INDUSTRI MAKANAN
PEMBUATAN GARAM
Oleh : Oliver Gideon Parsaoran (@S10-Oliver)
ABSTRAK
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan
pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh
manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan
produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya.
Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan
magnesium kurang banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium
serta garam industri.
Kata Kunci : Garam, Elektrolit, Yodium
A. PENDAHULUAN
Seiring dengan
kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang makin harus diperhatikan. Salah
satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah dengan pembangunan
industri, termasuk diantaranya adalah industri kimia, baik yang menghasilkan
suatu produk jadi maupun produk antara untuk diolah lebih lanjut.
Pembangunan
industri kimia yang menghasilkan produk antara ini sangat penting, karena dapat
mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri, yang pada
akhirnya akan dapat mengurangi pengeluaran devisa untuk mengimpor bahan
tersebut, termasuk diantaranya garam dapur.
Garam merupakan
salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan
merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk
negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati,
termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan
garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang banyak
diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri.
Kualitas garam
yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk
dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri. Pembuatan garam
dapat dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl
nya sebagai unsur utama garam. Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori
seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali
jika mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar
NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya di
atas 95%. Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar 1.200.000 ton
sampai saat ini seluruhnya masih diimpor, hal ini dapat dihindari mengingat
Indonesia sebagai negara kepulauan.
B. PERMASALAHAN
1. Apa
sifat dan spesifikasi dari garam serta bahan baku ataupun produk yang
dihasilkan dalam pembuatan garam?
2. Apa
saja metode - metode yang digunakan dalam produksi garam?
3. Apa
saja limbah yang dihaslikan dalam proses produksi garam?
C. HASIL
& PEMBAHASAN
Secara fisik, garam adalah benda padatan
berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian
terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium
klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai
sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C.
Garam natrium klorida untuk keperluan masak
dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg
NaCl) yang merupakan padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak
higroskopis dan apabila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit
dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan,
sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (
bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet.
Natrium klorida |
|
Nama lain Garam dapur |
|
Sifat |
|
58.44 g/mol |
|
Penampilan |
Tidak berwarna/berbentuk kristal putih |
2.16 g/cm3 |
|
801 °C (1074 K) |
|
1465 °C (1738 K) |
|
35.9 g/100 mL (25 °C) |
Ada
beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses produksi
garam tergantung dari bahan baku yang digunakan. Salah satunya yang akan
dibahas adalah cara solar evaporation atau penguapan
air laut.
Penguapan Air Laut (Solar
Evaporation)
Langkah–langkah yang dibutuhkan dalam
pembuatan garam melalui solar evaporation yakni
a. Pengeringan Lahan
Tahap Pengeringan Lahan
untuk pembuatan garam terdiri dari :
1). Pengeringan Lahan Pemenihan.
2). Pengeringan Lahan Kristalisasi.
Lahan pembuatan garam
dibuat secara berpetak-petak secara bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi
air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.
Kalsium dan magnesium sebagai unsur yang
cukup banyak dikandung dalam
air laut selain NaCl perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan magnesium
dapat terendapkan dalam bentuk garam
sulfat, karbonat dan oksalat. Dalam proses pengendapan atau kristalisasi garam karbonat dan
oksalat mengendap dahulu, menyusul garam sulfat,
terakhir bentuk garam kloridanya.
Tanah untuk penggaraman
yang dipilih harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan ketinggian dari permukaan laut,
topografi tanah, sifat fisis tanah,
kehidupan (hewan/ tumbuhan) dan gangguan bencana alam.
1). Letak terhadap
permukaan air laut :
· Untuk mempermudah suplai
air laut
· Untuk mempermudah
pembuangan
2). Topografi :
· Dikehendaki tanah
yang landai atau kemiringan kecil.
· Untuk mengatur tata
aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi
3). Sifat fisis tanah :
Dikehendaki sifat-sifat
:
· Permeabilitas rendah
· Tanah tidak mudah
retak
· Pasir
: Permeabilitas tinggi
· Tanah
liat : Permeabilitas rendah dan Retak pada
kelembaban rendah
· Untuk
peminihan : tanah liat untuk penekanan resapan air
(kebocoran)
· Untuk
meja-meja : campuran pasir dan tanah liat guna kualitas dan
kuantitas hasil produksi
Pengujian laborat
tanah, yang diperlukan :
· Grain size (ukuran)
· Kelakuan pada
pengerasan (proctor test)
Bila diperlukan daya
dukung untuk lokasi gudang dan pondasi pompa
4). Gangguan kehidupan
:
· Tanaman pengganggu
· Binatang tanah
5) Gangguan bencana
alam : Daerah banjir / gempa / gelombang pasang
b. Pengolahan Air Peminian/ Waduk
1) Pemasukan air laut ke Peminian
2) Pemasukan Air laut ke lahan kristalisasi..
3) Pengaturan air di Peminian
4) Pengeluaran Brine ke meja kristal dan
setelah habis dikeringkan selama seminggu.
5) Pengeluaran Brine ke meja kristal dan
setelah habis dikeringkan, untuk pengeluaran Brine selanjutnya dari peminian
tertua melalui Brine Tank.
6) Pengembalian air tua ke waduk. Apabila air
peminihan cukup untuk memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa kembali ke
waduk
c. Pengolahan Air dan
Tanah
1) Proses Kristalisasi
a) Pemeliharaan meja beragam
b) Aflak (perataan permukaan dasar garam)
2) Proses Pungutan
a) Umur
kristal garam 10 hari secara rutin (tergantung intensitas cahaya matahari).
b) Pengaisan
garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja cukup atau 3-5 cm.
c) Angkut
garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan), kemudian diangkat ke
gudang dan siap untuk proses pencucian.
d. Proses Pencucian
1) Pencucian bertujuan untuk
meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi unsur Mg, Ca, SO4 dan
kotoran lainnya.
