o Faktor penyebab Pencemaran Air
A. Infection
Agent merupakan bahan pencemar yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan manusia (penyakit). Bahan pencemar ini berupa mikroorganisme patogen
yang berasal dari excreta manusia dan hewan yang tidak dikelola dengan baik.
Untuk mendeteksi keberadaan mikroorganisme patogen di dalam air, dapat
digunakan bakteri Coliform sebagai bakteri penunjuk (indicator organism). Jika
dalam sampel air itu ditemui indicator organism, air tersebut sudah tercemar
oleh tinja (mikroorganisme patogen). Akan tetapi, jika di dalam air tidak
ditemukan indicator organism, air tersebut tidak tercemar oleh tinja
(mikroorganisme patogen).
B. Zat-Zat
Pengikat Oksigen Dissolved Oxygen atau jumlah oksigen terlarut adalah
indicator yang baik untuk menentukan kualitas air. Kandungan oksigen dalam air
di atas 6 ppm dapat mendukung kehidupan tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup dalam
air. Kandungan oksigen kurang dari 2 ppm hanya dapat mendukung kehidupan
cacing, bakteri, jamur, dan mikroorganisme pengurai. Oksigen yang terlarut
dalam air berasal dari difusi oksigen dan proses fotosintesis fitoplankton.
Oksigen digunakan untuk proses respirasi makhluk hidup air dan proses kimia
dalam air.
C. Sedimen
terdiri atas tanah dan pasir yang masuk ke air dari erosi atau banjir dan dapat
menimbulkan pendangkalan aliran sungai. Selain itu, sedimentasi dapat
menimbulkan kekeruhan air yang menghalangi penetrasi cahaya matahari sehingga
mengganggu proses fotosintesis fitoplankton yang berarti pula berkurangnya
pasokan oksigen dalam air.
D. Nutrisi
atau Unsur Hara (Nitrat dan Posfat) Nutrisi atau unsur hara dapat
mengakibatkan peningkatan produktivitas primer yang ditimbulkan oleh adanya
penyaringan air dengan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan (Eutrofikasi).
Keadaan ini dapat meningkatkan populasi ganggang dan bakteri dalam perairan
tersebut. Akibatnya, air menjadi keruh dan bau. Selain itu, juga menghambat
proses masuknya oksigen ke perairan yang secara tidak langsung dapat menurunkan
kadar oksigen di dalam air.
E. Bahan
pencemar anorganik adalah logam, garam, asam, dan basa. Merkuri,
kadmium, timbel, dan nikel adalah logam dengan kadar yang relatif kecil sudah
dapat mengakibatkan pencemaran. Ingat kejadian di teluk Minamata? Asam dapat
masuk ke dalam air dari produk samping proses industri dan pelapisan logam.
Asam dan basa ini dapat menyebabkan perubahan pH air yang dapat mengganggu
kehidupan di dalam air. Contoh lain, kasus keracunan kobalt yang terjadi di
Nebraska merupakan penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kontaminasi
kobalt di dalam air. Akibat keracunan ini timbul penyakit jantung, kerusakan
kelenjar gondok, darah tinggi, dan kaki bengkak.
F. Zat
kimia organik yang mempunyai toksisitas yang tinggi. Kontaminasi antara
zat kimia organik dengan air dapat mengancam kesehatan. Zat kimia organik
digunakan dalam industri kimia, misalnya, untuk pembuatan pestisida, plastik,
produk farmasi, pigmen, dan produk lainnya.
G. Energi
Panas Kualitas air akan turun jika terjadi perubahan temperatur.
Pembuangan air limbah yang mengandung panas mengakibatkan kenaikan temperatur
yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Air yang panas pada
permukaan air dapat menghambat masuknya oksigen ke dalam air di level bawah.
H. Zat
radioaktif yang teraplikasi dalam teknologi nuklir yang digunakan pada
berbagai bidang dapat menimbulkan sisa pembuangan. Dapat saja sisa zat radioaktif
tersebut terbawa ke dalam lingkungan air. Pengaruh radioaktif ini dapat
mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel, rusaknya kromosom, dan lebih
jauh dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan sistem reproduksi dan sel
tubuh.
