@L01-Novia
Korelasi kimia
dan industri sangat erat, perkembangan
ilmu dan teknologi kimia secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan
teknologi industri.
Aplikasi ilmu kimia dalam bidang industri (industri proses kimia) semakin meluas baik untuk industri kimia dasar,maupun kimia olahan, termasuk salah satunya bidang otomotif. Industri sendiri merupakan usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Istilah produk dalam kimia industri melibatkan industri yang menghasilkan zat kimia dan limbah kimia. Produk yang dihasilkan dari industri merupakan produk yang diperlukan manusia dalam hal ini produk tersebut mempunyai nilai tambah (Atep Alfia Hidayat dan M. Kholil, 2018)
Aplikasi ilmu kimia dalam bidang industri (industri proses kimia) semakin meluas baik untuk industri kimia dasar,maupun kimia olahan, termasuk salah satunya bidang otomotif. Industri sendiri merupakan usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Istilah produk dalam kimia industri melibatkan industri yang menghasilkan zat kimia dan limbah kimia. Produk yang dihasilkan dari industri merupakan produk yang diperlukan manusia dalam hal ini produk tersebut mempunyai nilai tambah (Atep Alfia Hidayat dan M. Kholil, 2018)
Oleh karena itu, isu
kajian tentang penanganan dan pengelolaan limbah hasil industry menjadi hal
yang penting. Realita ini terutama mengacu nilai penting terkait manajemen
lingkungan dan komitmen terhadap penciptaan produk hijau yang ramah lingkungan
karena bisa di daur ulang. Sinergi indutrialisasi dengan manajemen lingkungan
terkait dalam dua aspek penting :
1.
Minimalisasi
sumber penghasil limbah.
Hal tersebut bergantung pada jenis
serta proses yang digunakan dalam menciptakan produk tersebut. Dimana hal
tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap jenis limbah yang
dihasilkan dan kualitas limbah. Berkaitan dengan hal ini, maka sistem
otomatisasi dalam proses produksi diharapkan bisa mereduksi sumber penghasil
limbah. Selain itu, modernisasi alat-alat produksi juga bisa menjadi acuan
terhadap meminimalisasi sumber penghasil limbah.
2.
Optimalisasi
pemanfaatan limbah hasil industri.
Jika mereduksi sumber penghasil
limbah tidak bisa dilakukan karena tergantung kepada jenis produk dan jenis
proses produksinya maka harapan terakhir dari industrialisasi adalah bagaimana
upaya untuk melakukan optimalisasi limbah yang dihasilkan. Proses ini terkait
dengan proses pengolahan limbah selama proses produksi sehingga hasil akhir
dari pengolahan limbah adalah limbah yang minimalis.
Dengan melakukan salah satu atau
dua aspek tersebut, konsep zero waste yaitu konsep mengurangi produksi sampah
dari sebelum dilakukannya produksi hingga berakhirnya produksi dapat terwujud,
untuk mewujudkan lean production di mayoritas industri (de Souza dan
Carpinetti, 2014; Prasanna dan Vinodh, 2013) :
1.
Reduce
Prinsip
reduce adalah meminimalisasi limbah, terutama hasil akhir proses produksi.
Meski demikian, bukan tidak mungkin tahap ini juga dapat dilakukan sedari awal
yaitu bahan baku dan proses produksi. Hal ini menunjukan semua proses produksi
pada dasarnya mampu diupayakan untuk menghasilkan limbah seminimal mungkin.
2.
Reuse
Prinsip
reuse adalah upaya pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan selama proses
produksi. Yang dimaksud pemanfaatan bisa dalam bentuk proses lanjutan atau
pemanfaatan untuk kegiatan di bidang yang lain, misalnya pakan ternak atau
pemanfaatan lainnya.
3.
Recycle
Prinsip
recycle adalah proses daur ulang dari limbah yang telah dihasilkan sehingga
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain tanpa mengurangi produksi.
