.

Senin, 11 Oktober 2021

Hubungan Kimia Kontekstual dengan Kehidupan






Oleh : Arrazqadira Prananta (@T-30-Arraz)
Program Studi Ilmu Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana.
arrazqadiraprananta5@gmail.com



Abstrak

Dengan seiring berjalannya waktu, berbagai fenomena di dunia terungkap dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan terdahulu berfikir dengan kritis mengenai fenomena yang terjadi disaat itu. Seperti Isaac Newton yang mencari alasan mengapa apel bisa jatuh dari pohon, fenomena sains tersebut merupakan hal yang lazim terjadi di kehidupan. Karena itu, fenomena sains merupakan hal yang sangat dekat dengan kita. Termasuk ilmu kimia, ilmu kimia dipelajari dengan metode pembelajaran kontekstual yang mengaitkan situasi sains dengan situasi di dunia nyata. Dengan mengaitkan situasi nyata, tentunya hal ini sering terjadi disekitar kita.

Kata kunci: Sains, ilmu kimia, kontekstual


Abstract

With the passage of time, various phenomena in the world are revealed using science. Early scientists thought critically about the phenomena that occurred at that time. Like Isaac Newton who looked for reasons why apples fell from trees, this scientific phenomenon is a common thing in life. Therefore, scientific phenomena are very close to us. Including chemistry, chemistry is studied with contextual learning methods that relate scientific situations to situations in the real world. By relating real situations, of course, this often happens around us.

Keyword: science, chemistry, contextual

Pendahuluan

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mudasir (2012), perkuliahan Kimia Kontekstual dirancang untuk membekali mahasiswa dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan dan kekinian yang terkait dengan bidang kimia serta memperkenalkan mahasiswa terhadap trend global penelitian kimia di masa yang akan datang. Menurut Berns dan Ericson (2001), Pembelajaran kontekstual pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual Teaching and Learning oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.

Pembelajaran kontekstual juga terjadi di dunia kimia. Seperti kimia kontekstual yang sedang kita bahas ini. Pembelajaran kimia kontekstual bisa berupa mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena dan proses kimia yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan. Selain itu, juga dapat memahami secara teori bahwasanya kimia merupakan ilmu pengetahuan yang sentral dan dapat menunjukkan keterkaitan ilmu kimia terhadap ilmu yang lain.

Rumusan Masalah

1.      Apa itu kimia kontekstual?

2.      Apa hubungan kimia kontekstual dalam kehidupan kita?

3.      Seberapa dekatkah kimia kontekstual dalam kehidupan?

Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa itu kimia kontekstual.

2.      Untuk mengetahui apa hubungan kimia kontekstual dalam kehidupan.

3.      Untuk mengetahui seberapa dekat kimia kontekstual dalam kehidupan.

Pembahasan

Kimia kontekstual atau kimia kekinian berkaitan dengan beragam aspek kehidupan manusia. Pengkajian dan pembahasannya sangat tergantung pada isu atau persoalan apa yang sedang menjadi trending topics. Kimia kontekstual berfokus pada mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena atau proses kimia yang ditemukan dalam kehidupan-sehari-hari terutama yang berkaitan dengan bidang energi, lingkungan, pangan, obat, dan polimer. Kimia kontekstual tetap menggunakan prinsip kimia untuk menjelaskan proses kimia tertentu dan  mampu mengetahui dasar teoritiknya dari suatu proses kimia yang ada di sekitar kita, dan Memahami bahwa kimia adalah merupakan central science dan mampu menunjukkan secara jelas hubungan dan pengaruhnya dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain.

Menurut Berns dan Ericson (2001), Pembelajaran kontekstual pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual Teaching and Learning oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa. Dalam buku Departemen.

Menurut Johnson (2007), pembelajaran kontekstual menggunakan beberapa prinsip, yaitu: 1) principle of interdependence, adanya saling kebergantungan antara satu siswa dengan siswa yang lainnya dalam kelompok; 2) principle of differentiation, adanya keunikan dan talenta berbeda dalam diri siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk dapat menggali potensi dalam diri mereka 3) principal of self regulation, adanya kemandirian untuk menyusun dan mengatur sendiri setiap pengetahuan dalam diri siswa.

Pembelajaran kontekstual juga terjadi di dunia kimia. Seperti kimia kontekstual yang sedang kita bahas ini. Pembelajaran kimia kontekstual bisa berupa mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena dan proses kimia yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan. Selain itu, juga dapat memahami secara teori bahwasanya kimia merupakan ilmu pengetahuan yang sentral dan dapat menunjukkan keterkaitan ilmu kimia terhadap ilmu yang lain. Terdapat beberapa contoh pembahasan kimia kontekstual yang terjadi disekitar kita. Seperti: Energi dan Minyak Bumi: Polimer dan Plastik, Kimia Pangan. Pencemaran Udara: dan Hujan Asam. Sebagai contoh topik, kali ini saya akan membahas mengenai kimia pangan dalam kimia kontekstual dan hubungannya dengan kehidupan.

