ABSTRAK
Saat ini deterjen telah digunakan secara luas
oleh masyarakat, sehingga limbahnyapun tersebar di setiap badan air. Limbah
yang kadangkala nampak sebagai buih-buih putih tersebut dipastikan mempunyai
dampak negatif terhadap organisme air. Setiap organisme air mempunyai daya
tahan yang berbeda terhadap limbah deterjen “rinso”.
Kata Kunci : Pencemaran
Lingkungan, Deterjen, Organisme air
ISI
Saat ini deterjen telah menjadi bahan pembersih yang
tidak asing bagi seluruh lapisan masyarakat, baik yang tinggal di kampung, desa
maupun kota. Hal ini disebabkan karena deterjen dengan “surfaktan” nya mampu
menghasilkan buih diberbagai jenis air dengan jumlah yang lebih banyak dan
mempunyai daya pembersih yang jauh lebih baik daripada sabun. Sangat
disayangkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang deterjen dengan surfaktan ini
hanya terbatas pada sisi kelebihannya saja, tanpa mengetahui sisi kekurangannya.
Menurut Hidayat (2017),
pencemaran lingkungan merupakan efek dari perubahan yang tidak diinginkan dalam
lingkungan, yang secara langsung berpengaruh buruk terhadap kondisi tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Menurut Khan dan Arsalan
(2011) dalam Hidayat (2017), sebenarnya pencemaran lingkungan merupakan
perpaduan antara perilaku manusia dan aktivitas alam, dengan demikian perlu ada
kesadaran dan tanggung jawab untuk mengendalikannya.
Menurut Garno (2000), tanpa
bermaksud menyalahkan pihak manapun, yang jelas saat ini buih-buih putih dengan
mudahnya dapat kita lihat diberbagai perairan umum disekitar kita seperti
sungai, bendungan dan waduk. Buih-buih yang menutupi permukaan air tersebut,
baik dari jenis linier alkylsulfonate (LAS) yang “biodegradable maupun jenis
alkyl benzene sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut dipastikan dapat
mengganggu kehidupan organisme yang ada dibawahnya baik yang hidup didasar air
seperti Chironomous sp; bergerak dibadan air seperti Daphnia carinata dan
dipermukaan air seperti Culex sp.
Menurut Connel (1974) dalam
Garno (2000), dampak negatif limbah deterjen terhadap ketiga organisme tersebut
belum banyak dipublikasikan, namun terhadap anak ikan telah cukup banyak dan
sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut ini. Beberapa publikasi mengungkapkan
bahwa keberadaan deterjen dalam suatu badan air dapat merusak insang dan organ
pernafasan ikan. Kerusakan insang dan organ pernafasan ikan ini menyebabkan
toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigen terlarutnya rendah
menjadi menurun, menurut Wilber (1971) dalam Garno (2000).
Menurut Lockwood (1976)
dalam Garno (2000), selain merusak insang dan organ pernafasan ikan yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kematian ikan tersebut diatas, telah
dipublikasikan pula bahwa keberadaan pencemar deterjen mengganggu kebiasaan makanan
ikan yang pada gilirannya mengganggu pertumbuhan dan perkembang biakannya
tersebut.
Daftar
Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil, 2017, Kimia Industri dan Teknologi Hijau, Pantona Media Jakarta.
Garno, PhD., Yudhi Soetrisno, 2000, Daya Tahan Beberapa Organisme Air Pada Pencemar Limbah Deterjen, Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol 1, No 3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=62088&val=4561&title=DAYA%20TAHAN%20BEBERAPA%20ORGANISME%20AIR%20PADA%20PENCEMAR%20LIMBAH%20DETERJEN
Connel. D.W. (1974): Water
Pollution: Causes and Effects in Australia. University of Queensland Press,
Queensland. 33-34.
Wilber, C.G. (1971): The
Biological Aspects of Water Pollution: Sanitary Sewage Charles C. Thomas
Publisher. Springfield-Illionis-USA. 140-156.
Lockwood, A.P.M (1976):
Effects of Pollutans on Aquatics Organisms. Cambridge University Press.
Cambridge, London, Melbourne, 193 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.