Untuk di bidang
otomotif sendiri, adalah contoh industry yang menghasilkan limbah kimia. Keanekaragaman
jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan penghasil limbah
lainnya. Limbah hasil industri menjadi salah satu persoalan serius di era
industrialisasi. Oleh karena itu, regulasi tentang industrialisasi ramah
lingkungan menjadi isu penting (Basaran, 2013; Wilson, et al., 2012). Alasan
yang mendasari sebab limbah tidak hanya dari proses produksi tapi juga
kelangsungan hidup. Oleh karena itu, pengolahan limbah harus dilakukan sedari
dini ketika proses produksi terjadi. Artinya, pengolahan limbah harus dilakukan
dari hulu sampai hilir karena jika ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap
pencemaran akan berakibat fatal (Xue, et al., 2013; Mohanty, 2012).
1.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) didefinisikan sebagai limbah atau kombinasi limbah
yang karena kuantitas, konsentrasi, atau sifat fisika dan kimia atau yang
memiliki karakteristik cepat menyebar, mungkin yang merupakan penyebab
meningkatnya angka penyakit dan kematian, juga memiliki potensi yang berbahaya
bagi kesehatan manusia dan lingkungan ketika tidak sesuai pada saat
diperlakukan, dalam penyimpanan, transportasi, atau dalam penempatan dan
pengolahan (Anonim, 2006).
Berdasarkan PP No. 18
Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah
yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :
1.
Limbah mudah meledak
2.
Limbah mudah terbakar
3.
Limbah yang bersifat reaktif
4.
Limbah beracun
5.
Limbah yang menyebabkan infeksi
6.
Limbah bersifat korosif
Dalam
Identifikasi limbah B3 berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999
adalah sebagai berikut:
1.
Limbah B-3 dari sumber tidak spesifik
2.
Limbah B-3 dari sumber spesifik
3.
Limbah B-3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan (Anonim, 2006)
2.
Limbah Padat Industri Perakitan
Kendaraan Bermotor
Limbah Padat Industri
Perakitan Kendaraan Bermotor Berdasar Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999
tentang perubahan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 yang berisi
Pengelolaan Limbah B3, maka pada industri perakitan kendaraan bermotor terdapat
limbah B3 dari sumber spesifik. Sumber pencemaran berasal dari seluruh proses
fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin dan suku cadang, dan juga
perakitan itu sendiri. Atau lebih jelasnya berasal dari sludge proses produksi,
pelarut bekas dan cairan pencuci, residu proses produksi, sludge dari IPAL. Sumber
pencemaran utamanya yaitu logam dan logam berat ( terutama As, Cd, Br, Cr, Pb,
Ag, Hg, Cu, Zn, Se, Sn ), nitrat, residu cat, minyak dan gemuk, senyawa amonia,
pelarut mudah terbakar, asbestos, larutan asam (Anonim 2006).
3.
Cara Pengelolaan limbah B3
Cara pengelolaan limbah B3 secara
benar dilapangan agar tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar. Aspek yang
terkait dengan teknik operasional ialah:
1.
Identifikasi (Identification) limbah B3
2.
Penyimpanan (Storage) limbah B3
3.
Pengumpulan (Collect) limbah B3
4.
Pengangkutan (Transport) limbah B3
5.
Pengolahan (Treatment) limbah B3
6.
Pelabelan limbah B3
7.
Pemusnahan (Dispose) limbah B3
DAFTAR PUSTAKA
- - Basaran,
B. (2013). What makes manufacturing
companies more desirous of recycling? Management of Environmental Quality: An
International Journal : 107- 122.
- - de
Souza, R.V.B. dan Carpinetti. L.C.R. (2014). A FMEA-based approach to prioritize waste reduction in lean
implementation. International Journal of Quality & Reliability Management : 346-366.
- - Hidayat
Atep Alfia, Kholil Muhammad (2018). Kimia
dan pengetahuan Lingkungan Industri : 10.
-- Nasir M, Saputro Edy Purwo (2015). Manajemen Pengelolaan Limbah Industri
-- Nasir M, Saputro Edy Purwo (2015). Manajemen Pengelolaan Limbah Industri
- - Xue,
M., Li, J., dan Xu, Z. (2013). Management
strategies on the industrialization road of state-of-the-art technologies for
e-waste recycling: the case study of electrostatic separation: A review. Waste
Management & Research : 130- 140.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.