Oleh : Mohamad Hanafiah Dwijaya (F30-Mohamad)
Abstrak
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif.
Biodiesel dapat dibuat dari minyak sawit dan bahan baku lainnya. Penelitian ini
mempelajari kondisi optimum minyak Biodiesel minyak sawit dengan reaksi
metanolisis katalis heterogen kalsium oksida (CaO) komersial dibantu oleh
penyinaran gelombang mikro. Perlakuan awal katalis untuk mendapatkan kondisi
optimum telah dilakukan kalsinansi pada 500oC selama 1 jam. Pengurangan FFA
mencapai 0,2% dengan esterifikasi. Hasil biodiesel dianalisis dengan gas
kromatografi untuk mengukur total konversi metil ester. Kondisi optimum untuk
transesterifikasi adalah 400 watt dengan katalis 5% CaO dari berat minyak,
memiliki yield biodiesel 75,60% dan konversi metil ester 92%. Secara umum,
kualitas produk biodiesel dalam percobaan ini tidak dapat memenuhi persyaratan
standar biodiesel secara komersial. Kata Kunci : Biodiesel, Minyak Sawit,
Katalis Heterogen, Gelombang Mikro, CaO
PENDAHULUAN
Selama krisis energi dewasa ini, harga minyak mentah menjadi
mahal dan masalah lingkungan telah mendorong pemerintah dan masyarakat untuk
menetapkan kebijakan energi nasional dengan penekanan pada energi terbarukan
seperti biodiesel untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan untuk
meningkatkan keamanan energi negara. Di Thailand dan Indonesia, kelapa sawit
adalah sumber daya biomassa yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber energi
terbarukan untuk produksi biodiesel. Minyak sawit mentah (KELAPA SAWIT) dari buah
sawit telah menghasilkan sekitar 180 kg per ton tandan buah segar (TBS)
(H-Kittikun et al., 2000). Pada tahun 2007, tingkat produksi TBS dari hampir
6,4 juta ton per tahun secara teori dapat digunakan untuk memproduksi 1,15 juta
ton minyak sawit per tahun (OAE, 2009). Biodiesel biasanya dibuat dengan reaksi
transesterifikasi trigliserida (minyak nabati) untuk metil ester dengan metanol
menggunakan natrium atau kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metanol
sebagai katalis. Biodiesel dapat diproduksi melalui reaksi antara minyak sawit
dengan alkohol menggunakan katalis heterogen. Dalam penelitian ini, jenis
alkohol yang digunakan adalah metanol sebagai alkohol derivatif yang memiliki
berat molekul rendah sehingga kebutuhan untuk alkoholisis relatif sedikit,
lebih murah dan lebih stabil. Selain itu, aktivasi reaksi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan etanol (Prihandana et al., 2006). Jadi reaksi untuk
menghasilkan biodiesel disebut reaksi metanolisis. Katalis yang sering
digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis homogen, katalis homogen
tidak begitu populer sekarang karena proses pemisahannya yang sulit. Jadi
alternatif lainnya adalah katalis heterogen yang dianggap lebih ekonomis dan
lebih mudah dalam pemisahan produk biodiesel . KOH dan NaOH sering digunakan
dalam produksi biodiesel sebagai katalis homogeny, namun penggunaan katalis ini
memiliki kelemahan, yaitu pemisahan katalis dari produk cukup rumit . Sisa
katalis homogen dapat menjadi limbah dari biodiesel yang dihasilkan ( Herman.S &
Zahrina.I , 2006) . Selain itu, Katalis homogen dapat bereaksi dengan asam
membentuk sabun lemak bebas sehingga akan mempersulit pemurnian , menurunkan
hasil biodiesel dan meningkatkan konsumsi katalis dalam reaksi metanolisis (
Gozan et al ,2007;Nasikin et al, 2004 ) . Penggunaan katalis heterogen dalam
produksi biodiesel dapat mengatasi beberapa kelemahan yang dimiliki oleh
katalis homogeny. Pemisahan katalis heterogen produk cukup sederhana , yaitu
dengan menggunakan penyaringan . Salah satu katalis yang dapat digunakan dalam
reaksi metanolisis heterogen adalah kalsium karbonat ( CaCO3 ) yang dibakar
