Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan
kontribusi besar dalam roda perekonomian nasional, diantaranya dengan
memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang diolah guna meningkatkan nilai tambah.
Semakin terbatasnya ketersediaan SDA dan daya dukung lingkungan, maka menuntut
pembangunan industri selain berpedoman pada peningkatan nilai ekonomi dan
keterlibatan sosial jugaharus memperhatikan perlindungan terhadap kualitas
lingkungan hidup dan ekosistem secara berkelanjutan.
Industri Hijau dapat didefinisikan sebagai industry berwawasan
lingkungan yang menyelaraskan pertumbuhan dengan kelestarian lingkungan hidup,
mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya alam serta
bermanfaat bagi masyarakat (Permenperin, 2011).
Industri Hijau adalah sebuah icon industri
yang harus dipahami dan dilaksanakan, yaitu industri yang dalam proses
produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber
daya secara berkelanjutan. Seiring dengan hal tersebut maka diperlukan dukungan
berbagai teknologi: untuk menghasilkan bahan baku tanpa membahayakan
kelestarian sumberdaya alam, untuk mengolah bahan baku secara efisien (zero
waste), untuk menyediakan energi alternatif pensubstitusi energi fosil, untuk
menyediakan bahan pembantu alternatif, serta untuk menangani limbah industri.
Inovasi teknologi yang berbasis nanoteknologi dan bioteknologi akan menjadi
bagian yang dapat mempercepat realisasi konsep industri hijau tersebut. Selain
itu, diperlukan langkah bijak untuk menjaga keseimbangan sumber daya alam
dengan melakukan manajemen lingkungan.
Di dalam Konsep Hijau secara luas, infrastruktur, desain dan sistem
dibuat sedekat mungkin dengan karakteristik ekosistem, dimana energi
dimanfaatkan secara efisien dan materi, alat atau bahan baku dimanfaatkan dari
satu entitas ke entitas yang lain dalam sistem siklus yang terbarukan
(renewable inputs) serta ikut serta dalam mensejahterakan masyarakat. Berikut
adalah prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam penerapan Konsep Hijau secara
luas:
1. Efisiensi energi dan energi terbarukan
Di dalam ekosistem dan metabolisme organisme, energi dimanfaatkan secara
fisik. Energi yang terlepas dalam bentuk kalor dimanfaatkan sebagai sumber
energi panas bagi subsistem lain di dalam sistem, atau diserap oleh sistem
lain. Panas yang diserap oleh sistem selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Konsep Hijau dilakukan dengan memanfaatkan energi
terbarukan yang tersedia di alam. Selanjutnya pemanfaatan energi terbarukan
yang semakin banyak akan mendorong pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.
Sumber energi terbarukan yang ada di alam yang paling utama dan berlimpah
adalah energi yang disediakan oleh sinar matahari. Sumber energi terbarukan
lainnya meliputi angin, energi potensial air, panas bumi dan biomassa.2. Efisiensi pemanfaatan sumber daya
Di dalam konsep hijau, sumber daya yang pada umumnya tersedia dalam
jumlah terbatas harus dimanfaatkan secara efisien. Teknologi Hijau adalah
teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya sehingga mengurangi
limbah yang dihasilkan atau yang dikenal sebagai zero-waste. Konsep zero-waste
production tidak hanya berhubungan dengan efisiensi pemanfaatan sumber daya,
tetapi juga dengan penerapan siklus materi di dalam sistem. Limbah yang
dihasilkan oleh satu subsistem harus dapat dijadikan sebagai sumber daya bagi
subsistem lainnya. Konsep seperti Recycle dan Reuse adalah penerapan dari siklus
materi dan efisiensi pemanfaatan sumber daya dalam Konsep Hijau.
3. Keterkaitan sistem alam – manusia
Green development tidak dapat dilepaskan dari pembangunan masyarakat.
Konsep Sistem Ekologi Sosial (SES) memperhatikan masyarakat sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem alam (ekosistem). Alam memberikan sumberdaya bagi
manusia, tetapi manusia juga memberikan masukan bagi siklus materi di dalam
ekosistem. Pembangunan berwawasan lingkungan yang tidak mengindahkan masyarakat
memiliki tendensi untuk gagal dan berpotensi menimbulkan masalah atau bahkan
dapat berpotensi menimbulkan bencana. Masyarakat dapat merusak lingkungan
melalui pemanfaatan eksploitatif, tetapi juga dapat berperan dalam memelihara
lingkungan melalui sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Konsep Hijau harus
turut serta dalam mengedepankan pemberdayaan masyarakat sekitar sebagai bagian
dari pembangunan yang ramah lingkungan.
4. Green Industrial Park
Daerah Kalundborg di Denmark merupakan salah satu daerah yang telah
menerapkan konsep Eco-Industrial Park yang terintegrasi dengan pemukiman dan
perkotaan. Di Kalundborg, berbagai industri seperti farmasi, penyulingan
minyak, pengolahan limbah pertanian, dan permunian air saling terintegrasi
dengan memanfaatkan energi dari Power Station yang memanfaatkan bahan baku
batubara disamping penggunaan energi terbarukan lain. Di kota ini, masyarakat
dapat berenang di danau yang mengandung air luaran dari pabrik (yang tentunya
telah diolah lebih dahulu) dan minum dari air kran hasil pengolahan air dalam
sistem ekoindustrinya. Innovista Industrial Park di kota Hinnon, Kanada juga
membangun pemukiman dan komplek industri berwawasan Hijau dengan membangun
bangunan hijau, mempertahankan jalur hijau dan taman kota di sebagian besar
kawasan, hingga mendesain tata letak pabrik agar asap pabriknya dapat diserap
oleh hutan kota di sekitarnya.
Daftar Pustaka
- Hidayat, Atep Afia dan Kholil,Muhammad.2017.Kimia Industri dan Teknologi Hijau,Jakarta:Pantona Media.
- Atmawinata, Achdiat. 2012. Efisiensi dan Efektivitas dalam Implementasi Industri Hijau. Jakarta
- http://www.kemenperin.go.id/artikel/8442/Seminar-Nasional-Teknologi-Industri-Hijau-2014:-Litbangyasa-Untuk-Mendukung-Realisasi-Industri-Hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.