Oleh : Dendi Anggara
Artikel ini
bertujuan untuk menambah wawasan pengenalan kita terhadap material kimia yang
sangat familiar di kehidupan sehari-hari yaitu Plastik. Plastik adalah polimer hidrokarbon rantai panjang yang terdiri
atas jutaan monomer yang saling berikatan dan tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (Trisunaryanti, 2018). Plastik adalah salah satu bahan yang
dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, alat makanan
(sendok, garpu, wadah, gelas), kantong pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa
pralon, plastik laminating, gigi palsu, sikat gigi, compact disk (CD), kutex
(cat kuku), mainan anak-anak, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Sejak
ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan barang - barang
berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan plastik ini
merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga jumlah
populasi penduduk. Dengan penjelasan singkat ini saja, sudah tidak bisa lagi
kita uraikan betapa besar dan banyak nya manfaat yang kita rasakan dengan
adanya bahan plastik ini. Namun, dengan manfaat besar dalam setiap lini
kehidupan sehari – hari kita. Tak urung plastik juga menyeret berbagai
permasalahan dalam lingkungan dan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan
kehidupan makhluk hidup di bumi. Plastik mendapat perhatian lebih dalam
pembahasan Kimia Kontekstual mengenai polimer, hal itu mengingat dampak
lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan nya. Sebagai catatan, sampah yang
mengandung komponen plastik seperti piring plastik bekas, mangkuk Styrofoam
bekas makanan cepat saji atau popok bayi sekali pakai, tidak akan mengalami
dekomposisi didalam tanah, meskipun telah terkubur puluhan hingga ratusan tahun
(Hidayat dan Kholil, 2018).
Sebelum lebih
jauh uraian tentang dampak bahaya yang ditimbulkan oleh plastik, berikut
pengenalan terhadap jenis – jenis plastik yang ada di sekitar kita :
1.
PET — Polyethylene Terephthalate
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %). Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Titik lelehnya 85ºC. Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.
2.
HDPE — High Density Polyethylene
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan dengan plastik dengan kode PET. Ada baiknya tidak menggunakan wadah plastik dengan bahan HDPE terus menerus karena walaupun cukup aman tetapi wadah plastik berbahan HDPE akan melepaskan senyawa antimoni trioksida secara terus menerus.
3.
V — Polyvinyl Chloride.
Bahan ini lebih
tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll. PVC mengandung DEHA yang dapat
bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat
bersentuhan langsung dengan makanan tersebut, tititk lelehnya 70 – 140ºC.
Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor
dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan.
Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat
badan. Jika jenis plastik PVC ini
dibakar dapat mengeluarkan racun. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus
makanan atau kemasan minuman, seperti bahan alami (daun pisang misalnya).
4. LDPE
— Low Density Polyethylene.
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol yang lunak. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan bahan ini.
5.
PP — Polypropylene
Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. Titik lelehnya 165ºC.
6.
PS — Polystyrene
Polystyrene
merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam
makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena
selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf, juga
bahan ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses
yang sangat panjang dan lama. Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan
plastik, maka bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan
sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna
kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. Titik leleh pada 95ºC.
7.
OTHER
Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN - styrene acrylonitrile, ABS – acrylonitrile butadiene styrene, PC – polycarbonate, Nylon. PC – polycarbonate, dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Padahal biasanya botol susu dipanaskan dengan cara direbus atau dengan microwave untuk tujuan sterilisasi atau dituangi air mendidih atau air panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Setelah kita
perhatikan dengan seksama jenis – jenis plastic dan bahaya yang ditimbulkan,
kita bisa menarik suatu kesimpulan bahwa, manfaat yang kita terima dari adanya
bahan plastic ini telah menghasilakan bahaya yang juga tidak sedikit. Sampah
plastik membutuhkan waktu 200 sampai 1.000 tahun untuk dapat terurai. Sampah
plastik dapat menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air tanah, dan makhluk
bawah tanah. Bahkan racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan
membunuh hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. PCB (Polychlorinated
Biphenyls) yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan, dan masih
banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah plastik (Wibowo dalam
Purwaningrum, 2016).
Di Indonesia,
kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton
per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1
juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di
tahun 2010, 2,4 juta ton, dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta
ton. Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula
sampah plastik. Berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap
hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total
sebanyak 189 ribu ton sampah/hari. Dari jumlah tersebut 15% berupa sampah
plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari (Fahlevi, 2012).
Penggunaan
plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan
tingkat ketergantungan manusia pada plastik semakin tinggi. Hal tersebut
disebabkan plastik merupakan bahan pembungkus ataupun wadah yang praktis dan
kelihatan bersih, mudah didapat, tahan lama, juga murah harganya. Tetapi
dibalik itu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik, dan
cara penggunaan yang benar.
Perkembangan
yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selalu
dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang dihasilkan, sebagai
contoh plastik. Kebanyakan plastic seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan
rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut adalah
epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil
poliklorin (PCB), acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate
(DEHP).
Penggunaan
bahan pelembut ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, sebagai contoh,
penggunaan bahan pelembut seperti PCB dapat menimbulkan kamatian pada jaringan
dan kanker pada manusia (karsinogenik), olehkarenanya sekarang sudah dilarang
pemakaiannya. Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal
sebagai yusho. Tanda dan gejala dari
keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada
perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan
kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan
pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di
Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat
mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam
makanan. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormone
kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak
sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker
hati.
Meskipun dampak
DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan
pada hewan sudah seharusnya membuat kita berhati-hati. Untuk menghindari bahaya
yang mungkin terjadi maka sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka
pakailah plastik yang terbuat dari polietilena dan polypropylene atau bahan
alami (daun pisang misalnya). Sedangkan plastik memiliki tekstur yang kuat dan
tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali
kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di
lingkungan kita tetapi pembakarannya dan akan mengeluarkan asap toksik yang
apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan
kesuburan.
Satu lagi yang
perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan adalah
kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan
kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain.
Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya
berasal dari gorengan), bisa terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal,
menyebabkan penyakit. Selain itu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan
hidup yang sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik.
Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas
kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar
plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan
sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
KESIMPULAN
Dengan uraian penjelasan
pada artikel ini, diharapakan pemahaman kita lebih jauh terhadap bahaya yang
ditimbulkan dari bahan – bahan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari
dengan bahan dasar plastik. Begitu banyak sekali bahaya yang bisa kita lihat
baik pada diri kita sendiri secara langsung, maupun pada lingkungan dan makhluk
hidup lain nya. Kita tidak bisa hanya berpikir terhadap manfaat yang bisa kita
ambil dari plastic, tetapi juga kita harus peka dengan bahaya yang dihalikan
nya. Mulai dari sekarang, muali dari diri kita, jika masih ada bahan pengganti
untuk plastik pada barang – barang yang kita gunakan. Gunakan lah bahan
tersebut, sekecil appun kontribusi kita mengurangi sampah plastik, tetap akan
berdampak baik.
DAFTAR PUSTAKA
Karuniastuti, Nurhenu, 2018. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Dalam http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-_Bahaya_Plastik_---_Nurhenu_K.pdf
(diakses pada tanggal 03 Agustus 2019)
Hidayat, Atep Afia dan
M.Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Penerbit
WR. Yogyakarta
Qodriyatun, Sri Nurhayati, 2018. Sampah Plastik: Dampaknya Terhadap Pariwisata Dan Solusi. Dalam http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-23-I-P3DI-Desember-2018-189.pdf
(diakses pada tanggal 03 Agustus 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.