pada suhu dan waktu tertentu ke Kalsium Oksida ( CaO ) Gambar 1. Reaksi
metanolisis dengan katalis basa heterogen CaO2 2. METODOLOGI
Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode eksperimen di laboratorium. Pembuatan biodiesel dari
minyak sawit menggunakan katalis Heterogen (CaO) dibantu dengan radiasi
gelombang mikro. Kondisi optimum diperoleh dengan memvariasikan kekuatan
microwave, dan katalis. Biodiesel yang dihasilkan dianalisa densitas, yield,
FFA, Angka asam dengan metode uji laboratorium dan Konversi menggunakan Gas
Chromatography. Bahan baku biodiesel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Refined Palm Oil dan metanol 98% (MERCK). Katalis yang digunakan yaitu katalis
homogen asam sulfat pekat 98% untuk esterifikasi dan katalis heterogen kalsium
oksida (CaO) 96% untuk reaksi transesterifikasi. Aktivasi katalis dilakukan
sebelum reaksi transesterifikasi, dengan memanaskan CaO pada furnace dalam
temperature 500oC selama 1 jam. Pada penelitian ini digunakan variable bebas
dan variable tetap. Variabel bebas yang dipelajari adalah konsentrasi katalis
1%, 3%, 5% dari berat minyak dan kekuatan daya gelombang mikro 200 watt, 300
watt, dan 400 watt. Sedangkan variable tetap adalah perbandingan mol metanol
dan minyak sebesar 18:1, waktu reaksi 20 menit, kecepatan pengadukan
transesterifikasi 600 rpm, jumlah katalis asam sulfat 3% dari berat minyak
sebanyak 100 gram untuk setiap sampel. Langkah pertama yang dilakukan dengan
pengurangan FFA melalui reaksi esterifikasi terlebih dahulu untuk mengubah asam
lemak menjadi ester dengan pemanasan konvensional selama 60 menit dengan
temperature 65oC dijaga konstan sampai reaksi selesai. Hasil esterifikasi
didiamkan selama 24 jam di corong pemisah dan hasil esterifikasi pada lapisan
bawah corong pisah akan digunakan pada reaksi transesterifikasi. .Langkah
selanjutnya dalam penelitan ini adalah pretreatment katalis kalsium oksida
dengan kalsinasi katalis CaO di dalam tungku dengan temperature 500oC selama 1
jam, lalu dicampurkan dengan metanol yang akan direaksikan dan diaduk selama 15
menit dengan kecepatan pengadukan 300-400 rpm. Setelah perlakuan katalis
selesai, reaksi metanolis dilakukan pada reaktor batch berupa labu reaksi yang
dihubungkan dengan kondensor pada microwave konvensional seperti yang
ditunjukkan gambar 2. Reaksi dilakukan untuk semua variasi katalis dan daya
gelombang mikro. Hasil transesterifikasi didiamkan pada corong pisah selama 6
jam dan biodiesel dipisahkan dari gliserol, katalis lalu dicuci dengan aquades
dengan perbandingan 1:1, temperature aquades 50-60oC untuk memisahkan sabun
dari crude biodiesel. Pencucian dilakukan di corong pisah selama 2 kali dan
biodiesel dikeringkan pada oven laboratorium dengan temperature 90oC selama 6
jam untuk menghilangkan kadar air. Dari hasil uji biodiesel akan didapatkan
perolehan yield biodiesel, FFA hasil transesterifikasi, angka asam, densitas,
dan konversi biodiesel yang dianalisa gas kromatografi AS 2000.
3. HASIL DAN
PEMBAHASAN Dalam pembuatan biodiesel menggunakan minyak kelapa sawit sebagai
bahan baku telah ditemukan bahwa kandungan asam lemak bebas masih cukup tinggi
untuk melakukan reaksi metanolisis , sebelum reaksi dilakukan , kita perlu
mengurangi persentase asam lemak bebas dalam minyak sawit dengan mengkonversi
asam lemak bebas ( FFA ) menjadi ester melalui reaksi esterifikasi. Rasio molar
metanol dengan minyak adalah 18:1 , lalu ditambahkan ke 100 gr minyak dan 3 %
asam sulfat ( H2SO4 ) dari berat minyak . Esterifikasi dilakukan dengan
pemanasan konvensional selama 1 jam pada suhu 65oC (Buathip T et al, 2013).
Diketahui kandungan FFA pada minyak sebanyak 1,06 % dan setelah pengurangan FFA
melalui esterifikasi , asam lemak bebas ( FFA ) telah berubah menjadi 0,20 % .
