Oleh
: Setiawan eji prayogi (@F24-Setiawan, @Proyek D09, )
Abstrak
Teknologi
merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis. Dengan kata lain
teknologi merupakan penjabaran dan tindak lanjut dari ilmu pengetahuan. Menurut Hidayat dan Kholil (2017) dalam Karyono (2009), teknologi masa kini (konvensional)
menawarkan kemudahan, kenyamanan dan kecepatan bagi aktivitas manusia. Namun
tanpa disadari teknologi tersebut cenderung konsumtif terhadap penggunaan
energy fosil. Di sisi lainnya melonjaknya konsumsi energy fosil menyebabkan
menipisnya cadangan minyak, memicu pemanasan bumi, perubahan iklim global, dan
menimbulkan beragam bencana bagi kehidupan manusia akibat limbah padat, cair
dan gas yang dihasilkan dari penggunaan teknologi di sector industry, perumahan
bisnis, transportasi dan sebagainya, yang sering kali tidak mendapat penanganan
sampai tuntas.
Kesadaran
akan perlunya teknologi yang lebih ramah lingkungan makin meluas. Teknologi
yang boros energy terutama sumber energy fosil, kalau tetap di pertahankan
berpotensi besar mengancam kerusakan permanen kondisi Planet Bumi. Sekaligus
membahayakan kehidupan umat manusia. Karyono (2009) menyebutkan, bahwa ketika
Eropa mengalami krisis energy pada tahun 1973, muncul istilah Teknologi Tepat Guna/TTG (appropriate technology). Prinsipnya ialah menghilangkan ketergantungan
pada sumber daya luar yang tidak dimiliki oleh masyarakat setempat. Pengolahan
teknologi tepat guna memanfaatkan sumber daya local secara efektif, efisien dan
tetap menjaga kelestarian lingkungan. Pada dasarnya teknologi tepat guna
menawarkan solusi masalah yang cenderung tidak selalu tergantung pada
penggunaan energy fosil.
Kata
kunci : Teknologi Tepat Guna (TTG)
Isi
pembahasan
Hadi, Sopyan dan Setya SM dan Syarif Bahry (2014) menjelaskan bahwa, cadangan minyak
indonesia diprediksi hanya
cukup 10-15 tahun
kedepan. Tingginya konsumsi energi
dari bahan bakar
fosil ditambah dengan
meningkatnya impor bahan
bakar minyak untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan ekonomi
nasional menimbulkan krisis ekonomi dan
energi. Penggunaan bahan
bakar fosil juga
berdampak terhadap kerusakan lingkungan dengan
tingginya emisi gas
buang kendaraan yang
berbahaya terhadap kesehatan. Dengan kondisi
permasalahan tersebut dengan
memperhatikan aspek ekonomi,
lingkungan hidup, dan pemanfaatan
sumber daya alam
yang berlanjut ketersediannya maka
perlu dieksplorasi
penelitian dan pengembangan
menggali sumber energi
baru dan terbaharukan (new and
renewable energy) yang
arahnya kepada energi
biomassa yaitu bioetanol
dari penyadapan nira hutan
mangrove nipah sebagai
potensi wilayah pesisir
pantai.
Penyedian produksi
etanol untuk industri
energi hijau atau
biofuel saat ini
masih didominasi dari bahan
baku tanaman dengan
pola farming energy
yaitu berasal dari
tanaman yang berfungsi
ganda untuk kebutuhan
industri pangan dan
energi juga seperti
tebu, jagung, singkong. Hanya
sebagian kecil dari
bukan komoditi tanaman
pangan akan tetapi
ditanam pada lahan potensial
tanaman pangan serta
dalam proses pemanenan
juga memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi. Energi hijau
berbasiskan farming energy
atau sistem budidaya
dimulai melalui beberapa pola
tahapan yaitu diawali
dengan pembersihan lahan,
pengolahan tanah, pembibitan, persemaian,
penanaman, pemanenan habis
melaui cara potong
ataupun cabut selanjutnya kembali
ketahap proses semula.