2) Air pencuci garam yang
digunakan semakin bersih dari kotoran maka akan menghasilkan garam cucian lebih
baik dan lebih bersih.
3) Air garam (Brine) dengan
kepekatan 20-24 oBe. (Secara kasar, 1 oBe
nilainya 10 gram per liter. Jadi kalau air laut itu 3,0 oBe
berarti kandungan garamnya 30 gram per liter).
4) Kandungan Mg ≤ 10
gr/Liter.
Gambar 1.1 Flow Sheet Pembuatan Garam
Evaporasi
Sumber : http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf
Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat
yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk
tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities).
Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”.
Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat
dilakukan dengan kombinasi dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada
saat pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis dari produk garam dapat
dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Na2CO3 dan
NaOH sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 +
Na2CO3
-> CaCO3
(putih) + Na2SO4
MgSO4
+
2NaOH
-> Mg(OH)2 (putih)
+ Na2SO4
CaCl2
+
Na2SO4 ->
CaSO4 (putih) + 2NaCl
MgCl2
+
2NaOH ->
Mg(OH)2 (putih) +
2NaCl
CaCl2
+
Na2CO3
-> CaCO3
(putih) + 2NaCl
a) Air
Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar
garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu
yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b) Keadaan
Cuaca
·Panjang
kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita
untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
· Curah
hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata
merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang
kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
· Kecepatan
angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan
air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang
mengendap.
c) Tanah
· Sifat
porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut
kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja.
· Bila
kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi
bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam.
· Jenis
tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh
garam yang dihasilkan.
d) Pengaruh air
· Pengaturan aliran dan tebal air dari peminihan satu ke berikutnya dalam kaitannya dengan faktor-faktor arah kecepatan angin dan kelembaban udara merupakan gabungan penguapan air (koefisien pemindahan massa).
· Kadar/kepekatan
air tua yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
· Pada
kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila
konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak
mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak
mengendap.
e) Cara pungutan
garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur
kristalisasi garam dan jadwal pengerjaan tanah meja (pengerasan dan
pengeringan). Demikian pula kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam
yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik.
f) Air
Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang
sudah banyak mengandung garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya
dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat
menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi antara
25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
Kondisi operasi proses produksi garam dapur
dilakukan pada T = 30oC yang merupakan suhu lingkungan dan tekanan 1
atm karena proses evaporasi air laut menggunakan tenaga surya dan dilakukan di
ruang terbuka. Air laut yang diuapkan sampai kering mengandung setiap liternya
sejumlah 7 mineral seperti CaSO4, MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air dengan
berat total 1.025,68 gram. Setelah dikristalkan pada proses selanjutnya akan
diperoleh garam dengan kepekatan 16,75 - 28,5 oBe yang setara
dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh 40,97
% dari jumlah semula.
Limbah proses
produksi garam
Proses
produksi garam rakyat, melalui berbagai tahapan, diantaranya : penyediaan lahan
(tambak), pengaliran air laut kelahan, proses penguapan air laut, proses
kristalisasi garam, pemisahan garam dari airnya sehingga diperoleh garam
rakyat.
Air
sisa dari proses produksi garam rakyat ini, berwarna kuning muda, dibuang
(tidak dimanfaatkan), disebut dengan istilah "Air Tua" atau
"Bittern". Air tua (bittern) ini merupakan air limbah dari proses
produksi garam rakyat, jumlahnya cukup besar sehingga dibutuhkan pengelolaan
yang dapat dimanfaatkan. Kualitas air limbah industri garam ini (bittern) :
Kandungan
ion magnesium (Mg) : 36,45 gram/L
Kandungan
ion kalium (K) : 10,95
gram/L
Kandungan
ion kalsium (Ca) : 0,14 gram/L
Kandungan
ion sulfat (SO4) : 52,14 gram/L
Berat
Jenis
: 1,250 gram/ml
D.
KESIMPULAN
Garam
bisa di hasilkan dari berbagai sumber antara lain yaitu dari airlaut, air danau
asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah, larutan garam
alamiah, dll. Bukan hanya sebagai penyedap rasa, tetapi garam juga memilki
berbagai macam manfaat lainnya antara lain sebagai minuman kesehatn, garam
mandi, garam konsumsi, cairan infus, sabun dan shampoo, cairan dialisat, dsb.
Ada
beberapa cara yang umum dilakukan untuk memproduksi garam. Proses produksi
garam tergantung dari bahan baku yang digunakan, diantaranya dengan cara solar
evaporation, rekristalisasi, multiple effect evaporation, open pan dan
pembuatan garam dari batuan garam. Selain itu untuk memperoleh kualitas garam
yang lebih baik lagi dengan kandungan NaCl yang tinggi, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan antara lain dengan kristalisasi bertingkat maupun sengan
pengikatan pengotor pada garam dengan menambahkan bahan kimia.
Proses produksi
garampun juga menghasilkan limbah yaitu berupa air bittern yang merupakan air
sisa proses kristalisasi garam. Air bittern ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan antara lain sebagai pupuk multinutrien, penyelamat jantung,
dsb.
E. DAFTAR PUSTAKA
http://rumahpintarkimia.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum.html
http://www.scribd.com/doc/76868720/Kristalisasi-garam-Kasar
http://chemedu09.wordpress.com/2011/04/28/pemurnian-garam-dapur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.