Menurut Garpen ( 2004) kadar FFA diperbolehkan dalam katalis basa adalah < 1
% atau setara dengan 2 mg KOH/g sampel ( Berrios , 2007) . Reaksi esterifikasi
membutuhkan metanol dan katalis asam untuk mengubah FFA menjadi ester dan air.
Penggunaan katalis asam untuk reaksi ini memiliki alasan yaitu tidak
menyebabkan reaksi saponifikasi dengan kandungan FFA tinggi. Studi tentang
pembuatan biodiesel melalui pemanasan batch konvensional telah dilakukan oleh
banyak orang dan tentunya lebih mahal karena energi yang dipakai lebih tinggi
dan waktu proses yang lama , Padil (2010) telah melakukan penelitian tentang
transesterifikasi minyak nabati dengan menggunakan CaO dengan pemanasan batch
konvensional dan dihasilkan konversi methyl ester sekitar 73,03 % dan 73,38 %
reaksi ini membutuhkan suhu sekitar 105oC dengan waktu reaksi 1,5 jam . Ini
berarti menggunakan pemanas konvensional membutuhkan waktu reaksi yang lama
untuk membuat FAME (Fatty Acid Methyl Ester), namun kita dapat mengurangi semua
itu dengan microwave . Dalam hal ini microwave komersial digunakan reactor
skala batch . Metode batch memiliki beberapa keuntungan jika kita bandingkan
dengan metode continous karena lebih mudah dalam mengontrol proses dan tidak
perlu banyak peralatan untuk melakukan percobaan. Transesterifikasi membutuhkan
banyak metanol untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester , itu sebabnya
dalam penelitian menggunakan perbandingan molar tinggi antara metanol dan
minyak (18:01) , hal itu akan membuat keseimbangan reaksi akan bergerak ke arah
kanan (produk) dan membuat konversi metil ester menjadi lebih tinggi , karena 3
mol metanol dan 1 mol trigliserida akan membentuk 3 mol metil ester dan 1 mol
gliserol. ( Bradshaw dan Meuly , 1994). Dalam percobaan ini telah dilakukan
reaksi transesterifikasi dengan berbagai katalis 1 % , 3 % dan 5 % dari berat
minyak untuk setiap sampel dan juga kekuatan daya microwave 200 watt , 300 watt
, dan 400 watt . wakty setiap reaksi adalah sama yaitu 20 menit dan kecepatan
pengadukan yang sama juga untuk setiap sampel yaitu 600 rpm . Produk utama
metanolisis adalah biodiesel ( metil ester ) , dan gliserol. Biasanya proses
pembuatan biodiesel dengan katalis heterogen akan membuat 3 lapisan , bagian
bawah adalah katalis yang digunakan , bagian tengah adalah gliserol dan atas
adalah produk ( biodiesel), tapi dari percobaan ini didapatkan 4 lapisan dengan
pemanasan microwave dibawah 300oC . lapisan bagian atas adalah metanol berlebih
yang belum bereaksi atau diduga tidak bereaksi , di tengah adalah biodiesel ,
di lapisan 3 adalah gliserol dan lapisan 4 adalah katalis. Diasumsikan bahwa
pada suhu rendah metanol tidak dapat terkonversi penuh menjadi biodiesel karena
reaksi waktu yang singkat . Tetapi pada 300oC - 400oC ,,semua metanol telah
diubah menjadi biodiesel dan hanya menghasilkan 3 lapisan . Lapisan adalah
biodiesel , lapisan tengah adalah gliserol dan lapisan 3 adalah katalis. Hasil
yang ditampilkan produk dapat dilihat pada gambar 4.1. Kita bisa melihat dari
data yang ditampilkan hasil tertinggi adalah 300 watt daya microwave dan
katalis 1 % CaO menghasilkan 91% yield biodiesel. Dan yield terendah pada 200
watt daya dan dengan katalis 1 % CaO yang hanya memiliki 60,48% yield
biodiesel. Itu berarti 300 watt lebih baik daripada 200 watt . kekuatan daya
gelombang mikro telah dipelajari Putra,RP dkk ( 2012) , mereka mendapatkan
hasil sekitar 60,11% yield biodiesel dalam 20 menit reaksi pada 200 watt dengan
katalis 1 % CaO. Tapi untuk kondisi reaksi dengan suhu 300 watt dengan
konsentrasi katalis 3 % dan 5 % , yield biodiesel adalah berkurang dari 91,15%
menjadi 86,6 % dan 77,34 % . Diduga bahwa terjadi human error saat pencucian
biodiesel. Karena berdasarkan grafik di atas bahwa 200 watt dan 400 watt daya
gelombang mikro , yield biodiesel akan naik untuk katalis yang lebih tinggi .
