penggunaan tersebut, kurang lebih 25.000 ton timah
dipergunakan per tahun(Pellerito and Nagy, 2002).
Senyawa organotimah yang
umum digunakan sebagai katalis dalam sintesis kimia yaitu katalis mono- dan
diorganotimah. Senyawa organotimah merupakan katalis yang bersifat homogen yang
baik untuk pembuatan polisilikon, poliuretan, dan untuk sintesis poliester (Van
der Weij, 1981).
Dalam beberapa
penelitian, telah didapat dan diisolasi senyawa organotimah(IV) karboksilat
yang menunjukkan sifat sebagai antimikroorganisme sehingga dapat berfungsi
sebagai antifungi dan antimikroba (Bonire et al., 1998). Diketahui kompleks di-
dan triorganotimah halida dengan berbagai ligan yang mengandung nitrogen,
oksigen, dan sulfur memiliki aktivitas biologi dan farmakologi, serta digunakan
sebagai fungisida dalam pertanian, bakterisida, dan agen antitumor (Jain et
al., 2002).
B. Logam
Transisi
1. Alkil dan Aril
Litium (Organolitium)
Senyawa Organolitium
adalah senyawa Logam Alkali yang mempunyai sifat kelarutan dalam Hidrokarbon
atau cairan nonpolar dan penguapan yang tinggi serta mempunyai sifat khas zat
Kovalen. Penggabungan Molekular adalah suatu keistimewaan yang penting dari alkil
baik dalam kristal maupun larutan. Jadi dalam Metil lithium atom-atom Li
terletak pada sudut-sudut sebuah tetrahedron dengan gugus alkil berpusat pada
bidang dihadapannya. Gugus CH3 secara simetris terikat pada tiga atom Li, dan
ikatan jembatan alkil ini adalah dari jenis tuna elektron berpusat banyak.
Dalam larutan, sifat
spesies terpolimerisasi bergantung pada pelarut, sifat sterik dari radikal
organik dan suhu. Dalam Hidrokarbon MeLi, EtLi, n-PrLI, dan beberapa lainnya
adalah heksamer, namun tert-butilitihium, yang tersolfasi. Tidak terdapat
agregat yang lebih kecil dari pada tetramet. Meskipun demikian, bilamana
digunakan pengkelatan amin ditersier, seperti tetrametiletilendiamen (TMED),
Me2NCH2CH2NMe2 diperoleh kompleks alkillithium monomer yang stabil. Alkil dan
aril juga membentuk kompleks dengan alkil logam lain seperti kompleks dengan Mg
dan Zn. Sebagai contoh:
2. Senyawa
Organo-Natrium dan Kalium
Semua senyawa ini
benar-benar ionik dan tidak larut sampai batas apa pun dalam hidrokarbon karena
sangat reaktif, peka terhadap udara, dan terhidrolisis kuat dalam air. Yang
terpenting adalah senyawa natrium dari hidrokarbon asam seperti
siklopentadiena, idena, asitilena, dan sejenisnya. Ini diperoleh dari interaksi
dengan logam natrium atau natrium yang dihamburkan dalam tetrahidrofuran atau
dimetilformamida.
3. Magnesium
Senyawa organik dari Ca,Sr, dan Ba sangat ionik dan relatif tidak berguna,
namun senyawa magnesium mungkin adalah yang dipakai paling lias sebagai senyawa
organik yang digunakan sangat luas dalam kimia organik dan dalam sintesis
senyawa alkil dan aril dari unsur-unsur lain. Senyawa ini adalah jenis RMgX
(pereaksi Grignard) dan MgR2. Yang pertama dibuat dengan interaksi langsung
logam dengan suatu halida organik RX dalam suatu pelarut yang cocok, biasanya
suatu eter seperti dietil eter atau tetrahidrofuran. Reaksinya biasanya paling
cepat dalam iodida, RI, dan iod dapat digunakan sebagai suatu pengionisasi.
Pereaksi RMgX digunakan in situ. Spesies MgR2 paling baik dibuat dengan reaksi
kering.
JOHOR DARUL TA'ZIM,1998 KIMIA ORGANOLOGAM UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA
https://bisakimia.com/2013/07/24/sejarah-kimia-organologam/
https://plus.google.com/102670836254110746071
http://syafiratiaradipa.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.