Ditinjau dari
asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara
lain :
·
Limbah Pertanian Limbah pertanian dapat
mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan
biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia,
orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih
Jurnal Pencemaran Air Volume 2, hal. 1-7 insektisida yang berspektrum sempit
(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh
mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa
obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan
air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian
bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya.
·
Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang
cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai
berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air
buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai.
Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut
terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan
banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis
berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air
akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air
turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik
meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.
Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh
bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman
dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada
organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri,
limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh
limbah yang ada.
·
Limbah Industri Adanya sebagian industri yang
membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis
industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik
(berbuaih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang
(berbau Jurnal Pencemaran Air Volume 2, hal. 1-7 busuk), atau berupa suhu (air
menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemara
air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Di laut, sering
terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak
yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan
kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang
mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung agar
tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat
menguraikan minyak.
·
Penangkapan Ikan Menggunakan racun Beberapa
penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan atau potas
(racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air. Racun tersebut
tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil.
Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan jenis makluk hidup yang
ada didalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan
pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan.
Debit Aliran Sungai Debit aliran
adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah
satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit
yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju
aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu (Asdak,2002). Debit adalah suatu koefesien yang
menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu,
biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air
pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah
disiapkan (Dumiary, 1992). 13 Pada dasarnya debit air yang dihasilkan oleh suatu
sumber air ditentukan oleh beberapa faktor - faktor yaitu :
1. Intensitas hujan. Karena curah
hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang
dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan
karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau panjang (musim
hujan pendek). Menyebabkan bertambahnya debit air.
2. Pengundulan Hutan Fungsi utama
hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan tanah yang mempunyai
kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah tersebut tertahan
dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah
di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh karena itu
hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan
sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi
malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan
yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang kemiringannya
tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan sedikit
sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir
bandang yang membawa kandungan lumpur.
3. Pengalihan hutan menjadi lahan
pertanian Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya
dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat
erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended
solid) 14 dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti
oleh meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air
sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai
kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor konservasi
tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
4. Intersepsi Adalah proses
ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan tanah, tertahan
bebereapa saat, untuk diuapkan kembali (”hilang”) ke atmosfer atau diserap oleh
vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya
curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah
bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan tanah dan
dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting dalam
penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air
intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis
vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat
mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang
dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa
dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini
dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan
air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap 15
air di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan
adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga. Hidrograf aliran
merupakan perubahan karakterisitik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya
kegiatan pengelolaan DAS dan adanya perubahan iklim lokal ( Asdak, 1995).
Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran
permukaan dan aliran air dibawah permukaan,debit aliran sungai akan naik
setelah terjadi hujan yang cukup , kemudian yang turun kembali setelah hujan
selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya debit sungai menurut waktu
disebut hidrograf, bentuk hidrograf sungai tergantung dari sifat hujan dan
sifat daerah aliran sungai ( Arsyad,2006).
Pencegahan Pencemaran Air
5R itu Reduce, Reuse, Recycle,
Recharge dan Recovery. Dua yang terakhir adalah usaha pemulihan, misalnya
dengan pembuatan lubang biopori dan sumur resapan. Sedangkan contoh recycle
yaitu dengan memanfaatkan air mandi untuk menyiram tanaman atau nyuci kendaraan.(
KORAN ANAK INDONESIA, Jakarta, Yudhasmara Publisher)
10 Cara Mencegah Pencemaran Air
1. Gunakan air dengan bijaksana.
2. Kurangi penggunaan deterjen.
3. Kurangi konsumsi obat-obat kimia.
4. Kurangi penggunaan obat nyamuk dan pembasmi serangga.
5. Kurangi penggunaan bahan-bahan yang sulit terurai.
6. Kelola sampah rumah tangga dengan baik.
7. Menanam pohon.
8. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
9. Menggalakkan industri daur ulang.
DAFTAR PUSTAKA :
JURNAL :
JurnalEKOSAINS | Vol. V | No. 1 | Maret 2013 ; Lallanilla, 2013 ; Asdak,2002 ; Dumiary, 1992 ; Asdak, 1995 ; Arsyad,2006 ; KORAN ANAK INDONESIA, Jakarta, Yudhasmara Publisher
Internet :
www.anneahira.com/cara-mencegah-pencemaran-air.html,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.