Kimia pangan adalah studi mengenai ronde kimia dan interaksinya dengan komponen biologis dan non-biologis bahan pangan. Substansi biologis misalnya produk daging, sayuran, produk susu, dsb-nya. Mirip dengan biokimia dengan komponen utamanya adalah karbohidrat, lemak, dan protein namun juga mempelajari komponen lain seperti cairan, vitamin, mineral, enzim, zat aditif, perasa, dan pewarna makanan. Ilmu ini juga meliputi bagaimana suatu produk pangan merasakan perubahan dampak berbagai metode pemrosesan makanan dan metode untuk meningkatkan maupun mencegah terjadinya perubahan itu. Ilmu Pangan berkaitan dengan produksi, pengolahan, distribusi, persiapan, evaluasi, dan pemanfaatan pangan. Dalam hal ini ahli kimia pangan bekerja dengan tanaman yang telah dipanen untuk makanan, dan hewan yang telah disembelih untuk makanan. Ahli kimia pangan mengkaji bagaimana produk makanan ini diproses, disiapkan, dan didistribusikan. Sebagai contoh, untuk menjawab tuntutan konsumen, beberapa ahli kimia pangan terlibat dengan menemukan lemak dan gula pengganti yang tidak mengubah rasa dan tekstur makanan.

Dalam kaitannya dengan Kimia Kontekstual, berbagai isu mengenai Kimia Pangan banyak menjadi perhatian publik. Kasus yang paling banyak dibahas misalnya penggunaan bahan pengawet seperti formalin (formaldehida atau metanal) pada bahan makanan seperti ayam potong, mie basah, ikan segar, tahu, dan sebagainya. Padahal formalin ini biasa dipergunakan untuk pengawet mayat, bahan pembuatan pupuk, pembasmi lalat, dan sebagainya.

Banyak oknum yang tidak bertanggung jawab menggunakan bahan kimia yang tidak diperuntukkan untuk makana. Sebagai contoh Rhodamine B. Rhodamin B merupakan pewarna sintetis dengan bentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar/berfiuorosensi. Rhodamin B banyak digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun. Rhodamine B sering disalahgunakan dalam memberi warna pada berbagai makanan. Rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Uji toksisitas Rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus telah membuktikan hal tersebut. Inilah beberapa dampak kesehatan dan gangguan oterhadap organ-organ tubuh jika mengkonsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang, sehingga terakumulasi di dalam tubuh, mulai dari gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan menyebabkan kanker hati.

Kesimpulan

Kimia kontekstual atau kimia kekinian berkaitan dengan beragam aspek kehidupan manusia. Kimia kontekstual berfokus pada mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena atau proses kimia yang ditemukan dalam kehidupan-sehari-hari terutama yang berkaitan dengan bidang energi, lingkungan, pangan, obat, dan polimer. Terdapat beberapa contoh pembahasan kimia kontekstual yang terjadi disekitar kita. Seperti: Energi dan Minyak Bumi: Polimer dan Plastik, Kimia Pangan. Pencemaran Udara: dan Hujan Asam. Namun dengan majunya teknologi kimia, banyak oknum yang menyalahgunakan ilmu kimia untuk suatu yang tidak baik. 

Daftar Pustaka

Berns, R. G., & Ericson, P. M. (2001). Contextual teaching and learning: Preparing students for the new economy. Columbus, OH: The Ohio State University, National Dissemination Center for Career and Technical Education. Dalam https://eric.ed.gov/?id=ED452376

(diakses pada 10 Oktober 2021)

Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Kontekstual. Modul Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

(diakses pada 8 Oktober 2021)

Johnson, E. B. (2007). Contextual teaching & learning: Menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung, Indonesia: Penerbit MLC. Dalam https://ojs.uph.edu/index.php/PJI/article/view/1051

(diakses pada 8 Oktober 2021)

Silaban, Saronom. 2020. Implementasi Pembelajaran Kontekstual untuk Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia. Medan: State University of Medan. Dalam https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/GAGASAN/article/view/8051

(diakses pada 9 Oktober 2021)

Tantu, Year. 2018. The Implementation of Contextual Teaching and Learning to Increase Critical Thinking. Tangerang: UPH College. Dalam https://ojs.uph.edu/index.php/PJI/article/view/1051

(diakses pada 8 Oktober 2021)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.