Air
adalah sumber kehidupan untuk semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Tak
bisa dibayangkan hidup kita tanpa ada
air. Bahkan dengan pemanasan global dunia ini membuat airpun berkurang. Dan
sebagai makhluk hidup yang sempurna kita harus berpikir positif dan saling
menyadari betapa perlunya menjaga pemakaian air yang berlebihan.
Menurut
Hidayat dan Kholil (2018), bahawa pencemaran
merupakan persoalan serius yang dihadapi oleh makhluk planet bumi. Sebenarnya
istilah pencemaran merupakan fenomena yang relative baru dalam sejarah Planet
Bumi. Sebelum terjadinya revolusi industry pada abad ke-19, kata pencemaran
relative kurang dikenal. Saat itu penduduk Planet Bumi menjalankan kehidupan
sangat harmonis dengan lingkungan yang sangat baik. Namun pasca revolusi
industry dengan cepat industrialisasi menyebar ke seluruh pelosok dunia, tidak
hanya di Benua Eropa, tetapi juga di Benua Amerika, Asia, Australia dan Afrika.
Secara serentak berbagai jenis pabrik didirikan di mana-mana. Industrialisasi
membawa konsekuensi tersendiri berupa pencemaran, termasuk pencemaran air.
Sebelum revolusi industry mungkin tidak ada satupun penduduk Planet Bumi yang
percaya bahwa lautan sangat luas dapat tercemar. Namun setelah penduduk Planet Bumi mencapai
jumlah tujuh milyar menjadi kenyataan, bahwa kondisi pesisir dan lepas pantai
sudah banyak mengalami kerusakan ekosistem yang parah. Hal itu menunjukan bahwa
perilaku manusia sudah melampui batas sehingga
mengancam keberadaan habitatnya sendiri (Woodford,2015).
Menurut Hidayat dan Kholil (2018), bahawa pencemaran
air dapat diartikan sebagai terjadinya kerusakan ekosistem perairan seperti
lautan, sungai, danau atau sumber air lainnya. Sedangkan pencemaran laut dapat
diartikan masuk atau dimasukkan (secara langsung atau tidak langsung) zat atau
energy ke dalam lingkungan laut, yang berdampak pada kerusakan sumberdaya
kelautan, membahayakan kesehatan manusia, penurunan kualitas air laut,
mengganggu bebagai aktivitas kelautan, dan ketidakharomonisan ekosistem
kelautan secara keseluruhan.
Pencemaran
air terjadi akibat ulah manusia sendiri, seperti halnya kehidupan di kota besar
yang tak mempunyai halaman cukup, dan mebuang air besarpun mereka langsung ke
aliran sungai. Ketidakperdulian lingkungan semakin membuat limbah meningkat.
Kesadaran masyarakat untuk tidak mebuang sampah ke sungai itu sangat penting
untuk menjaga ekosistem air. Dan membudayakan kehidupan dengan mengurangi
penggunaan plastic, karena sampah plastic yang tidak mudah terurai dalam ratusan
tahun bisa menjadi bahan kimia yang juga bisa menjadi factor tercemarnya air
resapan tanah.
Sumber
gambar : by Dwi
Menurut Hidayat dan Kholil (2018), bahawa sebenarnya
untuk mengidentifikasi pencemaran air sehingga kualitasmya diektahui dapat dilakukan
melalui dua cara. Cara pertama dengan mengambil sampel air, kemudian mengukur
konsentrasi bahan kimia yang terkandung di dalamnya (Indikator kimia kualitas
air). Jika konsentrasi bahan kiama berbahaya teridentifikasi dan melampui
standar bahan baku air untuk keperluan tertentu, maka air dapat dinyatakan
tercemar. Sedangkan cara kedua ialah dengan menganilis kondisi kehidupan satwa
seperti ikan, serangga dan hewan invertebrate yang habitatnya di sekitar
perairan (indicator kimia kualitas air). Jika kondisi kehidupan satwa tersebut
relative baik, sehat dan dapat berkembang biak, maka kualitas air relative
baik. Jika di sekitar badan sungai atau badan perairan lainnya tidak ditemukan
kehidupan satwa, dapat diduga kualitas air sudah memburuk (Woodford, 2015).
Karakteristik
limbah cair bisa dilihat dari sifat racunnya atau sifat-sifat yang dimiliki
Seperti
sifat fisika, kimia dan biologis dengan melihat parameter yang diukur
a. Berdasar
sifat racunnya (sangat beracun, moderat, kurang beracun dan tdk beracun)
b. Berdasar
sifat yang dimiliki dengan melihat parameter yang diukur
1. Fisika (padatan total, kekeruhan, daya hantar listrik(DHL),
bau, suhu, warna
2. Kimia
(organik, anorganik dan gas)
3. Biologis
dengan melihat golongan mikroorganisme yang terdapat dalam limbah cair tersebut
maupun organisme pathogen yang ada
3.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair.
Proses
pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan
pada limbah
cair sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah
tersebut
tidak mengganggu lingkungan penerima limbah è
karakteristik limbah
cair
Pengolahan
limbah cair dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu :
a.
Pengolahan fisika
b. Pengolahan kimia
c. pengolahan biologis
d. kombinasi.
Unit
Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada umumnya terdiri atas kombinasi dua
atau tiga
cara pengolahan tersebut di atas. Seluruh proses pengolahan tersebut bertujuan
untuk
menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organic
maupun
anorganik yang terlarut.
Menurut Haris (2015), bahwa
disamping menggunakan proses klarifikasi maupun proses filtrasi, salah satu proses pengolahan
limbah yang banyak digunakan adalah proses pengolahan limbah dengan menggunakan
bioteknologi. Proses ini menjadi fokus utama para pemerhati kesehatan, karena didalam
proses ini, limbah diurai tanpa menggunakan zat kimia tambahan yang dapat
berbahaya bagi kesehatan. Proses ini hanya menggunakan bakteri untuk mengurai
limbah hasil industri sehingga menghasilkan air buangan yang benar-benar aman
bagi lingkungan dan kesehatan. Jenis teknologi ini banyak digunakan di Negara Belanda sekarang .
Dalam proses ini pemilihan zat-zat bioteknologi menjadi salah satu aspek utama
agar tidak malah berdampak negatif pada pengolahan limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia, dan Kholil, 2018. Kimia Dan Lingkungan
Industri. Penerbit WR. Yogyakarta.
Haris Askari, Perkembangan
Pengolahan Air Limbah, 2015, 1-10
https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/04/dampak-pencemaran-air-upaya-mengatasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.