Abstrak
Energi surya merupakan
energi terbesar di bumi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Energi
ini dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan
pada masa sekarang dan mendatang. Sasaran pemanfaatan listrik surya adalah elektrifikasi
untuk daerah terpencil sebagai pemerataan hasil pembangunan, pemanfaatan energi
lokal sebagai pelaksana kebijaksanaan pemerintah tentang penggunaan energi
terutama non BBM, dan sebagai energi alternatif untuk keperluan cadangan energi
pada konsumen listrik. Selain itu energi surya dapat juga dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik sebagai cadangan pada penggunaan laboratorium apabila aliran
listrik tidak menyala. Penelitian terlebih dahulu melihat karakterisrtik energi
listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi cuaca dan
lamanya penyinaran pada suatu daerah yang berpengaruh terhadap nilai intensitas
cahaya, tegangan (V), arus (I) dan daya yang dapat ditimbulkan. Dari penelitian
didapatkan Panel surya yang terpasang dapat menghasilkan daya 431.55 Watt
selama 9 jam penyinaran matahari selama satu hari.
Kata kunci : energi
surya, Energi Hijau, PLTS Mesin Stirling
Pendahuluan
Energi Surya adalah
sumber energi yang tidak akan pernah habis ketersediaannya dan energi ini juga
dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang akan di ubah menjadi energi
listrik, dengan menggunakan sel surya. Energy ini merupakan salah satu energy terbarukan
.Sel surya atau solar call sejak tahun 1970-an telah mengubah cara pandang kita
tentang energi dan memberi jalan baru bagi manusia untuk memperoleh energi
listrik tanpa perlu membakar bahan bakar fosil sebagaimana pada minyak bumi,
gas alam, batu bara, atau reaksi nuklir. Sel surya juga mampu beroperasi dengan
baik di hampir seluruh belahan bumi yang tersinari matahari tanpa menghasilkan
polusi yang dapat merusak lingkungan sehingga lebih ramah lingkungan.
Cara kerja sel surya adalah dengan
memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel, Sebagaimana diketahui bahwa cahaya
baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat
sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel yang disebut dengan photon.
Penemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905.
Panel surya adalah alat
yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka
disebut surya atas Matahari atau "sol" karena Matahari merupakan
sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Panel surya sering kali disebut
sel photovoltatic, photovoltaic dapat diartikan sebagai
"cahaya-listrik". Sel surya atau sel PV bergantung pada efek
photovoltaic untuk menyerap energi Matahari dan menyebabkan arus mengalir
antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan.
Di Indonesia
pemanfaatan Energi matahari sebagai pembangkit listrik belum maksimal,
mengingat energi matahari yang melimpah di Indonesia yang terletak pada garis
khatulistiwa. Sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun di seluruh wilayah
Indonesia memiliki radiasi matahari rata-rata 4,8 kWh/m2 . Kriteria wilayah
indonesia ini memiliki potensi untuk pembangunan pembangkit tenaga surya.
Menanggulangi padamnya
listrik, industri besar menggunakan genset sebagai pengganti, yang memerlukan
jumlah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tinggi dan harganya semakin mahal membuat
industri besar berfikir ulang untuk menekan biaya produksi. Lokasi yang berada
di dataran tinggi dengan potensi radiasi sinar matahari yang baik, pembangkit
tenaga surya cocok digunakan mengingat energi panas matahari yang tidak akan
pernah habis. Penulis mencoba melakukan pengembangan pembangkit listrik solar
dish stirling sebagai energi alternatif untuk membantu mengatasi terbatasnya pasokan listrik.
ISI
Sel surya atau yang
disebut juga (Fotovoltaik ) adalah piranti semiconductor yang dapat mengubah
energi matahari secara langsung menjadi energ listrik DC (arus searah) dengan
menggunakan kristal Si (silicon ) yang tipis. Sebuah kristal silindris Si
diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si
itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong stebal 0,3
mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan
sel surya (fotovoltaik ). Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi
sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja anti
karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan
sel itu diberi sambungan yang berbeda potensial yang menyatu disebut dengan
daerah deplesi ( depletion region ). Bila sel-sel itu terkena sinar matahari
maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga
listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan
luas permukaan sel itu ( wikipedia.org 2010 ).
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam,
ada elektron yang keluar dari permukaan logam. Gejala ini disebut efek
fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua
buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain
dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat
terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat, arus
listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang
lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk
arus listrik. Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan
sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik.
Cara kerja dari
photovoltaic cell sangat tergantung kepada sinar matahari yang diterimanya.
Kondisi iklim (missal awan tebal dan kabut) mempunyai efek yang sangat
signifikan terhadap jumlah energi matahari yang diterima sel sehingga akan
mempengaruhi pula unjuk kerjanya seperti pembuktian dalam penelitian Youness
et. al. (2005) dan Pucar dan Despic (2002).
Potensi
Energi Surya
Energi surya merupakan
energi yang potensial dikembangkan di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan
negara yang terletak di daerah khatulistiwa. Energi surya yang dapat
dibangkitkan untuk seluruh daratan Indonesia yang mempunyai luas 2 juta km2
rata-rata sebesar 5,10 mW atau 4,8 kWh/m2/hari. Oleh karena itu energi surya
memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan energi fosil, diantaranya:
· Sumber energi
yang mudah didapatkan.
· Ramah
lingkungan.
· Sesuai untuk
berbagai macam kondisi geografis.
· Instalasi,
pengoperasian dan perawatan mudah.
· Listrik dari
energi surya dapat disimpan dalam baterai, dipakai langsung atau disambungkan
ke grid.
