.

Senin, 15 November 2021

Kimia Hijau dalam Perkembangan Masa Depan

Oleh: Widiastuti (@T22-Widiastuti)







ABSTRAK

Pada awal 1990an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi terutama pada industri moderen seperti elektronik, teknologi informasi, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau dapat memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota cerdas. Semua sistem dan strukturnya baik sumberdaya listrik dan gas, air, transportasi dan sebagainya dirancang, dibangun, dan dikelola dengan memanfaatkan kemajuan di bidang materi terintegrasi, sensor, elektronik, dan jejaring yang dihubungkan dengan sistem komputer untuk database, pelacakan, dan algoritma untuk pengambilan keputusan.

Kata kunci: kimia hijau, lingkungan, kota cerdas

 

ABSTRACT

In the early 1990s, green chemistry became known globally after the Environmental Protection Agency (EPA) issued the Pollution Prevention Act which is a national policy to prevent or reduce pollution. As a driver of economic development, especially in modern industries such as electronics, information technology, bio and nanotechnology, which play an important role in the structure and management of smart cities, the chemical industry that applies Green Chemistry principles can play an important role in the sustainable evolution of smart cities. All systems and structures including electricity and gas resources, water, transportation and so on are designed, built, and managed by utilizing advances in integrated materials, sensors, electronics, and networks linked to computer systems for databases, tracking, and algorithms for decision making.

Keyword: green chemistry, environment, smart city

 

PENDAHULUAN

Sejak tahun 1990-an Amerika Serikat telah mulai memberikan penghargaan yang berhubungan dengan kimia hijau, namun banyak penerapan kimia hijau yang sebenarnya telah lama dikenal sebelum itu. Berbagai negara juga menerapkan kimia hijau seperti Jerman yang tidak menggunakan pelarut pada proses komersial serta pemanfaatan katalis yang dapat didaur ulang di Inggris. Istilah kimia hijau pertama kali digunakan oleh Paul T. Anastas pada sebuah program khusus yang diperkenalkan organisasi EPA (Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat tahun 1991. Program ini dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkelanjutan di bidang kimia dan teknologi kimia oleh dunia industri, akademi, dan pemerintahan (Mustafa, 2016)

Konsep kota cerdas merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk membuat perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya dan siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul. Smart City atau kota cerdas memiliki 6 (enam) indikator yaitu smart governance, pemerintahan transparan, informatif, dan responsif; smart economy, menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat inovasi; smart people, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fasilitas hidup layak; smart mobility, penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur; smart environment, manajemen sumber daya alam yang ramah lingkungan; dan smart living, mewujudkan kota sehat dan layak huni.

 

RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari kimia hijau?

2. Apa saja 12 prinsip kimia hijau?

3. Apa contoh dari perkembangan kimia hijau?

 

TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari kimia hijau

2. Untuk mengetahui 12 prinsip kimia hijau

3. Untuk mengetahui contoh dari perkembangan kimia hijau

 

PEMBAHASAN

Definisi kimia hijau (green chemistry), menurut US EPA (Environmental Protection Agency), adalah menggunakan ilmu kimia dan prosesnya untuk pencegahan polusi (pencemaran), dan merancang produk kimia dan proses-prosesnya yang lebih akrab lingkungan. Kimia hijau merupakan perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan mereduksi atau mengeliminasi setiap pengaruh negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. (Sidjabat, 2008). Menurut Hidayat (2021), Aplikasi Kimia Hijau sejalan dan seirama dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai catatan, pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan dengan menerapkan prinsip “memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan".

Menurut Mahreni (2019), Pada awal 1990an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses.

Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan perubahan suatu materi. Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan penggunaannya baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung seperti penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya (Mahreni, 2019)

Menurut Mustafa (2016), Konsep kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai gabungan dari 12 prinsip yang diusulkan oleh Anastas dan Warner (Anastas & Warner, 1998), apabila diterapkan dapat menunjukkan bagaimana produksi zat kimia dapat memfasilitasi kesehatan manusia dan lingkungan, dengan tetap memperhatikan efisiensi dan keuntungan. Kedua belas prinsip kimia hijau itu adalah:

1) pencegahan: pencegahan limbah lebih diutamakan daripada perlakuan terhadap air limbah;

2) atom ekonomi: metode sintesa harus dirancang untuk memaksimalkan pemanfaatan semua materi yang digunakan dalam proses sampai menghasilkan suatu produk;

3) sintesa zat kimia dengan kemungkinan timbulnya bahaya seminimal mungkin: kegiatan pembuatan zat kimia diusahakan menerapkan metode yang dirancang untuk memanfaatkan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin bagi kesehatan manusia dan lingkungan;

4) merancang zat kimia yang aman yang dapat digunakan sesuai peruntukannya dengan meminimalisir toksisitas zat tersebut;

5) pemanfaatan pelarut dan zat pendamping yang aman;

6) perancangan sistem untuk mendapatkan efisiensi energi pada temperatur dan tekanan rendah serta ramah lingkungan;

7) sejauh mungkin menerapkan penggunaan bahan mentah yang terbarukan, bukan yang menghabiskan sumber daya;

8) sejauh mungkin mengurangi pemanfaatan zat derivatif seperti zat pencegah, pelindung, atau penghancur;

9) pemanfaatan katalis seselektif mungkin dan yang merupakan reagen dengan sifat stokiometrik yang paling baik;

10) perancangan agar mudah diuraikan, zat-zat kimia yang dihasilkan harus mudah diuraikan saat manfaatnya telah selesai;

11) analisis secara real-time untuk pencegahan polusi; metode-metode analisis harus dikembangkan untuk memungkinkan pemantauan dan pencegahan secara langsung pada setiap tahap dari proses sintesa untuk mencegah terbentuknya zat berbahaya;

12) penerapan kimia aman untuk mencegah kecelakaan, zat-zat yang digunakan dalam proses kimia harus dipilih untuk meminimalisir potensi kecelakaan, termasuk pelepasan zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran.

Konsep Kota Cerdas merupakan contoh dari perkembangan kimia hijau yamg dilakukan untuk membuat perkotaan menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya. Kota cerdas digambarkan dengan atribut kecerdasan dalam hal bangunan, infrastruktur, teknologi, energi, mobilitas, penduduk, administrasi, dan Pendidikan. Atribut-atribut itu secara terintegrasi diterapkan dalam mengelola sumberdaya, mengendalikan tingkat polusi, dan mengalokasikan energi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi terutama pada industri moderen seperti elektronik, teknologi informasi, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada struktur dan pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau dapat memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota cerdas (Mustafa, 2017).

Peranan Ilmu dan Teknologi Kimia dalam pembentukan kota cerdas, antara lain, dengan diperkenalkannya konsep Kimia Hijau/Green Chemistry untuk pengelolaan pembangunan berkelanjutan. Kimia Hijau/Green Chemistry, yang berfokus pada produksi dan teknologi penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada awal 1990-an. Kimia hijau ini merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari segi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep Kimia Hijau ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam (Mustafa, 2017).

 

KESIMPULAN

kimia hijau (green chemistry), menurut US EPA (Environmental Protection Agency), adalah menggunakan ilmu kimia dan prosesnya untuk pencegahan polusi (pencemaran), dan merancang produk kimia dan proses-prosesnya yang lebih akrab lingkungan. Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Kimia Hijau/Green Chemistry, yang berfokus pada produksi dan teknologi penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada awal 1990-an. Kimia hijau ini merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Hijau. Modul Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Indusrti. Jakarta. Universitas Mercu Buana.  (diakses 12 November 2021)

Mahreni, A. 2019. BAHAN KIMIA HIJAU. Dalam http://eprints.upnyk.ac.id/21704/1/BUKU%20HIJAU%20BAB%201%20DAN%202.pdf (Diakses pada 14 November 2021)

Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (Diakses pada 14 November 2021)

Mustafa, Dina. 2017. PERANAN KIMIA HIJAU (GREEN CHEMISTRY) DALAM MENDUKUNG TERCAPAINY A KOTA CERDAS (SMART CITY) SUATU TINJAUAN PUSTAKA. Dalam http://repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf (Diakses pada 15 November 2021)

Sidjabat, Oberlin. 2008. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BERSIH DAN KIMIA HIJAU. LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS: VOL. 42. NO. 1. (Diakses pada 13 November 2021)

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.