Oleh :
Khadijah Zahrah (@F29-Khadijah)
Abstrak
Lingkugan
kimiawi disini melingkupi alami dan chemistry dilingkungan alami berfungsi
untuk mengurangi dan mencegah polusi langsung dari sumbernya. Ketertarikan muncul
untuk menggali informasi terkait efektifitas konsep kimia hijau atau green
chemistry yang terbilang masih rendah kesadaran dikalangan populasi.
Isi
Menurtu EPA
(2015) dalam Hidayat dan Kholil (2017) kimia Hijau (Green Chemistry) adalah
desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan
penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk
kimia, termasuk desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan akhir. Konsep
green chemistry berasal dari kimia organic, kimia anorganik, biokimia, kimia
analitik, dan kimia fisik.
Kimia hijau
berupaya membuat langkah-langkah kreatif dan inovatif beragam proses kimia,
baik dengan menggeser, menambah (atau mengurangi), dan memperbaharui proses
kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap kelangsungan hidu
umat manusia dan lingkungan sekitar, dengan tetap mengedepankan prinsip
optimisasi dalam proses produksi.
Paul Anastas
dari United Sattes Environmental Protection Agency dan John C. Warner
mengembangkan 12 prinsip kimia hijau yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian
green chemistry dalam tindak nyata. Green Chemistry : Theory and Practice
(Oxford University Press : new York, 1998).
12 Prinsip
Kimia Hijau
1. mencegah
limbah; Mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah dan tak meninggalkan
limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2. mendesain
zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman; Mendesain sintesa untuk digunakan
dengan zat kimia yang dihasilkan hanya sedikit atau menjadi racun bagi manusia
dan lingkungannya.
3. mendesain
sintesa kimia yang tidak terlalu berbahaya; Mendesain sintesa untuk digunakan
yang menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit bahanya bagi manusia
dan lingkungannya
4.
menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui; Menggunakan material dan bahan
baku yang bisa diperbarui, yang biasanya dibuat dari produk agrikultur atau
merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui
berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
5.
menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri; Meminimalkan limbah
dengan reaksi katalik. Pengkatalisi digunakan dalam jumlah kecil dan membawa
sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi lebih
diutamakan dibandingkan dengan bahan reaksi stoikometri, yang digunakan secara
berlebih dan hanya bekerja sekali. Anggraeni, N.I., Kamara, D.S., dan Dahlan,
A. 52
6.
menghindari turunan kimiawi Menghindari penggunaan grup penghambat, pelindung,
atau perubahan sementara karena turunan penggunaan bahan reaksi tambahan
menghasilkan limbah.
7.
memaksimalkan ekonomi atom; Mendesain sintesa agar produk akhir mengandung
proporsi maksimum dari penggunaan materi awal. Kalau pun ada atom yang terbuang,
sebaiknya jumlahnya hanya sedikit.
8. gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang
aman; Hindari penggunaan pelarut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain.
Jika unsure tersebut sangat penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
9.
tingkatkan efisiensi energy; Sedapat mungkin jalankan reaksi kimia pada suhu
dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan.
10.
mendesain zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan; Mendesain
produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah zat
tersebut digunakan supaya tidak terakumulasi dalam lingkungan.
11.
menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi: Melakukan
pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk
meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah.
12.
meminimalkan potensi terjadinya kecelekaan: Mendesain zat kimia dan bentuknya
untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan,
kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.
Terdapat beberapa
hal penting yang digaris bawahi pada Green chemistry ini, yaitu :
- Pengurangan jumlah limbah dari sumbernya
- Penggunaan katalis untuk mengefisiensikan bahan kimia yang digunakan
- Penggunaan bahan kimia yan tidak beracun
- Penggunaa energi yang dapat diperbaharui
- Penembangan efisiensi atom
- Penggunaan system “solvent Free” atau pelarut yang dapat diperbaharui oleh lingkungan
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Pantona Media : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.