Energi surya berupa
radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ke bumi berupa cahaya matahari yang
terdiri atas foton atau partikel energi surya yang dikonversikan menjadi energi
listrik. Energi surya yang sampai pada permukaan bumi disebut sebagai radiasi
surya global yang diukur dengan kepadatan daya pada permukaan daerah penerima.
Rata-rata nilai dari radiasi surya atmosfir bumi adalah 1.353 W/m yang
dinyatakan sebagai konstanta surya (Buku Panduan PNPM Energi Terbarukan, 2011).
Intensitas radiasi
surya dipengaruhi oleh waktu siklus perputaran bumi, kondisi cuaca meliputi
kualitas dan kuantitas awan, pergantian musim dan posisi garis lintang.
Intensitas radiasi sinar matahari di Indonesia berlangsung 4 - 5 jam per hari.
Produksi energi surya pada suatu daerah dapat dihitung sebagai berikut:
𝐸=𝐼 𝑥 𝐴
dimana, E = Energi
surya yang dihasilkan (W) I = Irradiasi/Intensitas radiasi surya rata-rata yang
diterima selama satu jam (W/m2 ) A = Luas area (m2 )
Teknologi
Pembangkit Listrik Dish Stirling
Pembangkit listrik
tenaga surya berbasis mesin stirling menggunakan cermin yang berbentuk parabola
berfungsi sebagai reflektor. Fungsi reflektor ini ialah untuk memantulkan dan
memfokuskan cahaya matahari ke receiver atau heat driver yang dipasang diatas
cermin pemfokus tersebut. Receiver kemudian menyerap energi cahaya matahari
tersebut dalam temperatur yang sangat tinggi dan mengubahnya menjadi energi
panas. Energi panas ini dapat langsung digunakan sebagai pemanas untuk membantu
dalam proses reaksi kimia, tapi yang sering digunakan ialah untuk pembangkit
tenaga listrik. Energi panas ini kemudian dirubah lagi menjadi energi gerak
atau mekanik dalam mesin stirling. Energi panas ini berfungsi untuk menggerakan
piston-piston yang ada didalam mesin stirling. Generator yang sudah tergabung
dalam mesin stirling merubah energi mekanik dari piston menjadi energi energi
listrik yang berbentuk Alternating Current (AC).
Sistem pembangkit
tenaga surya berbasis mesin stirling menangkap cahaya matahari dan
mengkonsentrasikannya ke mesin stirling. Energi ini ditransfer melalui receiver
atau penerima panas yang dapat menyerap dan menyalurkan energi panas ke mesin
stirling. Dalam sistem ini, mesin stirling mempunyai peran paling penting dari
keseluruhan proses sistem. Efisiensi yang tinggi, kestabilan daya keluaran,
murah perawatan dan berpotensi dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
membuat mesin stirling ini, mesin yang paling cocok digunakan dalam sistem
pembangkit listrik tenaga surya. Sebuah mesin stirling sederhana terdiri atas
Piston kompresi, piston kontraksi dan tiga buah heat exchanger. (IJRED, 2016).
Sebuah sistem
pembangkit listrik tenaga surya berbasis mesin stirling merupakan pembangkit
yang berdiri sendiri (stand alone) mirip dengan pembangkit listrik tenaga
angin. Sistem pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri atas collector atau
concentrator dan Power Conversion Unit. (SES, 2007)
Mesin stirling
menggunakan pembakaran diluar, oleh karena itu mesin ini dapat menghasilkan
gaya mekanik dari berbagai sumber energi, terutama energi matahari. Dalam kurun
waktu beberapa tahun ini, banyak teknisi yang menganalisis mesin stirling dan
heat losses-nya. Namun, ada beberapa pekerjaan analisis yang berfokus untuk
mengoptimalkan daya keluaran dan efisiensinya. Performa Mesin Stirling
bergantung pada prinsip kerja fluida dan termodinamika dan tipe mesin stirling
itu sendiri. (IJRED, 2016).
Kesimpulan
1.
Intensitas cayaha yang masuk dan
terserap oleh panel surya setiap waktu selalu berubahubah, umumnya intensitas
cahaya matahari pada pagi dan sore hari rendah, intensitas cahaya matahari pada
pagi hari dalam kondisi cerah adalah 185051 lux pada jam 09:00 sedangkan disore
hari jam 17:00 sebesar 98100 lux.
2.
Panel surya yang terpasang dapat
menghasilkan daya 431.55 Watt selama 9 jam penyinaran matahari selama satu
hari.
3.
Pembangkit listrik tenaga surya berbasis
mesin stirling model SES menghasilkan energi listrik sebesar 30.895 kWh atau 31
MWh, WGA 12.322 kWh atau 12,3 MWh, SBP 5.353 kWh atau 5,4 MWh tiap tahun,
terbilang tinggi untuk satu pembangkit listrik energi terbarukan.
4.
Penggunaan solar cell dapat menghemat
pengeluaran biaya untuk listrik dalam jangka panjang.
DAFTAR
PUSAKA
HIdayat, Atep Afia dan
Muhammad Kholill, (2017), Kimia, Industri dan Teknologi Hijau , Pantona Media.
Kurnianto, Fajar,
(2016), Analisis potensi Pembangkit Listrik
Solar Dish Stirling dalam penyediaan energy listrik di bidang industry.
Dzulfikar, daffi dan
wisnu broto, (2016),Optimalisasi pemanfaatan energy tenaga surya skala rumah
tangga
Dewi, Afrita Yuanna dan
antonov, (2013), Pemanfaatan Energi surya senagai suplai cadangan pada
laboratorium elektro dasar di Institut
Teknologi Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.