Sistem farming energy
ini terus terjadi
berulangulang setiap tahun
dan musim tanam
mengakibatkan degradasi terhadap
kualitas humus tanah. Sehingga
berdampak pada masalah
lingkungan yaitu dengan
mengorbankan ekosistem alami kearah
bentuk lain atau
tujuan tertentu dari
fungsi aslinya. Sehingga
muncullah konsep ide
yaitu mencari solusi
energi hijau yang
serasi dengan lingkungan dengan
tetap menjalankan fungsi
lingkungannya yaitu ditinjau
dari ketersedian dan keberlanjutan
sumber bahan baku
ekosistem alami dengan
tetap menjaga fungsi ekologisnya atau
diistilahkan “Eco-green Energi”.
Hal ini
tergambar dari potensi
ekosistem hutan mangrove Indonesia
yang memiliki pulau
dan pantai dengan
wilayah pesisir terluas
di dunia. Ekosistem mangrove
jenis Nipah dimungkinkan untuk
dapat dijadikan sumber
bahan baku energi hijau
potensial berpola pengelolaan
konservasi lingkungan dan
bernilai ekonomis. Ekosistem hutan
mangrove nipah memiliki
fungsi sebagai proteksi
kawasan pesisir pantai, penahan
angin, gelombang dan
tsunami, intrusi air
asin, sumber oksigen, penyerap CO2
dan nursery ground
sekaligus memiliki nilai
sebagai sumber bahan
baku energi hijau bioetanol.
Seperti
halnya teknologi lain, Tambunan, Djaban (2014) menjelaskan bahwa TTG di
samping mempunyai beberapa
keunggulan, juga kelemahan
dibandingkan dengan teknologi modern seperti disajikan berikut ini.
1. Keunggulan TTG Beberapa keunggulan
TTG dibandingka dengan
teknologi modern adalah
sebagai berikut :
a.
Memerlukan biaya lebih kecil dalam pengadaan dan operasinya.
b.
Memerlukan lebih sedikit sumberdaya.
c.
Lebih mudah dipelihara.
d.
Mempunyai dampak lingkungan yang minimal.
e.
Lebih sesuai untuk
masyarakat di sekitar hutan.
F.
Dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh orang
yang tingkat penguasaan teknologinya rendah
g.
Menggunakan teknologi sederhana atau relatif
sederhana.
h.
Sesuai untuk kegiatan ekonomi berskala kecil.
i.
Berfokus pada ekonomi masyarakat kelas menengah dan bawah.
j.
Pembangunan dan penggunaan
TTG membuka seluas-luasnya partisipasi masyarakat lokal.
k.
Tidak perlu tergantung pada barang impor.
2. Kelemahan TTG Di samping
berbagai keunggulan tersebut
di atas, terdapat
juga beberapa kelemahan TTG
sebagai berikut :
a.
Kurang mampu beroperasi di medan yang berat.
b.
Kurang mampu menangani kayu berukuran besar.
c.
sulit meyakinkan masyarakat
untuk memberikan apresiasi
pada produk lokal.
d.
Biasanya sulit mendapatkan
orang yang kreatif
dalam mengembangkan TTG di
masyarakat tingkat bawah.
e.
sulit mendapakan kredit
untuk mengembangkan TTG
di kelas masyarakat ekonomi lemah.
Daftar
Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan
M. Kholil.(2017). Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media :
Jakarta.
Hadi, Sopyan dan Setya SM dan Syarif Bahry (2014). Karakteristik dan potensi dari air nira nipah (nypah fruitcans) untuk penerpan skala teknlologi tepat guna.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138831&val=2277&title=KARAKTERISTIK%20DAN%20POTENSI%20BIOETANOL%20DARI%20NIRA%20NIPAH%20(Nypa%20fruticans)%20UNTUK%20PENERAPAN%20SKALA%20TEKNOLOGI%20TEPAT%20GUNA (diunduh tgl 16 febuary 2018)
Tambunan, Djaban (2014). Teknologi tepat guna
dalam pemanenan hutan di Indonesia: perkembangan, keunggulan,kelemahan dan
kebijakan yang diperlukan untuk optimasi pemanfaatannya
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=173533&val=6165&title=TEKNOLOGI%20TEPAT%20GUNA%20DALAM%20PEMANENAN%20HUTAN%20DI%20INDONESIA:%20PERKEMBANGAN,%20KEUNGGULAN,%20%20KELEMAHAN%20DAN%20KEBIJAKAN%20YANG%20DIPERLUKAN%20UNTUK%20OPTIMASI%20PEMANFAATANNYA (diunduh tgl 16 febuary 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.