Penggunaan katalis dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh, dalam hal waktu dan
suhu reaksi tergantung pada karakteristik masing-masing katalis. Penelitian
sebelumnya telah dilakukan menggunakan NaOH sebagai katalis basa homogen dan
membentuk biodiesel sebesar 98 % pada 260 Watt dan suhu operasi 50oC selama 20
menit. Gambar 3. Grafik Perbandingan Terhadap Yield Biodiesel Dengan Variasi
Katalis dan Daya Gelombang Mikro. suhu operasi 50oC selama 20 menit. ( Santoso
dan Wijaya, 2009). Seperti kita ketahui katalis homogen akan menghasilkan yield
yang lebih tinggi tetapi membutuhkan biaya produksi yang lebih besar dan
pemisahannya sulit. Analisis oleh Trace Gas Chromatography AS 2000 digunakan untuk
menentukan jenis senyawa yang terkandung dalam metil ester dari minyak sawit ,
dan untuk menghitung persentase konversi Fatty Acid Methyl Ester ( FAME ) pada
biodiesel yang terbentuk . Analisis ini menghasilkan puncak spektrum
masing-masing menunjukkan jenis metil ester tertentu. Berdasarkan data dari GC
, berbagai jenis metil ester untuk biodiesel dapat diketahui. Analisis senyawa
biodiesel dilakukan terhadap puncak fragmentasi yang dapat diidentifikasi
sebagai senyawa biodiesel berdasarkan kemiripan dengan senyawa standar. Senyawa
A dikatakan mirip dengan senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama
, pola serupa, fragmen, dan nilai indeks kesamaan yang tinggi . Untuk
menggunakan GC kita membutuhkan larutan standar,heksana dan sampel. Dalam penelitian
ini digunakan 2 ml heksana dan dicampur dengan 0,2 ml minyak.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Radiasi gelombang
mikro (microwave) dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan biodiesel dari
minyak sawit melalui proses transesterifikasi secara batch.
2. Penggunaan radiasi gelombang mikro dalam pembuatan biodiesel
dari minyak sawit dengan daya yang lebih tinggi mampu meningkatkan hasil yield
biodiesel . Daya yang optimal adalah 300 watt pada rasio mol minyak sawit
dengan metanol 1:18 dan jumlah katalis 1% dari berat minyak memiliki yield
biodiesel sebesar 91,15 %
3. Penyinaran gelombang mikro membuktikan bahwa dapat
mengurangi waktu reaksi menjadi sangat singkat. Semakin tinggi daya gelombang
mikro maka dapat meningkatkan konversi metil ester . Daya yang optimal adalah
400 watt pada rasio mol minyak sawit dengan metanol pada 1:18 dan persentase
konversi mencapai 92 % dari FAME
4. Kondisi optimum dalam percobaan ini berada pada 400 watt
dan 5 % CaO , yang memiliki hasil yang lebih baik daripada yang lain
5. Dari variasi berbagai katalis CaO , diperoleh bahwa kondisi
optimum untuk percobaan ini adalah 5 % katalis dari berat minyak dalam
perbandingan molar minyak dan metanol 1:18.
6. Semakin banyak penambahan katalis CaO pada daya 200 dan
400 watt dapat meningkatkan konversi
7. Senyawa biodiesel dari minyak sawit pada percobaan ini
telah dianalisa melaluii gas kromatografi (AS 2000) adalah sebagai berikut :
metil palmitat , metil palmitoleate , metil stearat , dan metil oleat.
8. Secara umum,
kualitas biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini belum dapat memenuhi persyaratan
standar cukup biodiesel Berdasarkan hasil studi eksperimental yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSAKA
Hidayat,Atep Afia , 2017, kimia ,industri dan teknologi
hijau
Susila Arita.R.*, Attaso.K, Rangga Septian,2013, pembuatan
biodiesel dari minyak kelapa sawit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.